Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Sosok yang Mengilhami Film 3 Idiots Raih Ramon Magsasay Awards
1 Agustus 2018 15:23 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
Tulisan dari Award News tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Film India kontemporer yang paling banyak ditonton oleh orang Indonesia barangkali adalah 3 Idiots, sebuah film yang sarat kritik pada pendidikan modern yang menekankan hafalan dan tugas teoritik.
Adalah ‘Rancho' Shamaldas Chanchad, murid paling bengal yang sering mengerjai ‘Virus’ nama dosen killernya, yang justru menunjukkan bagaimana seharusnya sekolah. Sebaliknya, Chatur 'Silencer' Ramalingam, yang merupakan murid terpandai menurut sistem sekolah ‘Virus’ di kemudian hari, yang sukses secara ekonomi, harus takluk oleh Rancho, yang meraih kesuksesan jauh di atasnya.
Chatur benar-benar bertekuk lutut, sebab profesor terkenal bernama Phunsuk Wangdu yang ia banggakan dan memberinya kontrak sebuah pekerjaan adalah Rancho.
Di 3 Idiots, Phunsukh Wangdu atau Rancho di masa mendatang adalah sosok yang mengabdikan kejeniusannya untuk tinggal di pelosok desa. Ia tak hanya mengajar dengan metode yang ia yakini lebih tepat yakni langsung menemukan kenyataan, namun juga langsung membuat teknologi paling tepat untuk menyelesaikan permasalahan di desanya.
ADVERTISEMENT
Nah, Phunsukh Wangdu ternyata bukan sosok yang sama sekali fiktif. Karakter itu terinspirasi oleh sosok nyata bernama Sonam Wangchuk.
Untuk Semua Pemimpi di Ladakh

Pada 25 Juli lalu penghargaan sosial tertinggi di Asia, Ramon Magsasay Award mengumumkan bahwa Sonam Wangchuk menjadi salah satu penerima penghargaan pada tahun ini.
Wangchuk, 51 tahun, diakui karena "reformasi sistemnya yang unik, kolaboratif, dan berbasis masyarakat di tempat terpencil di India utara sehingga meningkatkan peluang kehidupan pemuda Ladakh, dan keterlibatan konstruktifnya dari semua sektor di masyarakat lokal untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan dan budaya kreatif untuk kemajuan ekonomi, sehingga memberi contoh bagi masyarakat minoritas di dunia," kata kutipan di situs resmi Ramon Magsasay.
ADVERTISEMENT
Meski di sebuah wawancara Wangchuk menolak Phunsukh Wangdu sebagai karakter biopiknya, namun ia tak menyanggah bahwa karakter utama 3 Idiots itu memang terinspirasi olehnya. Dan memang, susah melepaskan sosok Wangchuk dengan Wangdu.
Wangchuk adalah seorang mahasiswa teknik 19 tahun di National Institute of Technology di Srinagar, yang seperti di film, membantu banyak siswa untuk bisa lulus ujian kuliah matrikulasi nasional.
Pada 1988, setelah meraih gelar insinyur, Wangchuk yang menolak arahan ayahnya untuk kembali sekolah di universitas besar, seperti di film, malah mendirikan Gerakan Pendidikan dan Kebudayaan Mahasiswa Ladakh (SECMOL) dan mulai melatih siswa Ladakh, yang 95% di antaranya gagal dalam ujian pemerintah.
Pada tahun 1994, Wangchuk memimpin sebuah gerakan Operation New Hope (ONH) untuk memperluas dan mengkonsolidasikan program reformasi pendidikan yang didorong oleh kemitraan.

(Stupa Es Inovasi Wangchuk. Sumber foto : Cosmotales.com)
ADVERTISEMENT
Wangchuk mendapat banyak perhatian dunia saat membuat stupa es sebagai cara mengatasi kesulitan air di Ladakh. Ladakh adalah tempat terpencil yang berada di ketinggian 3500 m antara Kunlun serta Pengunungan Himalaya.
National Geography menerangkan, stupa es dibuat dari aliran es Himalaya dan dipertahankan sebagai stupa es hingga musim kering datang yang akan membuat pencairan stupa es mengaliri ladang-ladang di seantero Ladakh.
Di antara ratusan patennya yang kebanyakan adalah teknologi sederhana yang menyelesaikan problem Ladakh, Stupa Es mendapatkan penghargaan Rolex Awards for Enterprise pada tahun lalu.
Menanggapi penghargaan dari Magsasay, Wangchuk seperti dikutip The Week mengatakan, "Sejujurnya aku tidak merasa aku pantas mendapatkannya sendiri sebagai seorang individu! Itu milik setiap siswa, setiap guru, setiap pemimpin, dan setiap pemimpi di Ladakh. Jadi, saya mengucapkan selamat dan berterima kasih kepada setiap kehidupan di Ladakh... dan bahkan nenek moyang yang mengajari kita ... untuk merawat alam dan merawat orang lain sebelum diri sendiri. Saya hanya dengan rendah hati mencoba menerapkan pembelajaran ini dalam kehidupan."
ADVERTISEMENT
"Sebenarnya ini adalah kesempatan untuk mengucapkan terima kasih kepada seluruh bangsa dan dunia untuk memahami bahwa minoritas di gunung menghadapi tantangan khusus, mereka tidak hanya etnis dan bahasa minoritas tetapi juga minoritas lingkungan, pendidikan dan teknologi, di mana solusi siap pakai normal dan kebijakan yang lahir dari kota bahkan tidak bekerja."
"Oleh karena itu, saya berharap penghargaan ini akan memberikan dorongan bagi pekerjaan kami untuk melibatkan pemuda gunung dalam mencari solusi pribumi untuk masalah gunung. Saya berharap ini juga akan membantu upaya kami untuk mendirikan Institut Alternatif Himalaya, Ladakh (HIAL) sebagai universitas alternatif untuk pengembangan gunung," papar Wangchuk.
Selain Wangchuk, India juga mengirim satu lagi anak bangsanya sebagai peraih Magsasay tahun ini. Bharat Vatwani, seorang psikiater yang diakui untuk kasih sayang luar biasa dalam merangkul dan menyembuhkan orang miskin India yang menderita gangguan jiwa yang banyak berkeliaran di jalan.
ADVERTISEMENT
“Untuk dedikasi teguh dan murah hati untuk pekerjaan memulihkan dan menegaskan martabat manusia bahkan paling dikucilkan,” kata pernyataan Roman Magsasay Fondation.

Selain 2 pemenang dari India, Youk Chhang dari Kamboja, Maria de Lourdes Martins Cruz dari Timor Timur, Howard Dee dari Filipina dan Vo Thi Hoang Yen rom Vietnam juga akan menerima penghargaan yang sama.
Pada tahun lalu, Indonesia menyelipkan satu nama, Abdon Nababan sebagai penerima Magsasay. Ia adalah salah satu sosok penting di balik pendirian Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN).
Didirikan pada tahun 1957, Ramon Magsaysay Award adalah penghargaan tertinggi di Asia yang merayakan memori dan kepemimpinan presiden Filipina. Pemenang Magsaysay Award tahun ini masing-masing akan menerima sertifikat, medali yang menyerupai rupa mendiang Presiden, dan hadiah uang tunai. Mereka akan secara resmi menerima Magsaysay Award pada upacara presentasi formal yang akan diadakan pada 31 Agustus 2018 di Pusat Kebudayaan Filipina. (Sarivita / YK-1)
ADVERTISEMENT