Konten dari Pengguna

Evolusi dan Kebutuhan Manusia dalam Penyimpanan Informasi: Dari Otak ke Tulisan

Auvar Nazhifandani
Seorang mahasiswa psikologi Universitas Brawijaya
11 Juni 2024 10:17 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Auvar Nazhifandani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Picture from Freepik
zoom-in-whitePerbesar
Picture from Freepik
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Evolusi tidak memberkati manusia dengan kemampuan bawaan untuk bermain bola. Faktanya, tubuh manusia dirancang untuk fungsi-fungsi lain seperti menendang, melakukan pelanggaran dengan siku, dan berbicara. Agar dapat bermain bola dengan orang lain, kita tidak hanya perlu bekerja sama dengan tim kita, tetapi juga memastikan bahwa pemain lawan mengikuti aturan yang sama. Berbeda dengan anak anjing yang memiliki genetik bermain kasar yang telah terprogram dalam DNA mereka, manusia tidak memiliki gen khusus untuk bermain bola. Manusia belajar konsep bermain melalui ide-ide imajinatif yang dibagikan dan disepakati bersama, memungkinkan kita untuk bermain bahkan dengan orang asing.
ADVERTISEMENT
Fenomena ini tidak hanya terjadi dalam konteks bermain bola, tetapi juga pada skala yang lebih besar seperti kerajaan. Kerajaan membutuhkan aturan yang lebih kompleks dan terstruktur, melibatkan ribuan hingga jutaan manusia. Sistem ini memerlukan penanganan dan penyimpanan informasi dalam jumlah besar, jauh melebihi kapasitas otak manusia.
Pada masyarakat besar lainnya seperti lebah, stabilitas dan ketangguhan mereka terjamin karena informasi penting tersimpan dalam DNA yang diwariskan kepada keturunan mereka. Berbeda dengan manusia, informasi penting dalam menjalankan tatanan sosial tidak dapat disimpan dalam DNA. Upaya sadar diperlukan untuk mempertahankan hukum, adat istiadat, prosedur, dan etiket. Tanpa upaya ini, tatanan sosial manusia akan cepat runtuh.
Keterbatasan Otak Manusia dalam Penyimpanan Informasi
Kerajaan menghasilkan dan membutuhkan penyimpanan informasi dalam jumlah yang sangat besar, mulai dari hukum, transaksi pajak, persediaan militer, hingga kalender festival. Pada awalnya, semua informasi ini disimpan di otak manusia. Namun, otak manusia memiliki tiga keterbatasan utama dalam hal penyimpanan informasi:
ADVERTISEMENT
Kapasitas Terbatas: Meskipun beberapa orang memiliki kemampuan ingatan yang luar biasa, kapasitas otak manusia tetap terbatas. Ahli mnemonic pun memiliki batasan dalam hal jumlah informasi yang dapat mereka simpan.
Kematian: Otak manusia mati bersama pemiliknya, dan dengan itu hilanglah semua informasi yang tersimpan di dalamnya. Informasi bisa berpindah dari satu otak ke otak lain, tetapi setelah beberapa kali perpindahan, informasi tersebut cenderung berkurang atau hilang.
Adaptasi Terbatas: Otak manusia telah beradaptasi untuk menyimpan dan memproses jenis informasi tertentu yang penting untuk kelangsungan hidup, seperti mengingat jenis jamur beracun atau membangun hubungan sosial. Namun, otak manusia tidak beradaptasi untuk menyimpan dan memproses data matematis dalam jumlah besar yang diperlukan untuk mempertahankan sebuah kerajaan.
ADVERTISEMENT
Revolusi Penyimpanan Informasi: Dari Otak ke Tulisan
Bangsa Sumeria kuno di Mesopotamia selatan adalah yang pertama kali mengatasi masalah keterbatasan penyimpanan informasi ini. Antara tahun 3500 SM dan 3000 SM, mereka menemukan sistem untuk menyimpan dan memproses informasi di luar otak manusia, yaitu tulisan. Tulisan adalah metode untuk menyimpan informasi melalui tanda-tanda fisik. Sistem tulisan Sumeria melibatkan kombinasi tanda-tanda yang ditekan ke dalam lempengan tanah liat untuk mewakili angka, orang, hewan, barang dagangan, wilayah, tanggal, dan sebagainya. Dengan sistem ini, mereka mampu menyimpan lebih banyak data daripada yang bisa diingat oleh otak manusia.
Evolusi Tulisan dan Kompleksitas Sosial
Pada fase awalnya, tulisan hanya digunakan untuk mencatat fakta dan angka penting seperti catatan pajak dan akumulasi utang. Tulisan ini berfungsi sebagai alat bantu administratif yang sangat penting dalam mengelola kehidupan sehari-hari di kerajaan-kerajaan awal. Dokumen-dokumen awal ini bersifat administratif dan ekonomi, mencatat transaksi perdagangan, distribusi bahan pangan, dan kepemilikan properti. Informasi yang dicatat mencakup jumlah barang yang dipertukarkan, identitas pihak-pihak yang terlibat, serta waktu dan tempat transaksi. Sebagai contoh, sebuah tablet tanah liat dari Mesopotamia mungkin mencatat jumlah gandum yang dikirim dari satu desa ke desa lainnya dan siapa yang bertanggung jawab atas pengirimannya.
ADVERTISEMENT
Tulisan awal ini bersifat parsial dan tidak mencakup aspek lain dari kehidupan manusia seperti pesan filosofis, puisi, atau legenda. Fungsi utamanya adalah untuk mendukung kegiatan administratif dan ekonomi, memastikan bahwa informasi yang vital untuk kelangsungan hidup dan stabilitas sosial dapat disimpan dan diakses dengan mudah. Tulisan parsial ini terdiri dari simbol-simbol sederhana yang mewakili angka, komoditas, dan nama individu atau tempat. Misalnya, bangsa Sumeria menggunakan tanda paku yang ditekan ke dalam lempengan tanah liat untuk menunjukkan jumlah barang atau jasa tertentu.
Namun, tulisan parsial ini hanya dapat mewakili jenis informasi dan kegiatan yang terbatas. Sebaliknya, aksara lengkap seperti aksara Latin, hieroglif Mesir kuno, dan Braille dapat mewakili bahasa lisan sepenuhnya dan digunakan untuk berbagai keperluan yang lebih luas. Aksara lengkap memungkinkan penyampaian ide-ide kompleks, narasi, dan ekspresi artistik. Misalnya, dengan aksara Latin, orang Romawi tidak hanya mencatat hukum dan transaksi ekonomi, tetapi juga menulis karya sastra, filsafat, dan sejarah.
ADVERTISEMENT
Hieroglif Mesir kuno, dengan ribuan simbolnya, mampu mencatat peristiwa sejarah, mitos, dan kepercayaan agama dengan detail yang kaya. Mereka digunakan di makam-makam untuk menceritakan kisah hidup dan kematian para firaun, serta dalam teks keagamaan untuk menguraikan ritual dan doa. Sementara itu, Braille, yang diciptakan di abad ke-19, memungkinkan individu dengan gangguan penglihatan untuk membaca dan menulis secara efektif, membuka akses ke literasi dan pendidikan yang setara.
Aksara lengkap memiliki struktur yang lebih kompleks dan fleksibel, memungkinkan penggunaannya dalam berbagai konteks komunikasi. Dalam aksara Latin, misalnya, penggunaan alfabet yang terdiri dari sejumlah kecil huruf memungkinkan pembentukan kata-kata dan kalimat yang dapat mencakup seluruh spektrum bahasa lisan. Dengan kemampuan ini, masyarakat bisa mencatat dan menyebarkan cerita, hukum, ilmu pengetahuan, dan seni, yang pada akhirnya memperkaya budaya dan peradaban manusia.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, evolusi dari tulisan parsial ke aksara lengkap mencerminkan perkembangan signifikan dalam kemampuan manusia untuk menyimpan dan menyampaikan informasi. Tulisan tidak lagi hanya alat administratif, tetapi juga sarana ekspresi budaya dan intelektual, memungkinkan peradaban untuk berkembang dan meninggalkan warisan yang abadi.
Keunikan dan Evolusi Sistem Tulisan di Dunia
Beberapa budaya, seperti budaya Andes pra-Kolombia, menggunakan tulisan parsial sepanjang sejarah mereka. Mereka mencatat data menggunakan quipus, tali warna-warni dengan simpul yang digunakan untuk mencatat data matematis seperti pemungutan pajak dan kepemilikan. Quipus memungkinkan suku Inca untuk mengelola data dalam jumlah besar, meskipun akhirnya digantikan oleh sistem tulisan Latin setelah penaklukan Spanyol.
Kesimpulan
Tulisan merupakan salah satu penemuan terpenting dalam sejarah manusia yang memungkinkan penyimpanan dan transfer informasi dalam jumlah besar secara akurat dan efisien. Bangsa Sumeria dengan sistem tulisannya membuka jalan bagi evolusi sosial dan administratif yang lebih kompleks, yang tidak mungkin dicapai hanya dengan kapasitas otak manusia. Sistem quipus di Kekaisaran Inca menunjukkan bahwa manusia mampu menciptakan berbagai bentuk tulisan yang disesuaikan dengan kebutuhan budaya dan administratif mereka. Namun, dengan hilangnya kemampuan membaca quipus, kita menyadari pentingnya pelestarian dan pemahaman terhadap sistem informasi kuno yang telah membantu membangun peradaban besar.
ADVERTISEMENT
Inovasi dalam penyimpanan informasi dari otak ke tulisan menunjukkan bagaimana manusia terus beradaptasi dan mengatasi keterbatasan biologis mereka, menciptakan fondasi untuk perkembangan masyarakat yang lebih maju dan kompleks. Selain itu, tulisan memungkinkan transmisi pengetahuan lintas generasi, yang menjadi landasan bagi kemajuan peradaban dan budaya manusia.
Referensi:
Harari, Y. N. (2015). Sapiens. Harper.