Identitas Sosial, Media Sosial, dan Opini Politik

Avriel Selma Eka Siwi
Mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Konten dari Pengguna
22 Desember 2023 14:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Avriel Selma Eka Siwi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi identitas sosial (sumber: https://pixabay.com/)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi identitas sosial (sumber: https://pixabay.com/)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Identitas sosial mengacu pada cara individu mengidentifikasi diri mereka dalam suatu kelompok sosial atau kategori tertentu. Hal ini mencakup berbagai aspek yang membentuk gambaran diri seseorang dan cara mereka melihat diri mereka dalam hubungannya dengan kelompok sosial lainnya.
ADVERTISEMENT
Identitas sosial mencakup faktor-faktor seperti suku, etnisitas, agama, gender, kelas sosial, dan banyak aspek lainnya yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang merasa termasuk atau terkait dengan kelompok tertentu.
Identitas sosial membentuk bagian penting dari konsep diri seseorang. Cara individu melihat diri mereka sendiri dan bagaimana mereka ingin dilihat oleh orang lain dapat dipengaruhi oleh identitas sosial.
Identitas sosial tidak bersifat statis. Faktor-faktor seperti perubahan lingkungan, perpindahan sosial, atau peristiwa tertentu dapat mempengaruhi dan bahkan mengubah identitas sosial seseorang sepanjang waktu.
Ilustrasi bermedia sosial (sumber: https://pixabay.com/)
Media sosial memiliki dampak signifikan terhadap identitas sosial individu. Media sosial memberikan platform di mana individu dapat terpapar dengan berbagai identitas sosial, seperti suku, agama, dan gender. Hal ini dapat memperluas pemahaman dan toleransi terhadap keberagaman.
ADVERTISEMENT
Media sosial memungkinkan individu untuk terhubung dengan anggota kelompok yang memiliki identitas sosial serupa yang mana dapat memperkuat rasa kebersamaan dan dukungan, membangun serta memelihara identitas kelompok. Individu seringkali menggunakan media sosial untuk membangun dan mengekspresikan identitas mereka. Aktivitas seperti membagikan foto, status, atau cerita dapat menjadi cara untuk menyajikan dan mengkomunikasikan identitas sosial.
Meskipun media sosial dapat memberikan akses ke berbagai identitas sosial, algoritma dan filter yang cenderung membatasi paparan pada pandangan yang sudah ada. Hal ini dapat memperkuat konfirmasi bias dan meningkatkan pemahaman yang sempit terhadap identitas sosial. Media sosial memiliki kemampuan untuk membentuk norma sosial dan standar identitas. Melalui konten yang populer atau tren, individu dapat merasa tekanan untuk mengikuti norma yang diperlihatkan di media sosial.
ADVERTISEMENT
Identitas sosial, termasuk identitas politik, memainkan peran kunci dalam membentuk opini politik. Individu yang merasa kuat terhubung dengan suatu kelompok politik cenderung memelihara dan menguatkan opini politik yang sejalan dengan identitas tersebut. Individu terpapar terutama pada konten yang mendukung pandangan mereka sendiri, menciptakan echo chamber yang membatasi paparan pada opini yang beragam.
Psikologi pemilihan informasi berperan saat individu secara selektif mencari dan mengonsumsi informasi yang mendukung keyakinan dan identitas politik mereka, bahkan jika informasi tersebut tidak objektif atau benar. Media sosial menciptakan tekanan sosial virtual di mana individu merasa perlu untuk konform dengan pandangan mayoritas dalam kelompok mereka yang mana hal ini dapat memengaruhi opini politik agar sesuai dengan norma kelompok.
ADVERTISEMENT
Identitas sosial dan media sosial dapat berkontribusi pada polarisasi politik, di mana individu semakin memperkuat perbedaan identitas dan pandangan mereka, mengakibatkan ketidaksepakatan yang lebih besar di antara kelompok-kelompok politik. Hal ini juga dapat memicu respon emosional yang kuat terhadap isu-isu politik, seperti kemarahan atau rasa keterancaman dapat memengaruhi opini dan keputusan politik.***
Avriel Selma Eka Siwi, Mahasiswa Psikologi Politik Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta