Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Definisi Candu yang Menusuk Kalbu
13 Mei 2020 8:02 WIB
Diperbarui 13 April 2021 16:59 WIB
Tulisan dari Ave Airiza tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan kata yang tak sempat disampaikan kayu kepada api yang menjadikannya abu. Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikan tiada." – Sapardi Djoko Damono.
ADVERTISEMENT
Kehangatan mentari menyelimuti diriku, yang tengah kedinginan dan merasa sepi. Entah kapan sang mentari mulai hadir, dan menyapa kembali diriku. Sosoknya yang hangat dan menenangkan, membuat diriku semakin nyaman.
Kehidupanku yang gelap tak berwarna, tergantikan oleh definisi warna yang paling indah, yaitu kamu. Kamu selalu memeluk tubuhku dengan erat, ketika aku merasa kedinginan. Kamu juga yang menarik diriku dari sisi kelam kehidupan.
Ikatan tali yang semulanya mengikat kencang tubuhku mulai mengendur. Rasa sesak yang aku alami di percintaan sebelumnya mulai menghilang. Inikah cinta yang aku harapkan?
Terlihat gurat bahagia di wajahmu ketika berbincang denganku. Bola matamu yang selalu berbinar dan mengarah kepadaku, membuat ketenangan dalam diriku semakin terdefinisi. Harum tubuhmu membuatku terpikat. Aku jatuh cinta kepadamu.
ADVERTISEMENT
Ketika aku bersedih, lentikkan jarimu menyapu air mata yang membasahi pipiku. Tingkah konyolmu membuatku tertawa. Aku merasa menjadi wanita yang sangat beruntung.
Berjumpa dan memadu kasih denganmu merupakan suatu keajaiban. Bersamamu membuat aku lupa akan jahatnya dunia kepadaku.
Masalah yang aku hadapi sirna begitu saja ketika aku bersamamu. Aku semakin sadar, bahwa kamu adalah pulangku yang paling sempurna.
Kacau, bagaimana bisa aku menjadi candu. Tak melihat batang hidungmu sebentar saja, membuatku sengsara menahan rindu. Ketika rindu datang menyapa, aku hanya bisa membayangkan lekuk indah wajahmu dan harum tubuhmu yang menenangkan.
Jika biasanya seorang pecandu harus direhabilitasi agar sembuh, aku tak ingin sembuh. Aku masih ingin merasakan candu yang nikmat. Tentu saja bukan candu barang haram, melainkan candu kepadamu.
ADVERTISEMENT
Terima kasih telah hadir, memberi warna pada hidupku yang temaram. Terima kasih atas segala usaha yang kamu lakukan, hingga aku berhasil menjadi seorang pecandu.
Aku mencintaimu dengan segala baik burukmu. Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, sesederhana hujan yang jatuh membasahi bumi.
(Ave Airiza Gunanto/ Politeknik Negeri Jakarta)