Siapa Perempuan Pahlawan Fotografi Indonesia?

Award News
oleh : pandangan Jogja
Konten dari Pengguna
6 September 2018 13:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Award News tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Siapa Perempuan Pahlawan Fotografi Indonesia?
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Siapa fotografer perempuan Indonesia yang layak dianggap sebagai sosok yang bisa mematahkan dominasi laki-laki di bidang ini? Mengandalkan Google, ada banyak fotografer perempuan Indonesia yang bisa disebut. Nicole Patricia Malina salah satu yang banyak disebut di antara fotografer perempuan Indonesia yang menerakan jejaknya di pusat kancah fotografi dunia.
ADVERTISEMENT
Namun tetap saja, nama-nama fotografer perempuan Indonesia itu kalah mentereng, kalah popular, ketimbang fotografer laki-laki, seperti katakanlah Darwis Triadi dan Oscar Matuloh.
Organisasi fotografi tertua di dunia yang berbasis di Inggris, Royal Photographic Society (RPS), memiliki tokoh perempuan sebagai salah satu pendirinya, yakni Julia Margaret Cameron. Superstar forografer Amerika saat ini juga dihuni oleh sosok perempuan, Annie Leobovits.
Namun perkembangan fotografi dunia secara umum, seperti halnya bidang profesional lainnya, sampai saat ini terus saja didominasi laki-laki. Kekhawatiran akan perkembangan yang timpang itu, maka RPS meluncurkan program mencari seratus pahlawan fotografi perempuan dari seluruh dunia dalam tajuk, ‘Hundred Heroines.’
Wakil Presiden RPS, Del Barrett, mengatakan, “Saya menemukan begitu banyak perempuan luar biasa dalam dunia fotografi, namun suara mereka tidak sekuat kompetitor pria mereka. Kami bekerja untuk memastikan bahwa tidak ada hambatan dalam fotografi. Hundred Heroines adalah langkah besar menuju hal ini, meningkatkan kesadaran publik tentang pekerjaan luar biasa yang diciptakan oleh perempuan secara global. ”
ADVERTISEMENT
Masyarakat Indonesia pun bisa mengajukan nominasinya melalui web resmi RPS maupun lewat Instragram @ RPS100Heroines hingga 30 September ini.
“Nicole Patricia Malina nama yang menurut saya secara personal layak kita usulkan sebagai salah satu hundred heroines dunia,” kata manajer Ruang Mess 56, Ama Bahas, beberapa waktu lalu. Ruang MES 56 adalah kolektif seniman fotografi berbasis di Jogja yang bekerja secara kooperatif bersama komunitas dan jejaringnya dalam mengelola sebuah rumah yang digunakan sebagai studio kerja, kelas belajar, ruang bermain, dan hunian.
Siapa Perempuan Pahlawan Fotografi Indonesia? (1)
zoom-in-whitePerbesar
Ama mengatakan, isu ketimpangan perempuan di dunia fotorgafi memang menggelisahkan. Meski ada peningkatan jumlah fotorgafer perempuan namun memang belum terlalu signifikan. Di Mess 56 saja, dari 19 anggotanya, 17 di antaranya laki-laki, dan hanya 2 yang perempuan.
ADVERTISEMENT
Kasus Indonesia, menurut Ama, jauh lebih luas dari sekadar bidang fotografi. Di dunia seni secara umum, perempuan juga masih minim. Bahkan lebih luas lagi, hampir di seluruh bidang kehidupan di Indonesia memang masih didominasi laki-laki.
“Jadi saya kira menarik bagi seniman fotografi maupun masyarakat Indonesia secara luas untuk terlibat dalam program Hundred Heroines,” katanya.
Para perempuan yang sudah dinominasikan di antaranya Jooney Woodward, seorang fotografer Inggris yang memenangkan hadiah potret fotografi Taylor Wessing pada tahun 2011; Felicity McCabe yang bermarkas di London, yang karyanya meliputi potongan-potongan mengerikan yang diilhami oleh lukisan-lukisan kehidupan di Belanda, yang sering memuat pesan berkode tentang kematian; dan Loreal Prystaj yang karyanya mencakup seri Body in Bathworks yang menunjukkan tubuh apung sendiri.
ADVERTISEMENT
Nominasi akan dinilai oleh panel internasional, dan 100 nama diumumkan pada bulan Desember, dengan pameran untuk diikuti tahun depan. Setiap wanita yang dipilih akan diberikan medali khusus dicetak, dinamai untuk menghormati Margaret Harker, yang meninggal pada tahun 2013 dan merupakan wanita pertama yang menjadi presiden Royal Society Fotografi dan profesor perempuan pertama fotografi di Inggris.
“Jika nenek dan nenek buyut saya dapat kembali dan melihat dunia saat ini, saya pikir mereka akan berbesar hati dengan banyak kemajuan dalam hak-hak wanita. Namun, mereka juga akan memacu kami, menyoroti seberapa banyak yang masih harus kami lakukan--mengingat tingkat ketidaksetaraan gender yang berkelanjutan di hampir semua bidang, ” kata Helen Pankhurst, aktivis hak wanita yang adalah cucu perempuan pendiri Persatuan Politik dan Sosial Perempuan Inggris pada 1903, Emmeline Pankhurst, seperti dikutip RPS dalam pengumuman 'Hundred Heroines.' (YK-1).
ADVERTISEMENT