Indonesia UFO Network, Platform bagi Periset Astronomi

Award News
oleh : pandangan Jogja
Konten dari Pengguna
15 Oktober 2019 15:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Award News tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Indonesia UFO Network, Platform bagi Periset Astronomi
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Indonesia UFO Network (IUN) berdiri pada tahun 2019, tepat ketika diadakannya IUN pertama pada bulan Mei bertempat di HONF Foundation, Yogyakarta, yang dihadiri oleh 11 komunitas dan institusi.
ADVERTISEMENT
Momen ini adalah cikal bakal yang kemudian dilanjutkan dengan mengumpulkan komunitas dan institusi dari seluruh Indonesia, pada Juli bersamaan dengan diselenggarakannya International SETI Conference #05 2019 di Yogyakarta. Tempat yang dipilih adalah IFI-LIP Yogyakarta.
Pada saat itu dideklarasikan IUN sebagai sebuah platform bagi lintas komunitas dan institusi yang aktif melakukan riset serta pusat pembelajaran serta pertukaran informasi dalam bidang Astronomi, ET, SETI, UFO, Sejarah Peradaban, Space Art, maupun Space Science secara umum. IUN yang kedua tersebut secara sukses dihadiri dan didukung oleh 28 komunitas dan institusi yang datang dari seluruh Indonesia.
Mengapa platform ini menjadi penting dibuat? Karena begitu banyaknya komunitas dan institusi yang ada di Indonesia dan memerlukan bentuk komunikasi yang aktif dan pertemuan yang nyata sebagai wujud dari kolaborasi antar komunitas untuk saling berbagi informasi dan pengetahuan. Ide tentang terbentuknya Indonesia UFO Network (IUN) ini dicetuskan oleh Venzha Christ dan Setyawan Haryanto (Ipank) yang pada awalnya mempunyai tujuan yang sangat sederhana, yakni tempat untuk saling berbagi serta menjalin sebuah network yang sehat dalam ilmu pengetahuan.
ADVERTISEMENT
"Indonesia UFO Network (IUN) bukan tempat untuk mencari UFO atau tempat untuk mencari sebuah kebenaran, dan salah jika kita mengasumsikan bahwa IUN ajang untuk pencarian keberadaan UFO," ujar Venzha saat diwawancara.
Ia menambahkan bahwa IUN adalah berkumpulnya berbagai komunitas dan Institusi yang lintas disiplin, bukan hanya komunitas tentang UFO saja melainkan juga tentang penggiat/periset pada ranah Astronomi, ET, SETI, Sejarah Peradaban, maupun Space Science, jadi sangat beragam dari banyak area keilmuan.
Kata "UFO" dipilih dan digunakan karena ini yang paling populer di kalangan masyarakat, serta mempunyai sejarah tersendiri dalam dunia per-ufo-an Indonesia. "IUN tidak terdiri dari person atau individu-individu tapi lebih ke sebuah forum yang terdiri dari banyak komunitas dan institusi," papar Ipank.
ADVERTISEMENT
Ada juga scientist dan pakar/peneliti dari SAINS LUAR ANGKASA yang hadir dan memberikan sambutan pada deklarasi IUN ini, “Saya dukung deklarasi ini sebagai upaya mensosialisasikan sains luar angkasa kepada khalayak yang lebih luas. UFO isu populer dan bisa jadi pendorong percakapan sains di tengah masyarakat,” kata peneliti Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Gunawan Admiranto, di Yogyakarta, Minggu (21/7).
Tanggal 21 Juli 2019, diabadikan sebagai Hari UFO Indonesia. Alasannya, karena pada tanggal tersebut telah digelar event yang dihadiri oleh 28 komunitas, Institusi, serta pusat riset. Pendiri Indonesia UFO Network, Venzha Christ, mengatakan hari UFO Indonesia menjadi salah satu upaya untuk membuat simpul bagi para penggemar fenomena UFO baik amatir maupun profesional seperti masyarakat sains perbintangan, periset bidang antariksa, serta yang berkaitan dengan Space Science. Setahun sekali mereka akan berkumpul berbagi pandangan dan perkembangan di setiap bidang yang digelutinya.
ADVERTISEMENT
“Kata UFO ini menyatukan berbagai latar belakang, dari pakar astronomi, pelacak jejak UFO amatir, dosen astrofisika, seniman sains, periset bidang antariksa, sejarawan, budayawan, antropolog, dan turunannya. Penting untuk setiap komunitas lintas disiplin ini setiap tahun terus berbagi pandangan dan perkembangan, dan terutama bagaimana bersama-sama melibatkan masyarakat lebih luas untuk gemar pada sains,” papar Venzha.
Bertempat di Lembaga Indonesia Prancis (LIP) di Jalan Sagan Yogya pada Minggu (21/7), deklarasi juga dihadiri perwakilan dari LAPAN Gunawan Admiranto, Ilham Habibie (The Habibie Center), Premadi W Premana (ITB dan Observatorium BOSSCHA), Yusuke Murakami (MARS Society), dan salah satu pakar astrofisika dari LAM (Laboratoire d’Astrophysique de Marseille), Frederic Zamkotsian.
“Indonesia sangat tertinggal dalam riset antariksa. Saya mendukung deklarasi ini agar sains antariksa ini bisa popular di masyarakat luas. Isu UFO gampang berhubungan dengan masyarakat luas ketimbang rumus-rumus fisika yang sulit, “ kata Ilham Habibie.
ADVERTISEMENT
SETI dan IUN bertujuan untuk membantu meningkatkan minat masyarakat terhadap Space Science, dan Astronomi serta turunannya, termasuk Astrophysics, dan Astrobiology dengan harapan Indonesia akan semakin mempunyai percepatan kemajuan ilmu pengetahuan yang kuat khususnya terhadap ilmu antariksa di masyarakat secara luas.
Perkembangan seni, sains dan teknologi di Indonesia sudah bisa dikatakan mencapai banyak progress yang cenderung positif tapi tentu saja masih jauh tertinggal dengan banyak negara lain. Dan itu sudah seharusnya menjadi tanggung jawab bersama sebagai insitusi dan lembaga serta komunitas yang bekerja dalam area yang sama untuk terus aktif menciptakan inovasi dan turut serta meningkatkan kerjasama dengan banyak pihak terkait. Pun juga Space Science sangat tidak bisa dilepaskan dari perkembangan peradaban manusia itu sendiri. Sebaliknya, sejalan dengan pertumbuhan peradaban manusia yang kehidupannya tak lepas dari berbagai fenomena alam, seiring itu pula perkembangan dunia Astronomi dan Space Science terus berkembang.
ADVERTISEMENT
“Terkadang kita sebagai audience (masyarakat) lupa bahwa secara tidak sadar kita sudah banyak merasakan dan terjadi keterlibatan langsung dengan banyak hal yang berhubungan dengan astronomi. Jika kita menilik dari kata astronomi saja misalnya, astronomi yang secara etimologi berarti ilmu bintang, adalah ilmu yang melibatkan pengamatan dan penjelasan kejadian yang terjadi di luar bumi dan atmosfernya", ujar Venzha.
"Ilmu ini mempelajari asal-usul, evolusi, sifat fisik dan kimiawi benda-benda yang bisa dilihat di langit. Tapi efek dari pengamatan tersebut juga mempunyai kecenderungan untuk kembali lagi melihat fenomena-fenomena apa yang terjadi di bumi untuk dipelajari dan dianalisa berdasarkan apa yang terlihat di langit,” lanjutnya.
Sebagai contoh dari berbagai kegiatan yang telah dilakukan yang berkenaan dengan karya dan bentuk kolaborasi dari paduan banyak komunitas dan institusi antara lain: Kunjungan riset dan presentasi ke Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) serta Observatorium BOSSCHA pada Agustus lalu untuk memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-74. Acara ini diikuti oleh 11 komunitas dan institusi membuktikan bahwa platform IUN ini bisa digerakkan melalui lintas disiplin serta pertukaran informasi dan ilmu pengetahuan dapat dilakukan dengan sangat cair dan tidak sulit.
ADVERTISEMENT
Contoh berikutnya yang menarik serta perpaduan yang nyata antara Space Science dan Meta-Fisika adalah sebuah seri diskusi "Arkeoastronomi" yang dilaksanakan selama dua hari berturut-turut, sesi pertama dilaksanakan di area Candi Barong Yogyakarta dengan mengambil topik: "Belajar Memahami Kebudayaan - Arkeologi - dan Kosmologi #01", sedangkan pada hari kedua yang dilaksanakan di Omah Budaya Kanghanan, Desa Budaya Krebet, mengambil tema: "Literasi Jawa - Fenomena Langit - Mitologi - dan Konsep Kosmologi #01". Seri diskusi ini terselenggara berkat banyak komunitas yang datang dari berbagai kota di Indonesia dan dipelopori oleh Hangno Hartono sebagai penggagas dan penggerak diskusi lintas komunitas tersebut. Pada hari pertama diikuti oleh 16 komunitas serta hari kedua diikuti oleh 17 komunitas dan lembaga.
ADVERTISEMENT
IUN lahir dari perkembangan dan kegiatan yang telah digagas oleh Indonesia Space Science Society (ISSS) serta International SETI Conference sebelumnya, yang kemudian berdiri secara independen dan digagas oleh beberapa komunitas sebagai cikal bakal terbentuknya platform ini. Dengan bergabungnya lebih dari 35 lembaga, komunitas, dan institusi dari seluruh Indonesia sampai saat ini, IUN akan terus mengembangkan komunikasi antar komunitas serta berbagi ilmu pengetahuan baik antar komunitas maupun kepada masyarakat secara luas untuk bisa lebih besar menumbuhkan minat mencintai sains dan teknologi di tanah air.
Venzha menambahkan, sebagai contoh pada 5 tahun terakir perkembangannya, Indonesia Space Science Society (ISSS) dan International SETI Conference, semakin dikenal dan tergolong sangat progresif untuk menjalin hubungan serta kolaborasi dengan banyak lembaga penting dari berbagai negara di area Space Science dan Space Exploration. Kolaborasi dan riset-riset yang dilakukan bersama dengan banyak lembaga terkemuka dunia, seperti: CEOU–Center for Exploration of the Origin of the Universe, Korea, LAM-The Laboratoire d’Astrophysique de Marseille, Perancis, SCASS–Sharjah Center for Astronomy and Space Science, Uni Emirat Arab (UAE), IANCU-Institute Of Astronomy, Taiwan, NASA–National Aeronautics and Space Administration, Amerika, ELSI–Earth Life Science Institute, Jepang, IRAM-International Research Institute for Radio Astronomy, dan Institut de Radioastronomie Milimetrique, Perancis, dan lain-lain. Atas dasar inilah Indonesia UFO Network (IUN) kedepannya akan didukung dan ditumbuhkan untuk tetap fokus ke arah lintas disiplin, lintas komunitas, dan lintas kolaborasi. (Sarivita)
ADVERTISEMENT