Pandemi COVID-19 Tunjukkan Tangguhnya Diplomasi Kesehatan Indonesia

Aurora Dwita Pangestu
Diplomat Indonesia. Peserta Sesdilu 72 Kementerian Luar Negeri. Gemar travelling dan berburu tempat minum kopi.
Konten dari Pengguna
19 Mei 2022 16:46 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aurora Dwita Pangestu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Masa pagebluk akibat pandemi COVID-19 yang telah berlangsung selama 2 tahun masih belum menampakkan ujungnya. Dunia masih terus beradapatasi dengan gaya hidup dan kebiasaan baru sejak berlangsungnya pandemi sekaligus berupaya memulihkan diri dari berbagai efek multidimensi akibat terjadinya pandemi. Kemungkinan munculnya pandemi-pandemi global lainnya di masa depan pun masih sangat besar sehingga proses adaptasi dunia terus berjalan untuk mencapai ketahanan kesehatan global yang lebih baik.
ADVERTISEMENT
Pandemi COVID-19 juga telah mendorong diplomasi Indonesia untuk terus adaptif dan inovatif agar tetap relevan di tengah ketidakpastian kondisi dunia saat ini dan di masa mendatang. Dalam dua tahun terakhir, diplomasi Indonesia yang selama ini didominasi oleh isu-isu politik luar negeri, perdamaian dan konflik serta pemajuan ekonomi telah menempatkan isu kesehatan sebagai salah satu prioritasnya.
Dalam Pernyataan Pers Tahunan Menlu (PPTM) 2022 pada bulan Januari yang lalu, Menlu RI mengatakan bahwa, "Pandemi COVID-19 telah mengajarkan kita untuk memperbaiki ketahanan kesehatan nasional dan global". Menlu RI juga menyampaikan bahwa pada tahun ini diplomasi kesehatan akan terus menjadi salah satu prioritas Indonesia.
Hal ini juga selaras dengan Presidensi Indonesia di G20 tahun 2022 yang menempatkan tema Recover Together, Recover Stronger sebagai upaya bersama dan inklusif untuk bangkit dan mencari solusi pemulihan pasca pandemi.
ADVERTISEMENT
Diplomasi Kesehatan Indonesia
Diplomasi kesehatan Indonesia di tengah pandemi pun terus mengalami penyesuaian. Pada awal pandemi Indonesia fokus pada upaya dan kerja sama dalam rangka pemenuhan kebutuhan dosis vaksin COVID-19 dalam negeri.
Namun seiring dengan telah tercapainya cakupan vaksinasi nasional COVID-19 Indonesia sebesar lebih dari 300 juta suntikan sebagaimana data Kemenkes bulan Januari 2022, atau melebihi target WHO sebesar 40% dari total populasi pada akhir tahun 2021, maka saat ini diplomasi kesehatan Indonesia lebih memberikan perhatian pada kelancaran proses distribusi dan penyerapan dosis vaksin secara optimal serta upaya penguatan arsitektur kesehatan nasional dan global sehingga lebih tangguh dan responsif dalam menghadapi krisis kesehatan lainnya ke depannya.
Di masa awal pandemi kita ingat Indonesia dan seluruh negara dunia lainnya tertatih-tatih berupaya menyesuaikan prioritas kebijakan luar negerinya untuk mengatasi pandemi COVID-19 dan dampaknya terhadap masyarakat di dalam negeri maupun di lingkup internasional. Ketika itu, tidak ada satu pun aktor internasional, baik negara, lembaga internasional maupun aktor non-negara, yang lebih siap menghadapi wabah virus baru COVID-19 dibandingkan yang lainnya.
ADVERTISEMENT
Namun Indonesia mampu beradaptasi secara cepat untuk menyesuaikan arah diplomasinya, tidak hanya untuk mengatasi dampak pandemi yang melanda Indonesia tetapi juga agar dapat berkontribusi secara aktif di tingkat regional dan global dalam menghadapi pandemi dalam memastikan kesetaraan akses vaksin.
Prinsip inklusivitas dikedepankan oleh Indonesia untuk memastikan agar negara berkembang dan negara miskin memiliki akses dan distribusi vaksin yang sama dengan negara maju. Indonesia berupaya konsisten dalam menekankan bahwa pemulihan bersama tidak akan dapat tercapai apabila hanya beberapa negara yang mampu lepas dari pandemi. Indonesia percaya bahwa semua negara harus mampu dan berhasil lepas dari pandemi COVID-19.
Langkah Awal Melalui Diplomasi Vaksin
Diplomasi kesehatan Indonesia yang adaptif telah mampu mendukung penanganan pandemi COVID-19 yang lebih baik. Diplomasi vaksin Indonesia di awal pandemi yang dilakukan di tingkat bilateral, regional dan multilateral dengan negara-negara mitra bertujuan untuk secara cepat mencari sumber vaksin guna memenuhi kebutuhan dosis vaksin bagi lebih dari 270 juta jiwa penduduk Indonesia. Hal yang menantang ditengah keinginan seluruh negara dunia yang juga ingin mengamankan jumlah dosis vaksin untuk masyarakatnya.
Pemberian hibah vaksin COVID-19 tahap pertama dari COVAX pada bulan Maret 2021 (Foto: WHO).
Pada awal tahun ini, Indonesia sempat mengalami masa sulit ketika jumlah kasus hariannya mencapai rekor tertinggi pada bulan Februri 2022 yang mencapai lebih dari 57 ribu orang dalam sehari. Angka ini memecahkan rekor tertinggi kasus baru positif COVID-19 harian Indonesia sebelumnya pada bulan Juli 2021 yang mencapai lebih dari 56 ribu orang dalam sehari.
ADVERTISEMENT
Namun dengan semakin baiknya pembentukan kekebalan masyarakat Indonesia pasca vaksinasi dan didukung dengan pelaksanaan kebijakan prosedur kesehatan yang ketat oleh seluruh unsur masyarakat, Indonesia mampu mengendalikan penyebaran kasus baru dengan lebih baik.
Diplomasi kesehatan Indonesia di masa pandemi juga tidak hanya terbatas pada upaya untuk memperoleh cadangan dosis vaksin untuk masyarakat nasional tetapi juga untuk memastikan agar seluruh negara dunia memperoleh akses setara terhadap vaksin COVID-19.
Kesenjangan jumlah populasi yang telah divaksin di dunia masih cukup besar. Kawasan Amerika Utara dan Eropa memiliki tingkat vaksinasi dan cadangan vaksin yang jauh lebih besar dibandingkan kawasan Afrika dan negara-negara berkembang di Asia. Sebagai gambaran, total stok vaksin Uni Eropa, Amerika Serikat dan Kanada masing-masing setara dengan 3,5, 3,7 dan 9,6 dosis bagi setiap orang sehingga mereka dapat mendorong vaksinasi penuh sekaligus pemberian dosis tambahan bagi masyarakatnya. Sementara stok vaksin di Uni Afrika hanya mencapai 0,2 dosis sehingga sangat sulit untuk memenuhi target vaksinasi yang ditetapkan oleh WHO.
ADVERTISEMENT
Maka melalui berbagai forum regional maupun internasional, Indonesia terus mendorong mekanisme kerja sama berbagi dosis vaksin untuk meningkatkan distribusi vaksin dunia, terutama bagi negara berkembang dan negara Dunia Ketiga. Sebagai contoh, pada tahun 2021 beberapa negara ASEAN yang cakupan vaksinasinya sudah cukup baik memutuskan untuk menyumbangkan jatah vaksinnya kepada Myanmar atas dasar kemanusiaan.
Indonesia juga mendorong penghapusan hak paten vaksin COVID-19 untuk meningkatkan kapasitas produksi vaksin global. Dikesampingkannya peraturan mengenai hak paten diharapkan akan membuka jalan bagi negara-negara dunia, termasuk negara berkembang, untuk memproduksi vaksin COVID-19 secara mandiri sehingga vaksin lebih mudah dan murah untuk diakses.
Menlu RI memimpin pertemuan COVAX-AMC Engagement Group dalam pembahasan distribusi vaksin multilateral (Foto: Kemlu RI)
Diplomasi Ketahanan Kesehatan
Pandemi COVID-19 dan ketidakpastian kondisi global di masa mendatang memaksa Indonesia untuk mengarahkan mesin diplomasinya agar dapat berkontribusi dalam jangka menengah bahkan panjang.
ADVERTISEMENT
Ketangguhan diplomasi Indonesia untuk terus beradaptasi dan tetap relevan justru ditunjukkan pada situasi-situasi krisis seperti yang kita alami saat ini. Kemampuan Indonesia dalam mengembangkan diplomasi kesehatannya dari diplomasi vaksin menuju penguatan ketahanan kesehatan, tidak hanya dalam cakupan nasional tetapi juga secara global di tengah berbagai keterbatasan dan tantangan yang ada.
Untuk membangun ketahanan kesehatan nasional, diplomasi Indonesia yang dilakukan oleh Kementerian Luar Negeri bersinergi dengan seluruh pemangku kepentingan terkait difokuskan pada penjajakan kerja sama untuk memperkuat infrastruktur dan industri kesehatan nasional, baik untuk produksi mandiri akan vaksin maupun obat-obatan terapeutik. Indonesia diharapkan tidak hanya mampu memproduksi vaksin untuk memenuhi kebutuhan domestik tetapi juga dapat menjadi hub produksi vaksin di kawasan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, potensi kerja sama di bidang riset dan pengembangan terkait manufaktur vaksin dan obat-obatan serta peningkatan investasi asing pada sektor industri kesehatan dan alat kesehatan juga menjadi bagian dari agenda diplomasi kesehatan Indonesia saat ini. Tujuannya adalah untuk memperkuat ketahanan kesehatan domestik, bahkan kawasan.
Ketangguhan diplomasi kesehatan Indonesia juga ditunjukkan dalam forum-forum internasional. Di tingkat kawasan, sebagai Ketua Badan Kerja Sama Kesehatan ASEAN tahun 2020-2021, Indonesia telah memimpin dan mendorong berbagai inisiatif ASEAN dalam rangka mengatasi pandemi dan memperkuat mekanisme ketahanan kesehatan di kawasan.
Inisiatif tersebut antara lain melalui pembentukan ASEAN COVID-19 Response Fund sebagai mekanisme pendanaan kesehatan kawasan dan pemanfaatan lebih jauh dari ASEAN Regional Reserve of Medical Supplies sebagai pusat persediaan cadangan medis dan penyimpanan alat kesehatan di kawasan yang dapat dirujuk oleh negara-negara anggota ASEAN ketika menghadapi situasi krisis yang memerlukan penanganan medis.
ADVERTISEMENT
Kegigihan diplomasi Indonesia dalam upaya memperkuat arsitektur kesehatan dunia juga ditunjukkan dalam kepemimpinan Indonesia di G20.
Presiden Joko Widodo menyampaikan pidatonya pada Seremoni Pembukaan Presidensi G20 Indonesia 2022 (Foto: Setkab)
Indonesia sebagai pemegang tongkat Presidensi G20 tahun 2022 menempatkan penguatan arsitektur kesehatan global sebagai salah satu dari tiga isu prioritas presidensinya. Penguatan arsitektur kesehatan global yang dimajukan oleh Indonesia bertujuan untuk menciptakan arsitektur kesehatan yang lebih inklusif, berkeadilan, transparan dan tanggap terhadap krisis.
Selain itu Indonesia juga berkomitmen untuk terus mendukung penguatan peran sentral WHO sebagai koordinator berbagai aksi dan kebijakan kesehatan di tingkat multilateral.
Ketangguhan Mesin Diplomasi Indonesia
Mengutip kembali salah satu pernyataan Menlu RI dalam penyampaian PPTM 2022 yakni, "Diplomasi akan terus bekerja dalam situasi apa pun juga". Maka demikian juga dengan diplomasi Indonesia di bidang kesehatan.
ADVERTISEMENT
Diplomasi kesehatan Indonesia terus bersifat adaptif dengan berbagai tantangan yang terjadi di berbagai ruang lingkup baik domestik, kawasan maupun global sehingga tetap relevan dan mampu mendukung penguatan peran dan kontribusi nyata Indonesia untuk bersama-sama pulih.
Berbagai dampak multidimensi yang ditimbulkan oleh pandemi COVID-19 ditambah dengan dinamika situasi politik internasional di kawasan dan dunia yang turut menyita perhatian mayoritas negara dunia, termasuk Indonesia dan mempengaruhi pelaksanaan kebijakan luar negeri seluruh negara dunia terbukti tidak melemahkan upaya diplomasi Indonesia di isu-isu politik luar negeri non-tradisional, termasuk isu kesehatan.
Ketangguhan diplomasi kesehatan Indonesia tidak hanya terukur dari kontribusinya terhadap upaya penanganan pandemi COVID-19 dan pemulihan dampaknya dalam konteks nasional, tetapi juga dari konsistensi keaktifan peran dan kepemimpinan Indonesia di ruang lingkup yang lebih besar. Salah satunya terlihat dalam upaya kontinyu Indonesia dalam menyuarakan kepentingan negara-negara berkembang dan kelompok negara rentan agar didengar sekaligus menjembatani berbagai perbedaan kepentingan yang ada antar kelompok negara untuk bersama-sama mencari solusi bersama.
ADVERTISEMENT
Kontribusi aktif melalui berbagai inisiatif konkret dalam upaya penanganan pandemi dan penguatan ketahanan kesehatan nasional serta arsitektur kesehatan global juga telah berhasil ditunjukkan oleh Indonesia dan mendapat pengakuan serta apresiasi dari berbagai pihak di kawasan dan dunia internasional.
Pada akhirnya, pandemi COVID-19 tidak hanya menjadi ujian bagi kemampuan diplomasi Indonesia di berbagai lini, tetapi juga pembuktian bahwa mesin diplomasi Indonesia tangguh dan mampu menghadapi berbagai tantangan dan krisis global yang bersifat dinamis, bahkan yang belum penah terjadi sebelumnya.