Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Spesies Baru Cecak Jari Lengkung Dari Jawa Timur di Awal Tahun 2025
19 Januari 2025 12:04 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Awal Riyanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kabar gembira di awal tahun 2025 ini, setidaknya terdapat dua spesies baru yang telah dipublikasikan dari kelompok herpetofauna, yaitu Rhacophorus boeadii yang dipublikasi pada jurnal ZOOTAXA pada tanggal 14 Januari berdasarkan spesimen dari Sulawesi dan Cyrtodactylus pecelmadiun yang dipublikasi pada jurnal yang sama pada tanggal 16 Januari berdasarkan spesimen dari Jawa Timur. Pada tulisan ini, hanya akan diulas spesies baru cecak dari Jawa Timur tersebut.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa Pulau Jawa, yang merupakan pulau terbesar ke-13 di bumi dengan luas sekitar 128.000 km², adalah salah satu hotspot keanekaragaman hayati tertinggi. Jumlah gunung berapi di pulau ini setidaknya tercatat sebanyak 38 buah dan masih aktif, membentuk punggung yang terbentang dari timur ke barat. Hal tersebut menciptakan kondisi geografis dan ekologis yang unik, yang berkontribusi terhadap evolusi fauna maupun flora yang ada di sana, termasuk kelompok cecak jariengkung (Cyrtodactylus).
ADVERTISEMENT
Cyrtodactylus Jawa
Perjalanan kajian taksonomi Cyrtodactylus di Jawa menarik dan dinamis, sehingga jumlah spesiesnya mengalami pasang-surut. Spesies Cecak jarilengkung yang pertama dideskripsi dari Jawa Cyrtodactylus marmoratus. Cecak ini dideskripsi oleh Gray pada tahun 1831 berdasarkan spesimen yang dikoleksi Heinrich Kuhl (1797–1821) dan Johan Conrad van Hasselt (1797–1823) yang disimpan di Museum Naturalis (sebelumnya Rijksmuseum van Natuurlijke Historie, disingkat RMNH) di Leiden, Belanda. Seratus delapan puluh empat tahun kemudian, berdasarkan hasil pemeriksaan spesimen dari Jawa, Rooij (1915) melaporkan bahwa di Jawa terdapat dua spesies, yaitu C. marmoratus dan C. fumosus. Cyrtodactylus fumosus sendiri dideskripsi oleh Müller pada tahun 1895 berdasarkan spesimen dari Boelawa Sulawesi Utara yang dikoleksi pada ketinggian 1.200 m dpl. Keyakinan dua spesies tersebut juga didukung oleh Brongersma (1934). Selanjutnya pada tahun 2014 dideskripsi C. semiadii berdasarkan spesimen dari Jawa Timur dan Yogjakarta, pada tahun 2015 dideskripsi C. petani berdasarkan spesimen dari Jawa Timur, pada tahun 2016 dideskripsi C. klakahensis berdasarkan spesimen dari Jawa Timur, pada tahun 2024 dideskripsi C. belanegara berdasarkan spesimen dari Jawa Barat, dan di awal tahun 2025 dideskripsi C. pecelmadiun berdasarkan spesimen dari Jawa Timur.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2016, Mecke et al. yang melakukan deskripsi ulang terhadap seri spesimen acuan C. marmoratus dan C. fumosus menyimpulkan bahwa selama ini populasi cecak jarilengkung Jawa yang diidentifikasi sebagai C. fumosus adalah variasi C. marmoratus, dan mereka juga menegaskan bahwa populasi C. fumosus mempunyai sebaran yang terbatas di pulau Sulawesi. Selanjutnya, Riyanto et al. (2029) berdasarkan pendekatan taksonomi integratif menyarankan bahwa populasi Cibodas (Jawa Barat) sebagai C. marmoratus sejati. Hal ini didasarkan pada kesesuaian karakter morfologi populasi Cibodas dengan spesimen acuan (holotype) yang dideskripsi ulang secara detail oleh Mecke et al. (2016). Selain itu, Riyanto et al. (2020) juga mensinonimkan C. klakahensis sebagai C. petani.
Kajian molekuler yang dilakukan oleh Grismer et al. (2021) dan O’Connell et al. (2019) mengindikasikan bahwa banyak spesies di Jawa dengan nama C. marmoratus, disamping itu Cyrtodactylus di Jawa terdiri dari dua kelompok besar, yaitu grup darmandvillei dan marmoratus yang kedua-duanya merupakan spesies kompleks. Kedua penelitian tersebut memberikan inspirasi dan motivasi awal bahwa Cyrtodactylus pulau Jawa sesungguhnya masih belum terungkap (hidden diversity), hingga akhirnya terbukti dengan deskrisi C. belanegara dan C. pecelmadiun ini.
ADVERTISEMENT
Identitas Cyrtodactylus pecelmadiun
Cyrtodactylus pecelmadiun mempunyai warna dasar cokelat kehitaman ini mempunyai jarak genetik dengan kerabat dekatnya, kelompok C. darmandvillei, antara 7,7–12,1% pada gen ND2. Individu dewasa diketahui mempunyai ukuran panjang tubuh (Snout Vent Length, SVL)pada jantan mencapai 67,2 mm dan 59,0 mm pada betina. Karakteristik cecak ini meliputi tidak adanya tuberkular di permukaan dorsal lengan atas sedangkan di permukaan dorsal lengan bawah ada, demikian juga sepanjang lipatan ventrolateral, 18–20 baris tuberkular dorsal tidak teratur di bagian tengah tubuh, 26–28 baris tuberkular antara ketiak dan selangkangan, 28–34 baris sisik perut, pada individu jantan mempunyai ceruk precloacal dan 32–37 pori precloacofemoral, dan pada sub kaudal tidak terdapat sisik lebar.
C. pecelmadiun berbeda dengan kerabatnya, C. petani, dalam hal karakter morfometik yang lebih panjang meliputi panjang tubuh, panjang badan, panjang kepala, lebar kepala, panjang moncong dan diameter mata serta tebal kepala yang lebih kecil, dan karakter meristik meluputi jumlah baris tuberkular di badan lebih banyak dan jumlah baris sisik perut yang lebih sedikit.
ADVERTISEMENT
C. pecelmadiun bila dibandingkan dengan C. marmoratus mempunyai ukuran tubuh dewasa yang lebih kecil (67,2 mm kontra 85,7 mm SVL), sisik ventral yang lebih sedikit (30–35 kontra 34–46), alur precloacal berbentuk “V” terbalik (kontra bentuk “Y” terbalik), dan jumlah pori precloacofemoral yang lebih sedikit (32–35 kontra 24–52) dan lamella subdigital yang lebih sedikit di bawah jari kaki keempat (17–18 kontra 20–24). Adapun perbedaan C. pecelmadiun dengan C. semiadii adalah pada ukuran tubuh dewasa yang lebih besar (67,2 mm kontra 51,4 mm SVL), adanya pori precloacal dan pori femoral tersusun menyambung kontra hanya terdapat pori precloacal, disamping bentuk ekor yang normal (kontra bentuk ekor yang relatif gemuk). Bila dibandingkan dengan C. belanegara, spesies baru ini memiliki ukuran tubuh yang lebih besar (67,2 mm kontra 53,8 mm SVL), sisik ventral yang lebih sedikit (28–34 kontra 37–40), dan pori precloacofemoral (kontra baris pori precloacal dan pori femoral yang dipisahkan sisik tanpa pori).
ADVERTISEMENT
Adapun perbedaan terhadap spesies dalam darmandvillei lainnya seperti C. batucolus dari Malaysia dalam hal jumlah pori precloacofemoral yang lebih sedikit (32–37 kontra 43–46) dan ukuran tubuh yang lebih kecil (67,2 mm kontra 75,2 mm SVL). Perbedaan dengan C. seribuatensis yang juga dari Malaysia terletak dalam hal jumlah pori precloacofemoral yang lebih sedikit (32–37 kontra 40–44) dan ukuran tubuh yang lebih kecil (67,2 mm kontra 75 mm SVL).
Habitat dan distribusi
Sejauh ini, Cyrtodactylus pecelmadiun diketahui terdistribusi dataran rendah Jawa Timur dengan berbagai tipe habitat, seperti tanggul jembatan, tumpukan genteng bangunan yang tersisa dari bangunan di dekat semak belukar, dan kebun-kebun di permukiman di desa. Pada habitat tersebut ditemukan tidak lebih dari 40 cm di atas permukaan tanah. Oleh para authornya, cecak ini dikategorikan bersifat generalis dalam hal habitat.
Fungsi dalam ekosistem
Cyrtodactylus pecelmadiun mempunyai peran penting dalam menjaga kesiembangan ekosistem melalui mekanisme rantai makanan. Meskipun belum ada penelitian langsung mengenai preferensi mangsa dari spesies baru ini, sebagaimana spesies cecak lainnya, C. pecelmadiun juga menjadi predator dan salah satu pengendali populasi serangga di sekitar permukiman. Oleh karenanya, sebaiknya tidak membersikan kebun dari gulma dengan herbisida. Berdasarkan pengalaman penulis, bahwa pada habitat-habitat yang intensif mendapatkan herbisida tidak ditemukan spesies-spesies herpetofauna kecuali cecak Hemidactylus frenatus saja.
ADVERTISEMENT
Penamaan nama spesies
Spesies baru ini mempunyai nama yang cukup unik, dikarenakan ditemukan dari daerah sekitar kota Madiun yaitu Maospati dan Mojokerto, maka diberi nama berdasarkan nama kuliner yang berasal dari Jawa Timur, yaitu “pecel madiun”. Para author spesies ini ingin mengenalkan ke dunia nama-nama kuliner Nusantara melalui penamaan spesies-spesies baru. Sebagaimana kita ketahui bahwa sejauh ini bebeberapa kuliner Nusantara yang sudah dikenal baik para wisatawan maupun orang asing diantaranya sate, nasi padang dan nasi goreng.
Deskripsi spesies baru dari Jawa Timur ini menambah khasanah kekayaan spesies cecak jarilengkung di Jawa menjadi 5, yaitu C. belanegara, C. marmoratus, C. petani, C. semiadii dan C. pecelmadiun. Dengan melihat posisi Indonesia yang merupakan negara kepulaua, terletak di wilayah tropis dengan beragam tipe habitat dan ekosistem serta kemajuan teknologi maka diyakini masih banyak lagi cecak marga Cyrtodactylus yang akan terdeskripsi.
ADVERTISEMENT