Konten dari Pengguna

Afrofuturisme: Country Branding dan Manifestasi Melawan Kutukan SDA di Afrika

Aurellia Angelie Shalum
Merupakan mahasiswa jurusan Hubungan Internasional Universitas Kristen Indonesia
26 Oktober 2024 16:34 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aurellia Angelie Shalum tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Siapa yang tidak asing dengan benua Afrika? Benua yang mayoritas ditinggali oleh masyarakat kulit hitam yang kaya akan berbagai macam budaya. Tetapi sayangnya masih juga banyak yang mengingat Afrika sebagai benua yang didomoniasi oleh negara miskin, gersang, hingga masyarakat yang kelaparan. Bahkan banyak juga yang menggambarkan Afrika sebagai dengara konflik yang “tertinggal”. Memang ini adalah fakta, tetapi fakta inilah yang akhirnya mengubur dalam dalam segala potensi yang dimiliki oleh benua ini.
ADVERTISEMENT
Afrika menyimpan sekitar 30% cadangan mineral dunia, 8% gas alam, 12% cadangan minyak, 40% emas, dan hingga 90% kromium, platina, serta uranium. Selain itu, Afrika memiliki 60% lahan subur dunia dan 10% sumber air tawar terbarukan (UNEP). Dengan kekayaan sumber daya alam ini, seharusnya negara-negara di Afrika memiliki modal yang cukup untuk meningkatkan ekonomi mereka. Namun, meskipun memiliki sumber daya bernilai tinggi, Afrika tetap terperangkap dalam kemiskinan yang lebih parah dibandingkan benua lainnya.

Kutukan Sumber Daya Alam

Banyak yang mengaitkan kondisi Afrika ini dengan kutukan SDA atau paradox of plenty. Kutukan SDA sendiri adalah istilah untuk menggambarkan negara-negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, seperti minyak dan gas, memiliki performa pembangunan ekonomi yang lebih buruk serta tata kelola pemerintahan yang buruk pula. Ironisnya, sebagai pengekspor sumber daya alam, kualitas hidup sebagian besar negara yang berkembang lebih rendah. Pejabat yang menjabat pada negara-negara ini juga dinilai buruk kinerja. Sebaliknya, negara dengan sumber daya alam yang minim cenderung dapat mengelola sumber daya mereka yang sedikit dengan baik dan tata kelola pemerintahan yang baik.
ADVERTISEMENT
Negara kaya sumber daya alam cenderung bergantung pada komoditasnya, yang dianggap negatif oleh peneliti setelah 1840. Contohnya, fenomena Dutch Disease terjadi saat penjualan minyak besar-besaran memicu apresiasi mata uang, membuat produk sektor lain mahal dan tidak kompetitif di pasar internasional. Untuk mengatasi ini, dibutuhkan intervensi pemegang kekuasaan. Afrika, misalnya, mencoba keluar dari kutukan ini dengan mendirikan organisasi regional, seperti OUA dan kemudian Uni Afrika (UA). Namun, banyak kebijakan gagal karena kurangnya komitmen dari para pejabat.
Dengan tidak ada komitmen penguasa di Afrika ini maka sudah jelas Afrika hanya berputar-putar saja. Tak berhenti sampai di situ, Afrika juga terjerat jaring ketergantungan dengan negara Barat yang membuatnya semakin buruk. Pada akhirnya Afrika hanya menjadi ladang eksploitasi yang diperebutkan negara besar dan rela ”ditindas” oleh Barat dengan membangun citra buruk bagi Afrika di mata dunia. Maka salah satu awal dari perubahan di Afrika adalah meningkatkan rasa nasionalisme baik untuk pejabatnya atau masyarakatnya.
ADVERTISEMENT

Definisi Afrofuturisme

Afrofuturisme merupakan salah satu langkah kecil bentuk perlawanan terhadap stereotip yang dibebankan ke Afrika. Tidak ada lagi penggambaran Afrika (beserta masyarakat Afrika yang tidak tinggal di Afrika) yang tertinggal zaman atau bahkan primitif. Afrofuturisme adalah konsep tentang estetika budaya, filosofi ilmu pengetahuan, dan sejarah yang mengeksplorasi bagaimana budaya diaspora Afrika berinteraksi dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berbagai seniman dan media berpartisipasi dalam ini, yang membahas tema dan masalah diaspora Afrika melalui teknologi dan fiksi spekulatif. Afrofuturisme biasanya dikaitkan dengan fiksi ilmiah, tetapi juga dapat termasuk genre spekulatif lainnya, seperti fantasi, sejarah alternatif, dan realisme magis, dan juga dapat ditemukan dalam musik (Santos, 2023). Afrofuturisme sendiri mengupayakan untuk merubah dan merevisi citra buruk Afrika yang beredar. Gerakan ini juga bertujuan untuk menampilkan keadaan hidup orang kulit hitam di masa lalu dan saat ini. Singkatnya, Afrofuturisme adalah upaya untuk membentuk identitas Afrika. Maka dari itu afrofuturisme adalah bagian dari country branding dan Afrika.
ADVERTISEMENT
Country branding sendiri merupakan upaya untuk membangun identitas negara dan menjadi bagian dari soft power negara itu. Country branding berbeda dengan diplomasi publik karena mempromosikan identitas negara tetapi memiliki lingkup yang lebih besar (motif ekonomi, pertukaran budaya, dan lain sebagainya). Sedangkan country branding lebih berfokus pada citra negara tersebut.
Sebut saja beberapa film yang menunjukkan Afrofuturisme di dalamnya seperti Blade (1998), Spider Man: Into The Spiderverse (2018), Space is The Place (1974), yang paling terkenal Black Phanter (2018) dan Black Phanter: Wakanda Forever (2022), dan masih banyak lagi. Dalam film Black Phanter orang Afrika digambarkan sebagai sebuah bangsa yang sangat kaya dengan Vibranium sebagai sumber energi dari teknologi maju mereka. Bangsa Afrika di film tersebut digambarkan sebagai sosok yang kuat, bahkan menjadi bangsa yang paling dipertimbangkan pendapatnya (setelah Wakanda memuka diri ke dunia). Ini menunjukkan kemungkinan masa depan di mana orang kulit hitam dapat menjadi pemimpin dalam bidang teknologi dan sains, bertentangan dengan cerita negatif tentang Afrika yang digambarkan oleh Barat.
Sumber: Youtube Marvel Entertainment
Dengan ini, maka afrofuturisme secara tidak langsung merupakan manifestasi dari perlawanan terhadap kutukan SDA yang dialami oleh Afrika. Dalam berbagai karya seni, Afrika digambarkan sebagai bangsa yang kuat dan ini bisa menjadi Impian baru bagi Afrika untuk bangkit. Afrofuturisme membayangkan masa depan di mana negara-negara Afrika tidak lagi bergantung pada eksploitasi sumber daya alam mereka oleh orang asing atau elit lokal. Inovasi dan teknologi menjadi kekuatan utama dalam dunia futuristik seperti Wakanda di Black Panther, menunjukkan bahwa kreativitas, budaya, dan ilmu pengetahuan adalah cara lain untuk maju daripada hanya mengandalkan sumber daya alam.
ADVERTISEMENT
Fakta bahwa Afrika hanya memiliki sumber daya alamnya yang "berguna", sementara elemen lain, seperti teknologi dan budaya, dianggap tidak penting, seringkali menjadi alasan untuk kutukan sumber daya. Gerakan Afrofuturisme menentang cerita ini dengan menggambarkan Afrika sebagai pusat pendidikan dan teknologi masa depan di mana masyarakat lokal diberdayakan dan sumber daya alam (seperti vibranium di Wakanda) dikelola secara mandiri. Terakhir, Afrofuturisme membangun ide kemandirian oleh Afrika. Afrik tidak perlu bergantung kepada negara besar untuk tetap bertahan di panggung lokal.
Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa Afrofuturisme adalah bagian dari perlawanan terhadap kutukan SDA. Perlu diketahui bahwa citra yang baik dari sebuah negara juga memperngaruhi keberlangsungan dan eksistensi negara tersebut di panggung internasional. Walaupun tidak bisa dikatakan bahwa Afrofuturisme adalah faktor utama kemajuan bangsa Afrika, tetapi langkah kecil ini bisa menyebabkan efek domino dengan faktor-faktor lainnya. Dengan begitu, Afrika tetap harus bisa memperbaiki tata kelola pemerintahan serta kinerja pejabatnya. Diharapkan Afrofuturisme dapat menginspirasi dan menjadi pendorong bagi petinggi di Afrika dalam memajukan bangsanya sendiri.
ADVERTISEMENT
Referensi
Alfarizi, M. R. (2020). Peran Indonesian Diaspora Network (IDN) dalam Meningkatkan Country Branding Indonesia Pada Aspek Sosial dan Budaya di Amerika Serikat. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. https://etd.umy.ac.id/id/eprint/1000/. Diakses 15 Oktober 2024.
Eregha, Emome. (2007). Democratic Governance and Development in Africa: Challenges of African Union (AU). Journal of Social Sciences. 14. 205-214. 10.1080/09718923.2007.11978350.https://www.researchgate.net/publication/323149138_Democratic_Governance_and_Development_in_Africa_Challenges_of_African_Union_AU. Diakses 15 Oktober 2024.
Santos, G. (2023, August 28). Evolution of Afrofuturism in Music. https://culturebay.co/blogs/afrofuturism/evolution-of-afrofuturism-in-music. Diakses 18 Oktober 2024.
Sholikin, A. (2020). Teori Kutukan Sumber Daya Alam (Resource Curse) dalam Perspektif Ilmu Politik. Madani Jurnal Politik Dan Sosial Kemasyarakatan, 12(1), 24-40. https://e-jurnal.unisda.ac.id/index.php/MADANI/article/view/1898. Diakses 15 Oktober 2024.
Strong, Myron T. dan K. Sean Chaplin (n.d.). Afrofuturism and Black Panther. Contexts. https://contexts.org/articles/afrofuturism-and-black-panther/. Diakses 16 Oktober 2024.
ADVERTISEMENT
UNEP. (n.d.). Our work in Africa. UNEP. https://www-unep-org.translate.goog/regions/africa/our-work-africa?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=sge#:~:text=Africa%20is%20home%20to%20some,of%20its%20chromium%20and%20platinum. Diakses 14 Oktober 2024.