Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Islam Bersanding Dengan Kemewahan?
30 Januari 2024 11:35 WIB
·
waktu baca 2 menitDiperbarui 3 Oktober 2024 15:40 WIB
Tulisan dari Muhammad Anwar Mulyaman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sudut pandang islam terhadap kemewahan. Jauh sebelum masehi manusia menggunakan hewan sebagai transportasi dalam kehidupan sehari-hari, seperti masa kehidupan zamannya para Nabi dan Rasul. Hal tersebut tidak lagi dilakukan oleh manusia pada zaman sekarang. Hanya dakwah islam yang masih banyak dilakukan oleh manusia zaman sekarang tidak lagi menggunakan hewan sebagai alat transportasi atau alat bantu dalam perjalanan dakwahnya, karena kemajuan teknologi yang pesat. Motor dan mobil adalah salah satu hasil penemuan kemajuan teknologi yang kerap kali digunakan sebagai alat transportasi atau alat bantu dalam perjalanan dakwah. Tidak hanya hewan yang memiliki kualitas dengan harga yang berbeda, motor dan mobil pun memiliki kualitas berbeda dengan harga yang bebrbeda juga. Kebanyakan pendakwah yang bersinar namanya di sosial media, kini menggunakan kendaraan yang memang memiliki kualitas yang bagus dengan harga yang fantastis. Sehingga hal tersebut memicu polemik dalam masyarakat, yang mengatakan bahwa ulama yang demikian terlalu cinta dengan dunia dan semacamnya. Polemik tersebut memicu munculnya artikel ini yang sangat subjektif dan penuh prasangka baik.
Demikian hal pertama yang harus kita lakukan adalah berprasangka baik terhadap ulama tersebut dengan beranggapan yang dilakukan tersebut memiliki niat yang baik dan tidak untuk pamer kemewahan terhadap orang lain. Hal kedua yang harus kita renungi adalah dari perkataan sayidina Umar yang mengatakan "Kehormatan dunia dengan harta dan kehormatan akhirat dengan amal saleh". Ulama dikenal sebagai pewaris para Nabi yang meneruskan perjuangan dakwah, mengajak manusia kepada jalan yang benar adalah tugas penerus Nabi. Kebanyakan orang tolak ukur kebahagiaan adalah harta, oleh karena itu ulama menggunakan mobil mewah memiliki niat untuk memberikan pesan jika kita dekat dengan Allah maka apapun bisa kita miliki dengan tidak terduga. Mengajak manusia untuk mengikuti jalannya tentu harus memiliki power atau kekuatan yang kuat dalam memikat manusia dengan mengorbankan hartanya agar sasaran objeknya mau mengikuti ajaran tersebut. Dua hal tersebut bisa kita jadikan rujukan untuk menanggapi ulama yang menggunakan kendaraan yang mewah atau gaya hidup yang mewah. Pada intinya, perkara ulama menggunakan mobil mewah dalam perjalanan dakwah dan dalam kehidupannya kita kembali kepada niat ulama tersebut dan kita harus berprasangka baik bahwa itu semata-mata untuk dakwah.
ADVERTISEMENT