Konten dari Pengguna

Jahanara, Putri Terbaik Mughal

Awadh Al-Karim
Mahasiswa UIN Jakarta, senang belajar sejarah
7 Desember 2022 13:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Awadh Al-Karim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jahanara adalah putri kesayangan Shah Jahan. Ia adalah anak kedua hasil pernikahan Shah Jahan dengan Mumtaz Mahal, ikon cinta abadi dari Mughal. Pembahasan mengenai putri Mughal ini termasuk topik yang menarik walaupun terkadang luput dalam sejarah. Wanita dalam lingkup kerajaan mungkin identik dengan foya-foya atau kisah cinta. Akan tetapi, Jahanara memiliki corak yang berbeda. Jahanara memiliki sikap terpuji dan memegang posisi penting dalam kehidupan ayahnya bahkan kekaisaran Mughal itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Jahanara lahir pada 23 Maret 1614 M di Ajmer, Rajasthan, India. Ia adalah putri kedua dari Shah Jahan. Ia memiliki kakak yang bernama Hur Al-Nisa. Sayangnya, ia meninggal pada usia tiga tahun karena cacar. Jahanara adalah salah satu dari 7 anak Shah Jahan dengan Mumtaz Mahal yang masih hidup. Mumtaz Mahal sendiri melahirkan sebanyak 14 kali yang sebagiannya berujung kematian dini pada anak-anaknya.
Jahanara kecil tumbuh dalam didikan Mumtaz Mahal dan para cendekiawan istana. Ibu susu dari Jahanara adalah istri seorang panglima terpercaya di istana yaitu Huri Khanum Begum. Pendidikan Jahanara dipercayakan kepada kepala dayang ibunya yang bernama Sati al-Nisa. Sati al-Nisa merupakan wanita cerdas yang pandai dalam membaca Al-Qur’an, bahasa dan sastra Persia, etika, dan paham berbagai jenis obat-obatan. Selain di bawah didikan Sati al-Nisa, Jahanara sebagai putri bangsawan memanfaatkan akses ke perpustakaan istana yang sangat lengkap untuk terus belajar. Jahanara juga belajar politik istana sehingga paham akan strategi dan taktik yang harus dijalankan Dinasti Mughal. Ia juga pandai bermain catur dan sering bermain catur bersama ayahnya.
ADVERTISEMENT
Ayah Jahanara, Shah Jahan naik tahta pada tahun 1628 M. Saat itu Jahanara masih berumur 14 tahun. Ibu Jahanara kemudian diberi berbagai gelar dan harta yang melimpah. Mumtaz Mahal yang menjadi istri kesayangan Shah Jahan ditunjuk menjadi permaisuri atau ibu negara (Padshah Begum) kaisar Mughal. Mumtaz Mahal yang dikenal cantik, cerdas dan bijak sering dimintai nasehat oleh Shah Jahan dalam masalah kerajaan. Jahanara banyak belajar dari kebijaksanaan ibunya tersebut.
Ketika Jahanara berumur 17 tahun, Mumtaz Mahal meninggal setelah melahirkan anaknya yang keempat belas. Ini merupakan pukulan besar bagi Kekaisaran Mughal. Shah Jahan sangat sedih hingga mengurung diri. Disinilah Jahanara tampil sebagai putri yang mampu menguatkan ayahnya dan mampu memanajemen perawatan terhadap adik-adiknya. Boleh dikata Jahanara memiliki kemiripan dengan ibunya.
ADVERTISEMENT
Posisi lowong Padshah Begum seharusnya diisi oleh istri Shah Jahan yang lain. Akan tetapi, Shah Jahan lebih memilih putrinya mengisi posisi tersebut. Jahanara yang masih berumur 17 tahun dipercaya menjadi ibu negara bagi Mughal dengan berbagai wewenang dan tugas yang sangat berat. Dia dipercaya untuk menjaga segel kekaisaran, mengeluarkan dekrit, dan memiliki laskar tentara sendiri. Shah Jahan juga sering meminta nasihat dan mengabulkan pengampunan Jahanara bagi orang-orang yang melanggar peraturan. Loyalitas dan kecerdasan putrinya meyakinkan Shah Jahan untuk mempercayai Jahanara sebagai Padshah Begum.
Tugas pertama yang harus diselesaikan oleh Jahanara adalah pernikahan adik laki-laki pertamanya, Dara Shikoh yang tertunda karena kematian ibunya. Selain itu, pendidikan adik-adiknya menjadi tanggung jawab Jahanara. Begitu pun pernikahan adik laki-lakinya yang lain semuanya diatur oleh Jahanara. Rumah tangga istana Mughal juga berada di bawah komandonya. Jahanara bahkan memiliki kapal dagang sendiri yang berlayar dari Surat. Kapal dagangnya itu melayani ekspor hasil pertanian kekaisaran, perdagangan internasional bahkan melayani pemberangkatan jamaah haji. Ia juga memiliki berbagai tanah dan lumbung pertanian yang banyak menghasilkan pundi-pundi uang. Jahanara menjadi wanita yang paling berpengaruh di kekaisaran Mughal saat itu.
ADVERTISEMENT
Jahanara terkenal sebagai pengikut sufi aliran Qadiriyyah. Ia dan Dara Shikoh berguru tasawuf kepada Mullah Shah Badakhshi. Jahanara menulis kitab Munis al-Arwah yang berisi biografi Mu’inuddin Chisti dan Risalat-i Sahibiyya yang berisi pengalaman spiritualnya. Dalam ajaran sufi, ia menemukan bahwa mereka yang tidak menikah memiliki status terhormat dan memiliki hubungan yang langsung kepada Tuhan seperti Rabi’ah al-Adawiyah. Kuburan Jahanara sendiri berada di kompleks Nizamuddin Dargah, kompleks sufi terkenal di India. Di samping itu, Jahanara terkenal karena kedermawanannya kepada kaum fakir miskin, janda, dan anak yatim. Ia juga memerintahkan pembangunan masjid dan pemberian bantuan kepada jamaah haji.
Peran penting Jahanara sangat terlihat selama perang suksesi kekuasaan antar saudaranya. Shah Jahan yang jatuh sakit dan didesas-desuskan meninggal pada tahun 1657 menjadi sebab penting dalam meletusnya perang saudara. Jahanara berada di pihak ayahnya mendukung Dara Shikoh, putra tertua Shah Jahan sebagai penerus kekuasaan. Jahanara dan Dara saat itu berposisi di Agra.
Lukisan Abanindranath Tagore menggambarkan wafatnya Shah Jahan di samping Jahanara dari https://artsandculture.google.com/asset/passing-of-shajahan-abanindranath-tagore/rgGRTlIKbfomnQ, Public Domain, https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=116216891
Di sisi lain, Aurangzeb berdiri menentang penunjukan Dara Shikoh sebagai putra mahkota karena menganggap bahwa penunjukan putra mahkota itu tidak harus berdasarkan urutan kelahiran melainkan karena kesanggupan dan kecakapan. Ia menuding bahwa saudaranya itu menganut paham liberal dalam beragama. Ia juga merasa bahwa ayahnya hanya mencintai Dara dan Jahanara saja sehingga mewariskan tahta kepada mereka. Jahanara berdiri sebagai penengah antara Aurangzeb dengan ayahnya. Ia memberi nasehat dan mengirim surat kepada Aurangzeb agar tidak memberontak. Ia mengajukan pembagian wilayah bagi semua saudara laki-lakinya sebagai solusi dari perang saudara. Jahanara juga berdiplomasi dengan dua saudara laki-lakinya, Shah Shuja dan Murad untuk tidak beraliansi dengan Aurangzeb.
ADVERTISEMENT
Namun, kemenangan jatuh di tangan Aurangzeb saat melawan Dara di Samugarh. Aurangzeb mengepung Agra dan memenjarakan Shah Jahan di sebuah menara di Benteng Merah. Jahanara juga ikut ke penjara dan merawat ayahnya hingga wafat disana. Disana ia merawat ayahnya dengan telaten, berusaha menghiburnya dan menghapus kesedihannya.
Setelah Shah Jahan wafat, Jahanara memilih berdamai dengan Aurangzeb. Pada tahun 1669, Jahanara kembali meraih posisi Padshah Begum menggantikan adik perempuannya, Roshanara. Posisinya yang kuat di istana membuatnya tak segan untuk menegur Aurangzeb yang mengedepankan Islam konservatif dalam pemerintahannya. Aurangzeb pun memberi gelar kepada kakaknya Sahibat al-Zamani yang berarti "Nyonya Pemilik Zaman" setelah kematiannya.
Jahanara adalah putri yang sangat dicintai rakyat Mughal karena kecakapan, kebaikan dan kemurahan hatinya. Ia merupakan contoh figur wanita kuat keturunan Timur Lenk. Ia menjadi sponsor pembangunan masjid Jama' Delhi dan merancang pembangunan Chandni Chowk, alun-alun terkenal di Delhi. Berbagai peristiwa yang ia alami, kekayaannya, pengaruhnya, dan akhlaknya yang terpuji menjadikannya sebagai putri Mughal yang tidak ada tandingannya pada masa itu. Jahanara meninggal pada tahun 1681 M dan dikuburkan di Delhi di samping makam Nizamuddin Auliya.
ADVERTISEMENT