Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Rumpang yang Indah
16 Mei 2020 13:03 WIB
Diperbarui 13 April 2021 13:32 WIB
Tulisan dari Ave Airiza tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
“Jika kelak kau punya waktu luang. Kukirimkan kau sekotak kenangan. Juga beberapa pertanyaan ringan. Apa kabar kau disana?"- Boy Chandra
ADVERTISEMENT
Ketika semua orang tersenyum, aku tak bisa. Aku perlu waktu untuk mencerna semua ini. Menatap sembarang arah dengan tatapan kosong, berharap kamu ada di hadapanku. Orang – orang itu menyemangatiku, mereka berbusana putih bersih. Tapi aku tak perlu omong kosong itu.
Aku mengenal mereka dengan baik, ayah, ibu, dan juga kakakmu. Kita terbiasa bercengkrama. Ibumu senang sekali ketika bertemu denganku, katanya aku sudah dianggap sebagai anak perempuannya. Dan kau merengek, pura-pura cemburu dengan sikap ibumu kepadaku.
Sosokmu yang tinggi, bola mata yang indah jika terkena pantulan mentari, hidung perosotan yang sering ku ejek. Akan selalu aku ingat. Aku bahkan tak menyangka pria setampan dan sepintar kamu, bisa jatuh hati kepada gadis biasa seperti aku.
ADVERTISEMENT
Kamu itu murah senyum. Sejengkel apapun dirimu terhadapku, kamu akan tetap tersenyum sambil mengacak rambutku. Bahkan ketika kamu merasa sakit, kamu juga masih tersenyum. Kamu bilang, dengan tersenyum rasa sakit itu akan sirna. Bodoh sekali aku tidak bisa menangkap kode itu.
Pikirku, semua akan kembali normal. Kebahagiaan, haru biru, dan semua yang semesta kehendaki. Nyatanya semua keliru, aku tak bermimpi. Aku bahkan lupa bagaimana cara menangis dan tersenyum. Kekalutan mendominasi otak.
Hidupku kosong tak lengkap, rumpang ternyata. Ada spasi dalam hidupku. Aku dipaksa untuk berhenti sejenak. Pagiku terasa abu, malam terasa kelam. Cahaya mentari tak mampu lagi membakar semangatku.
Yang aku tahu, waktu tak pernah memihak kita. Genggamanku terlampau erat, aku tak mau melepas kekasih hatiku. Aku kalah, maaf. Setidaknya aku pernah menggenggam dengan erat, lalu terlepas.
ADVERTISEMENT
Dress kuning yang aku kenakan merupakan pemberianmu di hari ulang tahunku. Dan aku tahu, kuning merupakan warna favorite kamu, makanya aku mengenakan ini.
Wajahmu masih sama seperti dulu, menenangkan. Bahkan kamu terlihat jauh lebih tampan dengan jas yang kau kenakan. Aku terlalu lama menatapmu, hingga tak sadar pipiku basah. Aku bahagia sayang, aku bahagia karena kamu kekasihku. Kamu sekarang bisa tersenyum sepuasnya tanpa merasakan sakit.
Hidup memang suka lucu ya, sering menguji dengan lara. Kita dipertemukan, lalu dipisahkan. Kamu dilahirkan untuk memaknai kematian. Aku lelah dan kau pun juga . Setiap orang bahkan merasa lelah. Aku mohon, ingat pintaku dengan baik. Aku akan selalu ada untuk kamu, tunggu aku di taman itu.
ADVERTISEMENT
(Ave Airiza Gunanto/ Politeknik Negeri Jakarta)