Konten dari Pengguna

Rupa Lain Seekor Tikus

Aurellia Ghani
Mahasiswa Psikologi Universitas Islam Negeri Jakarta
30 Juni 2024 9:45 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aurellia Ghani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://unsplash.com/photos/znZFuVcGen4?utm_source=unsplash&utm_medium=referral&utm_content=creditShareLink
zoom-in-whitePerbesar
https://unsplash.com/photos/znZFuVcGen4?utm_source=unsplash&utm_medium=referral&utm_content=creditShareLink
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pernahkah kalian melihat ada tikus lain yang berdasi?
Seperti yang kita tahu, bahwa tikus sebenarnya tinggal diselokan. Namun seiring berjalannya waktu, tikus sudah mulai beralih ke bangunan atau gedung. Rupanya juga tidak seperti tikus biasa, yakni berwarna hitam, kotor, berbulu, bahkan berekor. Melainkan bersih, dan rapi dalam setelan yang membuat terlihat sangat berwibawa.
ADVERTISEMENT
Pasti sudah ada yang menduga-duga, apa sih atau siapa yang disebut tikus itu? Ya, para koruptor, Iho.
Mengapa para koruptor disebut atau diibaratkan seperti tikus?
Tikus merupakan hewan pengerat, hewan yang secara generik bisa mendatangkan kerugian bagi manusia. Kerugian yang mampu kita temui pada sawah, tempat tinggal, ataupun organisasi. Oleh karena itu munculah beberapa kata tikus sawah, tikus tempat tinggal, hingga tikus got.
Beberapa bentuk kerugian yang sering kita temukan contohnya, rusaknya beberapa peralatan, data krusial baik pada tempat tinggal atau pada kantor.
Tidak salah, apabila kita sudah memvonis tikus sebagai hewan perusak. Tindakan mereka yang susah terdeteksi dalam melakukan aksinya, memperkaya diri dengan cara-cara yang ilegal yakni merampas hak orang lain secara diam-diam. Selain itu, mereka selalu rakus dan tidak pernah merasa puas.
ADVERTISEMENT

Penyebab Para Koruptor Melakukan Korupsi

Penyebab korupsi yang dikenal dengan Triangle Theory of Fraud dikemukakan oleh seorang peneliti bernama Donald teori itu muncul setelah Cressey yang mewawancarai 250 terpidana dengan kasus korupsi selama lima bulan. Dalam teori ini, ada tiga tahap kunci yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan korupsi: tekanan, kesempatan, dan rasionalisasi.
Ada yang motif korupsinya karena tekanan. Misalnya, motivasi ekonomi adalah salah satunya penyebab orang melakukan korupsi. Tetapi ia mengatakan bahwa tekanan mungkin sebenarnya tidak ada. Hanya dengan berpikir bahwa kamu akan tertekan atau tergoda oleh gambaran rangsangan yang memuaskan pemicu pertama itu.
Kedua adalah Motivasi. Contoh, yang paling mudah terlihat adalah lemahnya sistem pengawasan yang membuka peluang terjadinya korupsi. Seperti yang kita tahu, bahwa hukum pidana untuk koruptor paling sedikit hanya 2 tahun. Korupsi ada jika ada kesempatan.
ADVERTISEMENT
Ketiga adalah Rasionalitas. Ia menemukan bahwa pelaku selalu memiliki alasan atau pembenaran untuk melakukan tindakan atas korupsinya. Rasionalisasi ini setidaknya meringankan rasa bersalah pelaku. Misalnya, "Saya korup karena saya belum dibayar dengan layak'' atau "Keuntungan perusahaan sangat besar dan tidak merata''.
Penyebab koruptor melakukan korupsi diatas dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Undang-Undang di Negara ini masih lemah maka dari itu pelaku koruptor akan selalu bermunculan seperti wabah tikus. Tidak adanya efek jera, kita juga tau bahwa praktik korupsi sudah pasti sangat merugikan orang lain.
Yuk, hindari praktik korupsi.

Mengapa Koruptor Mengambil Uang Rakyat ?

"Korupsi seperti tidak ada habis-habisnya, calon koruptor baru terus tumbuh dengan usia yang lebih muda. Dalam sistem birokrasi, para birokrat muda mencontoh para pendahulunya korupsi hal yang lumrah. Tidak ada semangat penolakan dari mereka. Ke mana nilai-nilai kebaikan yang mereka peroleh dari proses pendidikan yang telah mereka lalui selama ini? Jika ini terus terjadi, proses pemberantasan korupsi seperti "menggarami air laut". Syafruddin, Aceh.
ADVERTISEMENT
Seseorang melakukan korupsi apabila ada kesempatan berbicara tega atau tidak kita bisa kita kaitkan dengannya empati. Kita sebagai manusia sosial membutuhkan suatu pengakuan (Terori Maslow Esteem needs) penghargaan atau pengakuan adalah hal yang penting untuk manusia.