Konten dari Pengguna

Rasa Bersalah dan Penyesalan: Mindfulness Sebagai Solusi

Auvar Nazhifandani
Seorang mahasiswa psikologi Universitas Brawijaya
8 Desember 2024 16:34 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Auvar Nazhifandani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber: freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
sumber: freepik.com
ADVERTISEMENT
Mindfulness. Pernahkah Anda merasa terbebani oleh rasa bersalah karena melukai perasaan seseorang? Atau menyesal karena mengambil keputusan yang Anda anggap salah? Dua emosi ini sering kali muncul dalam kehidupan kita, tetapi keduanya memiliki perbedaan yang penting untuk dipahami. Dengan memahami perbedaan tersebut, kita dapat belajar mengelolanya dengan lebih baik. Salah satu caranya adalah melalui mindfulness atau kesadaran penuh.
ADVERTISEMENT
Apa Itu Rasa Bersalah dan Penyesalan?
Rasa bersalah dan penyesalan sering kali saling tumpang tindih, tetapi sebenarnya mereka berbeda:
Rasa bersalah adalah emosi yang muncul ketika kita merasa telah merugikan atau melukai orang lain. Emosi ini biasanya berkaitan dengan pelanggaran terhadap norma sosial atau moral. Contohnya, kita mungkin merasa bersalah karena berbohong kepada teman dekat.
Penyesalan adalah refleksi emosional yang muncul ketika kita menyadari bahwa keputusan yang kita ambil menghasilkan hasil yang kurang baik. Emosi ini tidak hanya terbatas pada hubungan sosial tetapi juga mencakup situasi pribadi. Misalnya, menyesal tidak mengambil peluang kerja yang bagus.
Perbedaan utama: rasa bersalah lebih berkaitan dengan interaksi sosial (interpersonal harm), sedangkan penyesalan bersifat lebih luas, termasuk kesalahan terhadap diri sendiri (intrapersonal harm).
ADVERTISEMENT
Mindfulness sebagai Solusi
Mindfulness adalah kemampuan untuk hadir sepenuhnya di saat ini dengan kesadaran penuh tanpa menghakimi. Penelitian terbaru dari Universitas Brawijaya menunjukkan bahwa mindfulness dapat membantu mengelola rasa bersalah dan penyesalan dengan efektif. Bagaimana caranya?
Alexithymia adalah kesulitan mengenali dan mengekspresikan emosi. Orang dengan mindfulness yang tinggi cenderung lebih mampu memahami dan menerima emosi mereka tanpa kebingungan.
Rumination adalah kecenderungan untuk terus-menerus memikirkan kesalahan atau kegagalan. Mindfulness membantu kita berhenti terjebak dalam pola pikir ini, sehingga emosi negatif tidak semakin membebani.
Penelitian juga menemukan bahwa mindfulness mengurangi intensitas rasa bersalah dan penyesalan dengan membantu kita menghadapi pengalaman emosional secara sehat.
Bagaimana Melatih Mindfulness?
Anda tidak perlu menjadi ahli untuk mempraktikkan mindfulness. Berikut beberapa langkah sederhana:
ADVERTISEMENT
Luangkan waktu 5–10 menit setiap hari untuk fokus pada napas Anda. Tarik napas perlahan, rasakan udara masuk ke tubuh Anda, lalu hembuskan dengan perlahan.
Saat Anda merasa stres atau cemas, berhenti sejenak dan fokus pada apa yang terjadi di sekitar Anda. Perhatikan suara, aroma, atau sensasi yang Anda rasakan.
Hindari memikirkan masa lalu atau mengkhawatirkan masa depan. Nikmati apa yang sedang Anda lakukan saat ini, bahkan dalam aktivitas sederhana seperti minum teh atau berjalan kaki.
Manfaat Mindfulness dalam Kehidupan
Dengan berlatih mindfulness, Anda dapat:
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Rasa bersalah dan penyesalan adalah bagian dari pengalaman manusia yang tidak terhindarkan. Namun, dengan mempraktikkan mindfulness, kita dapat mengurangi dampak emosional dari keputusan yang salah dan membangun hubungan yang lebih baik dengan diri sendiri maupun orang lain.
Cobalah luangkan waktu untuk berlatih mindfulness hari ini, dan rasakan bagaimana kesadaran penuh dapat membantu Anda menjalani hidup yang lebih damai dan bermakna. Karena hidup ini adalah perjalanan pilihan, dan setiap langkah menuju kesadaran adalah langkah menuju kebahagiaan.
Referensi:
ADVERTISEMENT