Konten dari Pengguna

Krisis Energi dan Kesalahan Paradigma Berpikir

Awaluddin
Mahasiswa Pasca Sarja Ekonomi Sumberdaya Lingkunga IPB
9 September 2024 7:11 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Awaluddin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pengunaan energi fosil (sumber: https://lem.fkt.ugm.ac.id/)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pengunaan energi fosil (sumber: https://lem.fkt.ugm.ac.id/)
ADVERTISEMENT
Krisis energi telah menjadi isu global, terutama dua dekade terakhir sehingga baik pemerintah negara berkembang dan negara maju telah memberikan perhatian yang serius terhadap masalah tersebut.
ADVERTISEMENT
Energi sangat mempengaruhi segala bentuk aktivitas manusia, dalam kehidupan sosial energi telah menjadi kebutuhan dasar yang harus terpenuhi.
Seiring dengan pertumbuhan populasi manusia dan kemajuan teknologi yang semakin pesat, cara manusia memperoleh energi melalui eksploitasi sumber daya alam yang tidak hanya memberikan dampak positif tetapi juga mengakibatkan dampak negatif.
Pengelolaan energi di Indonesia berdasarkan standar operasional prosedural pengelolaan energi, UU RI No. 30 Tahun 2007 tentang Energi, menyebutkan sumber daya alam yang dapat di manfaatkan sebagai sumber energi mencakup nikel, batubara, minyak, minyak mentah dan gas bumi. Diperjelas Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2023 tentang Kebijakan Energi Nasional bahwa energi yang di manfaatkan terbagi menjadi dua kategori energi fosil dan energi terbarukan.
ADVERTISEMENT
Level produksi dan Penggunaan Energi di Indonesia Masih Didominasi Energi Fosil Dibandingkan Energi Terbarukan.
Mengatasi krisis energi secara nasional perlu dilakukan ketegasan kebijakan transformasi pengelolaan energi yang masih bergantung pada energi konvensional atau energi fosil yang memanfaatkan sumber daya alam berupa energi fosil. Jika pendekatan ini terus berlanjut, krisis energi akan menjadi masalah yang tidak terhindarkan Selain itu, berbagai masalah teknis, seperti dampak lingkungan yang negatif akibat polusi yang tinggi, akan semakin memburuk.
Paradigma Pengelolaan Energi
Sebelumnya paradigma pengelolaan energi sudah digambarkan fritjof capra, seorang ahli fisika dan filsuf lingkungan yang melihat alam semesta sebagai satu kesatuan utuh. Bagi saya krisis energi dan bencana lingkungan tidak muncul secara tiba-tiba, melainkan kontribusi manusia dalam mengelola alam.
ADVERTISEMENT
Kesalahan dalam pengelolaan alam sering kali disebabkan oleh kesalahan pandangan atau paradigma berpikir yang tidak tepat mengenai realitas di sekitarnya.
Paradigma yang sering digunakan Pertama, paradigma antroposentrisme yang memandang manusia sebagai pusat dari segala sesuatu, sementara alam semesta dianggap tidak memiliki nilai intrinsik kecuali nilai ekonomis yang bermanfaat bagi kepentingan manusia. Paradigma ini kemudian melahirkan perilaku eksploitasi yang merusak lingkungan untuk memenuhi kepentingan manusia.
Kedua, paradigma biosentrisme menganggap bahwa setiap mahluk hidup memiliki nilai yang independen dari kepentingan manusia, dengan setiap bentuk kehidupan memiliki nilai bagi dirinya sendiri.
Ketiga, paradigma ekosentrisme melihat alam sebagai sesuatu yang penting dengan nilai intrinsik, bukan hanya karena keberadaan manusia tetapi juga karena adanya kehidupan lain yang harus dihormati dan dilindungi.
ADVERTISEMENT
Menghadapi krisis energi dan kerusakan lingkungan diperlukan perubahan perilaku yang hanya dapat terjadi melalui perubahan paradigma berfikir masyarakat secara radikal dari antroposentrisme menuju biosentrisme atau bahkan ekosentrisme.
Perubahan paradigma secara perlahan harus dilakukan pada konteks perilaku menghemat energi di tingkat mikro perlu dimulai dengan tindakan sederhana seperti mematikan televisi dan peralatan elektronik lainnya saat tidak digunakan, memanfaatkan cahaya matahari untuk penerangan rumah, serta menutup panci saat merebus air atau memasak.
Demi memaksimalkan upaya ini penting untuk melaksanakan gerakan hemat energi secara kolektif demi memastikan ketersediaan energi bagai generasi saat ini dan akan datang.
Krisis Energi dan Kerusakan Lingkungan
Penggunaan energi fosil atau energi tidak terbarukan secara berkelanjutan dapat menyebabkan krisi energi. Diperkirakan akan terjadi secara global di masa depan, karena permintaan pasar yang terus mendorong investasi pada produksi dan penggunaan energi tidak terbarukan seperti mineral, minyak mentah, dan gas bumi.
Gambar Tabel Produksi bahan tambang mineral Indonesia (Sumber: bps.co.id)
Data di atas menunjukkan bagaimana produksi mineral yang digunakan sebagai sumber energi berperan dalam memenuhi kebutuhan energi nasional selain itu produksi mineral juga diekspor ke berbagai negara lain, sehingga potensi krisis energi di indonesia sangat besar.
ADVERTISEMENT
Menurut laporan kementerian energi dan sumber daya mineral (ESDM), lihat (www.esdm.go.id/id/) cadangan minyak di indonesia diperkirakan akan bertahan sekitar 9,5 tahun ke depan, sisi lain cadangan gas bumi diperkirakan bertahan selama 19,9 tahun. Sedangkan cadangan batubara pada tahun 2020 tercatat sebesar 38,8 miliar ton, namun belum ada penemuan baru untuk cadangan minyak dan gas bumi.
Potensi kehilangan sumber daya alam seperti batu bara, minyak dan gas bumi di masa depan sangat memungkinkan, karena itu perlu adanya langkah transformasi dalam pengelolaan energi yang dilakukan oleh pemerintah melalui perubahan kebijakan, dengan fokus pada penggunaan energi baru terbarukan yang merupakan energi alternatif yang tidak berkontribusi terhadap perubahan iklim dan pemanasan global, karena berasal dari sumber daya alam yang berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Sumber dan Pemanfaatan Energi
Energi baru terbarukan merupakan jenis energi yang memanfaatkan sumber daya alam secara melimpah, seperti sinar matahari, angin, sungai, biomasa, dan lainnya.
Energi baru terbarukan termasuk energi bersih yang tersedia di bumi, berbeda dengan energi fosil yang tidak terbarukan karena proses pembentukannya memerlukan waktu lama. Energi baru terbarukan adalah sumber energi yang ramah lingkungan dan dapat mengurangi pencemaran lingkungan.
Transformasi penggunaan energi fosil atau energi tidak terbarukan ke Energi baru terbarukan sangat penting saat ini.
Perkembangan pemanfaatan energi ini merupakan langkah kunci dalam upaya pembangunan ekonomi dengan memperhatikan keberlanjutan lingkungan, untuk mencapai hal ini peran serta masyarakat sipil sangat dibutuhkan dengan mendukung pemerintah dalam menjaga ketahanan energi nasional.
ADVERTISEMENT
Peningkatan penggunaan energi juga dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang memanfaatkan energi, jumlah penduduk indonesia pada juni 2024 mencapai 282.477.584 jiwa, mengalami penambahan sebanyak 32,56 juta jiwa selama periode 10 tahun dari 2010 hingga 2023, lihat ( bps.co.id).
Pertumbuhan populasi ini menyebabkan peningkatan dalam penggunaan sumber energi primer seperti batubara, nikel, gas dan energi sekunder seperti listrik.
salah satu contoh energi yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu penggunaan energi listrik di tingkat rumah tangga.
Kebutuhan energi masyarakat indonesia terus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi nasional, Hal ini tercermin dalam perkembangan berbagai sektor termaksud transportasi, industri, rumah tangga dan komersial.
Sektor rumah tangga merupakan pengguna energi terbesar di bandingkan sektor lainnya, dengan konsumsi yang terus meningkat dari tahun 2014 hinga 2019.
ADVERTISEMENT