Teknologi AI Menolong Petani Kecil Lebih Mandiri dan Organik

Award News
oleh : pandangan Jogja
Konten dari Pengguna
17 Oktober 2018 17:09 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Award News tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Teknologi AI Menolong Petani Kecil Lebih Mandiri dan Organik
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
(Aplikasi Plantix bisa diunduh lewat ponsel android. Sumber foto : plantix.com)
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2014, sekelompok saintis muda Jerman mengadakan penelitian di hutan hujan Brazil untuk mempelajari emisi dan mitigasi gas rumah kaca akibat perubahan fungsi lahan. Mereka berhasil menemukan masalah dan cara menyelesaikannya. Eureka !.
Tapi perasaan buncah para peneliti berbanding terbalik dengan apa yang dirasakan para petani yang menemani penelitian ini. Alih-alih ikut senang, para petani itu merasa sama sekali tidak tertarik dengan temuan penting itu. Temuan itu tak relevan dengan hidup mereka.
“Mereka mengerti kenapa kami dapat memperkirakan stok karbon di tanah mereka, tetapi kami tidak dapat memberi mereka gambaran bagaimana merawat tanaman yang rusak dengan cara yang tepat,” kata Robert Strey, salah satu peneliti, kepada Nvidia.com.
ADVERTISEMENT
Para petani Brazil itu sangat ingin tahu cara mengobati tanaman yang rusak oleh hama. Bukan penemuan penting bagi mereka kalau tidak sanggup membantu mereka melawan hama. Itu karena, di Brazil, ada jenis hama yang bisa menyebabkan tanaman mati seketika. Dalam bahasa Brazil, hama itu dinamakan “mati seketika.”
Forbes menulis, salah satu petani yang menemani peneliti itu menceritakan, setiap mencari di Google tentang penyakit tersebut dengan kata pencarian “mati seketika,” yang muncul selalu gambar kecelakaan mobil, dan tidak ada hubungannya dengan tanaman.
Karena kesusahan berkomunikasi menggunakan bahasa lokal, para peneliti itu berpikir akan lebih mudah bagi para petani untuk mengambil foto tanaman dan mendapatkan jawaban otomatis untuk merawatnya. Hal ini memberikan ide bagi Strey dan suaminya Simone untuk mengalihkan perhatian pada masalah para petani itu.
Teknologi AI Menolong Petani Kecil Lebih Mandiri dan Organik (1)
zoom-in-whitePerbesar
(Sumber foto : plantwise.org)
ADVERTISEMENT
Begitulah Plantix bermula, sebuah aplikasi seluler berbasis Artificial Intelligence (AI) yang mampu mengidentifikasi penyakit tanaman hanya lewat foto. Dengan mengirimkan foto tanaman, Plantix akan memberikan perkiraan penyakit, hama, ataukah kekurangan nutrisi, serta cara menanganinya.
Penyakit pada tanaman sejatinya masih bisa dilawan jika terdeteksi pada waktu yang tepat, sebelum ia benar-benar menyebar dan tak bisa lagi dikendalikan. Seringkali petani tahu bahwa tanamannya sedang sakit, namun sangat sulit bagi mereka untuk mengetahui jenis penyakit dan bagaimana cara merawatnya. Terutama bagi petani-petani kecil di dunia yang tidak dibantu oleh sarjana-sarjana pertanian.
Dengan menggunakan software Google TensorFlow untuk penyimpanan gambar, cukup menggunakan gambar smartphone standar, pengenalan gambar Plantix mampu mendeteksi lebih dari 180 hama dan penyakit tanaman secara otomatis. Contohnya termasuk mendeteksi kekurangan kalium pada tomat, bercak karat pada gandum, atau menilai kekurangan gizi pada pisang.
ADVERTISEMENT
Aplikasi ini juga menggunakan AI, machine learning yang semakin hari pintar seiring banyaknya gambar yang diterima. Setiap gambar meningkatkan pengenalan gambar Plantix. Dengan mengunggah gambar, setiap petani dapat membantu petani lain di seluruh dunia tumbuh cerdas. Fitur lainnya adalah koneksi dengan komunitas pengguna. Alplikasi ini memungkinkan petani untuk bertukar pengetahuan tentang topik seperti budidaya tanaman, pengendalian penyakit dan praktik terbaik.
Aplikasi ini juga dapat membantu memilih lahan yang cocok untuk pertumbuhan tanaman. Mengambil India sebagai contoh, menurut Bank Dunia, India memiliki 395 juta are lahan yang tersedia untuk budidaya, namun baru 215 juta are yang digunakan, 10 persen saja belum ada. Untuk meningkatkan skala aplikasi dan meletakkan dasar untuk perkembangan baru, tim di belakang aplikasi telah membangun perusahaan rintisan bernama Peat (Progressive Environmental and Agricultural Technologies).
ADVERTISEMENT
Plantix, aplikasi buatan Peat telah diunduh 50.000 dalam setahun terakhir, menghasilkan 100.000 unggahan gambar ke dalam dataset Peat. Saat ini Peat mempu mengidentifikasi lebih dari 60 hama tanaman dan patogen dengan akurasi lebih dari 90 persen. Angka-angka tersebut terus meningkat seiring dengan pertumbuhan basis data.
Peat juga kini mencoba untuk menggunakan perangkat lunaknya menggunakan drone, peralatan pertanian, dan ruma kaca agar para petani dapat mengotomatisasi proses dan merespon penyakit tanaman lebih cepat. Untuk saat ini, Peat mengumpulkan gambar dan belajar cara mengidentifikasi sebanyak mungkin penyakit tanaman secara akurat, dengan fokus pada tanaman utama seperti jagung dan gandum yang ditanam oleh petani skala besar di seluruh dunia.
Setiap memasukkan gambar, Plantix akan menerima informasi yang dapat ditindaklanjuti, termasuk nama ilmiah penyakit, pemicu, gejala, pilihan pengobatan, tindakan pencegahan dan sejenisnya.
ADVERTISEMENT
Plantix dan Kemungkinan Pertanian Organik
Teknologi AI Menolong Petani Kecil Lebih Mandiri dan Organik (2)
zoom-in-whitePerbesar
(Seorang petani sedang menggunakan aplikasi Plantix lewat ponsel android. Sumber gambar : euronews.com)
Sekitar 70 persen pasokan makanan dunia berasal dari petani kecil yang betul-betul mengandalkan naluri dan pengalaman, tanpa bantuan ilmu pengetahuan. Di dunia, terdapat setidaknya 500 juta petani model ini. Mereka bisa mengetahui ketika tanaman mulai terserang hama atau kekurangan nutrisi, namun mereka tidak bisa secara tepat mengenali jenis penyakit dan cara mengatasiya.
Plantix sangat cocok bagi petani kecil ini. Mereka hanya memiliki beberapa are lahan pertanian, tidak memiliki konsultan, dan tidak dibantu oleh negara. Aplikasi ini memiliki 620.000 pengguna aktif yang mengaksesnya tiap bulan, dan 80 persen dari mereka berasal dari India dan disusul Brazil, negara dimana aplikasi ini mendapat ide pertamanya. Pada tahun 2016 Plantix diganjar pemenang World Summit Awards di kategori lingkungan dan energi.
ADVERTISEMENT
Implikasi paling utama Plantix bagi pertanian di India dan Brazil, selain membuat petani lebih mandiri, juga menjadikan mereka lebih tahu kebutuhan tanaman. Sehingga, para petani bisa memilih pupuk sendiri yang lebih sesuai. Dalam arti, Plantix sejatinya memungkinkan petani untuk bergerak ke arah model agroekologi atau pertanian organik. Petani bisa mengidentifikasi unsur-unsur yang terkandung di dalam pupuk kimia yang sesuai dengan penyakit tanaman, lalu mencari pupuk organik yang juga mengandung unsur yang sama. Ini memungkinan petani lebih mandiri.
Teknologi AI Menolong Petani Kecil Lebih Mandiri dan Organik (3)
zoom-in-whitePerbesar
(Aplikasi Maglis. Sumber foto : agriculture.basf.com)
Terutama di India yang tengah berusaha menjadi negara yang lebih ramah lingkungan. Di samping penggunaan tenaga surya untuk pasokan energi, India juga tengah mengarah ke pertanian organik. Salah satunya adalah Sikkim, negara bagian yang berada di lereng Himalaya. Pada tahun 2016 lalu Sikkim telah dikukuhkan sebagai negara bagian India yang pertaniannya seratus persen menggunakan bahan-bahan organik. Baru-baru ini, 15 Oktober 2018, Sikkim mendapatkan penghargaan World Economic Forum PBB sebagai negara pertama yang menggunakan pertanian organik.
ADVERTISEMENT
Selain terus mengembangkan Plantix untuk petani kecil, Peat kini juga tengah mengembangkan aplikasi bagi perusahaan pertanian skala besar dan perusahaan pupuk kimia, dengan mengembangkan aplikasi bernama Maglis. Jika Plantix bisa diakses gratis oleh petani kecil, maka Maglis mengenakan biaya langganan. Sehingga, kemungkinan laba Peat melalui Maglis yang diperuntukkan petani yang memiliki lahan yang lebih luas, dengan akses internet yang lebih canggih dan cepat, setidaknya sekitar 12.000 kali daripada laba dari Plantix. (Muhammad Aswar/YK-1)