Konten dari Pengguna

Mahasiswa IPB Rancang Strategi Pengelolaan Sampah di Desa Cibanteng

Aurora Salma
Mahasiswa IPB university
8 September 2022 14:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aurora Salma tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tim PKM-RSH IPB berdiskusi mengenai model dinamik. Sumber: Dokumentasi pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Tim PKM-RSH IPB berdiskusi mengenai model dinamik. Sumber: Dokumentasi pribadi
ADVERTISEMENT
Permasalahan sampah menjadi hal yang sulit untuk diselesaikan dalam waktu singkat. Kecenderungan dalam mengurangi timbulan sampah juga tidak memungkinkan melihat konsumsi masyarakat yang terus bertambah seiring jumlah penduduk yang meningkat. Desa Cibanteng merupakan salah satu desa lingkar kampus IPB yang memiliki permasalahan sampah. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Astri pada tahun 2021, rata-rata RT di Desa Cibanteng menghasilkan sekitar 1,010,7 kg sampah per tahun, dengan rincian 965,65 kg sampah organik dan 44,42 kg sampah anorganik. Jumlah tersebut muncul karena rendahnya tingkat pengelolaan sampah yang ada di Desa Cibanteng.
ADVERTISEMENT
Pengelolaan sampah di Indonesia masih terbilang belum berjalan dengan baik dan merata di banyak daerah. Kegiatan pengelolaan sampah juga masih terpusat di TPS maupun TPA tanpa teknologi pengelola yang canggih dan mampu mengelola jumlah sampah yang terus meningkat setiap harinya. Oleh karena itu tim PKM RSH IPB yang beranggotakan Fikri Aldi Dwi Putro, Aditya Handoyo Putra, Surya Dwi Arifin, Hasna Azizka Andamari, Ulvia Anggraini, dan dibimbing oleh Dr. Kastana Sapanli, S.Pi, M.Si. menginisiasi model pengelolaan sampah berbasis Dynamic Model Circular Economy yang berfokus pada skala mikro yakni di Desa Cibanteng.
Fikri selaku ketua pelaksana PKM mengatakan bahwa pengelolaan sampah ini sangat penting untuk dilaksanakan sebab sampah menjadi permasalahan serius bila tidak terkelola dengan baik. Pernyataan tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sembiring dan Sihombing (2018) bahwa besarnya timbunan sampah yang terus meningkat akibat tidak dikelola dengan optimal dapat menimbulkan dampak langsung seperti penyakit berbahaya dan dampak tidak langsung yakni bencana banjir akibat saluran air yang tersumbat.
ADVERTISEMENT
Melihat efektivitas dari pengelolaan sampah di tingkat TPS dan TPA yang masih belum menjadi solusi permasalahan sampah, tim PKM kami mencoba mendekati proses pengelolaan dari tingkat terdekat dimana sampah tersebut dihasilkan. Dengan keterbaruan metode yang kami terapkan, hasil yang diperoleh dapat memprediksikan sekitar 50 persen timbulan sampah dapat berkurang dalam waktu delapan tahun hingga 2030. Apabila model ini dapat diterapkan secara masif dan merata maka Indonesia memungkinkan dapat mencapai SDGs nomor 12 tentang responsible consumption and production.
Selain prediksi menurunkan jumlah timbulan sampah, model ini juga dapat memprediksi peningkatan dari sisi ekonomi akibat adanya aktivitas pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga. Tingkat penambahan pendapatan diprediksi mencapai 53,7 persen pada tahun 2030. Apabila dikonversikan ke dalam angka penyerapan tenaga kerja diperoleh 134 tenaga kerja baru dimana hal ini menjadi indikator adanya dampak tidak langsung terhadap sisi ekonomi. Aktivitas pengelolaan sampah ini juga berpengaruh dalam memberikan dampak ekologi dengan adanya beban emisi yang berkurang sekitar 39,4 ton CO2-eq/tahun atau setara dengan Rp 12.917.963,74 (asumsi 1 ton=22$ US) apabila dikonversikan ke dalam mata uang.
ADVERTISEMENT