Sikap Bela Negara Solusi Konsumtif Energi yang Boros!

Awaf Wirajaya
Dewan Energi Mahasiswa (DEM) Aceh, Mahasiswa Pascasarjana Ketahanan Energi Universitas Pertahanan, Founder and Executive Director of the Indonesian Energy Security Society (IESS)
Konten dari Pengguna
30 Oktober 2023 17:05 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Awaf Wirajaya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi distribusi tenaga listrik. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi distribusi tenaga listrik. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Produksi listrik on grid dan off grid tahun 2020 mencapai 292,0 TWh yang berasal dari pembangkit PLN dan non PLN. Sekitar 62,0% produksi listrik berasal dari PLT Batubara, 18,2% EBT, 17,6% gas, dan minyak hanya 2,3%. Sebagian besar pembangkit listrik terutama PLTU Batubara berada di Pulau Jawa, sedangkan pembangkit gas berada di dekat lokasi cadangan gas seperti Sumatera Utara, Sumatera Selatan, DKI, Jawa Barat, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Sementara Pulau Kalimantan dan Indonesia Timur masih didominasi oleh PLTD dan pembangkit EBT (Neraca Energi Nasional, 2021) .
ADVERTISEMENT
Rumah tangga merupakan sektor terbesar yang mengkonsumsi listrik pada tahun 2021 dan diikuti sektor industri, sektor komersial dan sektor transportasi. Permintaan listrik di sektor rumah tangga sebesar 114 TWh atau 44,9% dari total permintaan tenaga listrik nasional. Hal tersebut dipengaruhi oleh jumlah rumah tangga yang mencapai sekitar 69 juta pada tahun 2021. Permintaan listrik sektor industri sebesar 80 TWh (31,4%) dan sektor komersial sebesar 60 TWh (23,6%) dan sisanya adalah sektor transportasi sebesar 0,3 TWh (0,1%). Saat ini konsumsi listrik sektor transportasi hanya dipergunakan untuk kereta listrik Jabodetabek dan Jawa dengan konsumsi sebesar 317 GWh.
Konsumsi listrik per kapita selama 5 tahun terakhir tumbuh sebesar 2,9%. Tren konsumsi listrik per kapita dari Ditjengatrik KESDM tahun 2016 – 2021, masing – masing sebesar 956, 1021, 1064, 1084, 1088 dan 1123 dalam satuan kWh/kapita. Secara umum, total konsumsi listrik terbesar berada di region Jawa-Bali sebesar 69,9% dari total nasional, sementara Sumatera hanya 16,3%, Sulawesi dan Kalimantan masing-masing 4,6% dan 4,5% serta Nusmapa sebesar 2,5%. Kondisi konsumsi listrik per region menunjukkan bahwa kemajuan pembangunan infrastruktur pada daerah luar Jawa-Bali masih sangat jauh dibandingkan dengan kondisi di region Jawa – Bali. Kondisi di daerah timur Indonesia terutama Papua dan Maluku kontribusinya tidak lebih dari 3%. Selain itu, tingkat kepadatan penduduk juga menjadi salah satu faktor utama penyebab disparitas. Total pelanggan listrik pada tahun 2021 sebesar 79 juta, sekitar 61% merupakan rumah tangga di Pulau Jawa.
ADVERTISEMENT
Konsumsi energi di sektor rumah tangga (tanpa biomasa) pada tahun 2020 mencapai 19,8 juta TOE yang terdiri dari 50,8% listrik, 47,0% LPG, sisanya minyak tanah, gas dan biogas masing-masing 1,9%, 0,2% dan 0,1%. Penggunaan listrik pada rumah tangga terutama untuk pendingin udara (AC), pompa air, cuci, sertika, dan penerangan. Listrik menjadi energi terbesar yang di konsumsi oleh sektor rumah tangga.
Jika tren konsumsi listrik terus meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk yang diproyeksikan sebesar 1,2% pada tahun 2019 maka nantinya Indonesia akan menghadapi kelangkaan energi listrik dalam waktu dekat. Menghadapi kelangkaan energi listrik dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu dengan pendekatan teknologi dan pendekatan perilaku. Pendekatan teknologi membutuhkan biaya yang cukup tinggi dari pada pendekatan perilaku sehingga pendekatan teknologi jika tidak diimbangi dengan pendekatan perilaku untuk menghemat energi listrik maka hal tersebut mustahil untuk mencapai tujuan penghematan itu sendiri. Langkah-langkah untuk mengurangi kelangkaan energi listrik dengan biaya yang tidak begitu tinggi, salah satunya dengan melakukan perubahan perilaku konsumen untuk menghemat energi khususnya energi listrik sektor rumah tangga (Senjawati et al., 2020).
Ilustrasu perilaku boros energi.
Alasan perilaku boros energi menurut penelitian (Rahmadyani & Kusuma, 2019) adalah sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
• Untuk kenyamanan, misal butuh AC di siang hari karena panas dan lampu pada siang hari karena membutuhkan cahaya untuk bekerja.
• Karena lupa dan akibat buru-buru terhadap sesuatu atau buru-buru meninggalkan rumah. TV yang dibiarkan menyala di ruang tengah karena tertidur.
• Karena waktu pengisian daya membuat saya menunggu lama, jadi sering saya tinggal.
• Karena terbiasa tidur dalam keadaan terang, dan lupa mencabut, kadang malas mencabut charger gadget.
Kesadaran mahasiswa untuk berhemat energi listrik masih rendah. Terlebih serangkaian studi awal memperlihatkan usia remaja menjadi kelompok yang dianggap tidak peduli terhadap upaya penghematan. Di samping merasa tidak bertanggung jawab atas pembayaran listrik, para remaja beranggapan tidak tahu alasan mengapa harus berhemat listrik. Faktor penyebab lain, masyarakat menganggap perilaku hemat energi listrik akan mengurangi kenyamanan dan kesenangan, dan mereka juga beranggapan isu kelangkaan energi hanyalah isu yang dipolitisasi dan kelangkaan energi lebih disebabkan kegagalan pemerintah dalam mengelola energi. Penggunaan listrik yang berlebihan atau boros sering kita jumpai dalam kehidupan masyarakat seperti lampu yang tidak dimatikan pada siang hari, lalu lampu yang dibiarkan menyala saat sedang tidur dan dalam entitas pendidikan sering dijumpai lupa mematikan pendingin ruangan setelah selesai digunakan serta LCD proyektor yang dibiarkan tetap menyala meski kegiatan perkuliahan telah selesai. Hal ini dapat terjadi karena masyarakat kita tidak terbiasa dengan perilaku hemat energi sehingga perlu adanya kebiasaan disiplin dalam menggunakan energi listrik tersebut. Efisiensi penggunaan energi terkait dengan konsep hemat energi hal ini harus dimulai dengan perubahan perilaku masyarakat (Fasya, 2018).
ADVERTISEMENT
Salah satu wujud bela negara diimplementasikan dalam pendidikan budaya hemat energi. Pendidikan budaya hemat energi seharusnya dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan karakter Indonesia. Pendikan hemat energi sebagai wujud bela negara tidak menjadi mata pelajaran tersendiri, tetapi diintegrasikan ke berbagai mata pelajaran yang relevan dan kegiatan ekstrakurikuler. Pengintegrasian pada mata pelajaran wajib seperti Kewarganegaraan, Pendidikan Agama, Bahasa Indonesia, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, Seni Budaya dan Prakarya. Pada kegiatan ekstrakurikuler, seperti pada kegiatan kelompok Pecinta Lingkungan, Earth Hour, Sobat Bumi, Pramuka, Paskibra, Palang Merah Remaja (PMR).
Ilustrasi sikap bela negara.
Setiap individu yang memiliki kesadaran bela negara akan mendukung upaya sistematis, terencana, terpadu untuk melestarikan sumber daya energi dalam negeri serta meningkatkan efisiensi pemanfaatannya melalui tindakan hemat energi yang merupakan bagian dari konservasi energi di dunia pendidikan. Pendidikan budaya hemat energi dapat dikembangkan melalui kerjasama kementerian (Ristekdikti, Menhan, ESDM) dalam mengajak lembaga-lembaga pemerintahan, pendidikan dan kemasyarakatan melalui kesadaran bela negara melalui aksi Green Team. Aksi ini merupakan program perubahan perilaku agar lebih mencintai Indonesia melalui peranan dan sikap efisien di lingkungan sekitar, dalam upaya peningkatan efisiensi dan konservasi di berbagai sektor pengguna energi final, seperti sektor rumah tangga, komersil, industri dan transportasi, sehingga tercipta perubahan perilaku budaya hemat energi secara berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Penghematan listrik dapat dilakukan dengan cara mematikan peralatan elektronik yang tidak digunakan seperti lampu, komputer/laptop, AC, kipas angin. Penghematan listrik pada lampu: (1) melakukan penempelan stiker pengingat yang tersedia di dekat saklar lampu; (2) mempergunakan lampu hemat energi (LHE) dan mengurangi pemakaian lampu bohlam/ pijar. Penghematan listrik pada AC; (1) mematikan AC jika ruangan tidak dipergunakan; (2) menutup jendela dan pintu ketika AC sedang berada pada posisi on; (3)mengatur suhu AC sesuai kebutuhan sekitar 24-27°C karena semakin dingin suhu maka semakin besar konsumsi listriknya. Penghematan listrik pada kulkas; (1) memastikan pintu kulkas tertutup rapat; (2) mengatur suhu kulkas; (3) membersihkan kondeser secara teratur. Penghematan listrik pada laptop/ komputer; (1) mematikan layar monitor apabila tidak digunakan; (2) menggunakan resolusi display dan brightness yang rendah; (3) mengatur power setting monitor secara otomatis dalam keadaan power on/off; (4) mematikan komputer maupun laptop saat tidak digunakan. Penghematan listrik pada mesin cuci: (1) memakai mesin cuci ketika cucian banyak; (2) memakai mesin cuci sesuai kapasitas dengan air sesuai petunjuk; (3) mengurangi penggunaan pengering listrik. Penghematan listrik pada TV dan peralatan elektronik; (1) memilih model yang paling hemat energi; (2) mengatur penggunaan sesuai kebutuhan; (3) menghindari meninggalkan alat elektronik dalam keadaan stand by; (4) mempergunakan fungsi timer sebaik-baiknya;(5) menggunakan saklar on/off pada stop kontak (Khotimah, 2017).
ADVERTISEMENT