Konten dari Pengguna

Wonderful Indonesia: BRIN, YKAN dan UTA Deskripsikan Spesies Baru Cecak Maratua

Awal Riyanto
Ahli Peneliti Madya Herpetologi di Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN
11 Agustus 2024 10:32 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Awal Riyanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Novelti ini berawal dari pejalanan pendataan cepat keanekaragaman hayati di salah satu pulau tercantik di Indonesia yaitu pulau Maratua yang dilakukan oleh Huda Wiradarma seorang Riset Asisten pada Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi-BRIN (PRBE-BRIN) dan Dika Pratama dari Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN). Pulau Maratua adalah pulau yang terletak di laut Sulawesi dan dipisahkan lautan dari pulau Kalimantan sejauh 50 km dengan kedalaman 170 m. Secara adminitrasi, pulau yang merupakan anggota gugus kepulauan Derawan masuk dalam wilayah Kabupaten Berau propinsi Kalimantan Timur. Dalam perjalanan tersebut ditemukan cecak jarilengkung genus Cyrtodactylus yang mencurigakan karena mempunyai karakter-karakter morfologi yang tidak familiar untuk spesies-spesies Cyrtodactylus Kalimantan (Borneo) dan Sulawesi.
Profil Cyrtodactylus tehetehe cecak jari lengkung dari pulau Maratua (Foto: Huda Wiradarma)
zoom-in-whitePerbesar
Profil Cyrtodactylus tehetehe cecak jari lengkung dari pulau Maratua (Foto: Huda Wiradarma)
Bersama peneliti-peneliti Kelompok Riset Herpetologi di PRBE-BRIN Awal Riyanto dan Amir Hamidy, peneliti dari PRBT Hary Wawangningrum, beserta Eric N Smith dari Universitas Texas di Arington (UTA), dua sampel dari Maratua diteliti dengan detail di fasilitas riset BRIN Cibinong. Riset dilakukan dengan pendekatan taksonomi integratif dalam hal ini perpaduan kajian morfologi dan molekuler. Alhasil, diperoleh kejelasan status taksonomi sampel dari pulau Maratua tersebut ternyata merupakan Cyrtodactylus spesies baru. Dalam pohon filogeni, sampel tersebut masuk dalam kelompok kompleks Cyrtodactylus annulatus yang merupakan spesies Filipina, dan bersister taksa dengan C. tautbatorum yang ada di pulau Palawan. Jarak genetik sampel Maratua dengan kompleks C. annulatus tergolong besar yaitu 13,6 hingga 15,6%. Secara morfologi sampel Maratua satu-satunya spesies dalam kompleks C. annulatus yang tidak mempunyai ceruk prekloaka (precloacal depression) disamping ukuran tubuh yang paling kecil yaitu 71 mm versus 80 mm. Temuan tersebut telah dipublikasi dalam jurnal global khusus taksonomi yaitu ZOOTAXA pada tanggal 7 Februari 2024 dengan nomor 5428 (3). Temuan tersebut juga dipresentasikan dalam perhelatan komunitas herpetologi dunia yaitu Konggres Herpetologi Dunia ke-10 (World Congress of Herpetology 10) yang diselenggrakan di Kuching, Serawak dari tanggal 5 -9 Agustus 2024.
Temuan Cyrtodactylus tehetehe dipresentasikan dalam Konggres Herpetologi Dunia ke-10 di Kuching, Serawak 5-9 Agustus 2024 (Foto: Amir Hamidy)
Spesies baru cecak dari pulau Maratua tersebut diberi nama Cyrtodactylus tehetehe dan teregistrasi dalam Zoobank dengan nomor B0D3281F-2966-4E80-9469-F36265973615. Pemberian nama ini ini disamping untuk mengingat lokasi temuan pertama juga untuk ikut mendukung program pemerintah Wonderful Indonesia yaitu dengan mempopulerkan kuliner khas tradisional daerah melalui dunia iptek. “Tehetehe” diambil dari nama kuliner tradisional khas kepulauan Derawan yang bernama “Tehe-tehe”. Kuliner ini terbuat dari beras ketan putih yang dicampur santan diberi sedikit garam, semuanya dimasukkan ke dalam cangkang bulu babi (Echinoidea spp) dan dimasak selama 30 menit. Kuliner lezat ini tidak tersedia setiap hari, tapi akan disajikan kepada tamu, seperti turis, atau saat acara khusus saja.
ADVERTISEMENT
Deskripsi cecak jarilengkung dari pulau Maratua ini menjadikan jumlah Cyrtodactylus yang sudah terungkap di Indonesia menjadi 40 spesies, dan tentunya jumlah ini belum menggambarkan kekayaan spesies sesungguhnya. Hal ini didasari hasil riset L. Lee Grismer ilmuwan dari La Sierea University USA yang dipaparkan saat konggres WCH 10 di Kuching bahwa keragaman spesies Cyrtodactylus yang tinggi karena disokong kemampuan berdaptasi terhadap lingkungan yang baik. Hal ini dapat dilihat dari sebaran yang luas yaitu dari barat Himalaya hingga barat Pasifik dengan beragam tipe habitat yang dihuni dan adaptasinya hingga tercatat terdapat 10 ekotipe. Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan deratan gunung dan lembahnya tentu memberikan keragaman habitat mikro yang tinggi yang merupakan tempat hidup kelompok cecak tersebut.
ADVERTISEMENT
Informasi mengenai Cyrtodactylus tehetehe juga dapat ditemukan dalam https://youtu.be/em_tqEid0xQ?si=5k-EfFirl8Qr-Edo.