Apakah Aku Berhak Bahagia?

Alexander Timothy
Lifelong Learner - S1 Psikologi Universitas Brawijaya - Instagram: @ax.thy
Konten dari Pengguna
26 September 2021 8:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alexander Timothy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tak sedikit dari kita yang sering berdebat dengan kepala kita sendiri. Kita sering berdialog dengan diri kita sendiri, mengajukan beberapa pertanyaan yang menjadi pencarian kita hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
"Apakah aku berhak untuk bahagia?"
Pertanyaan ini seringkali muncul dan terus berulang kali kita tanyakan pada diri kita sendiri, apakah sebenarnya kita pantas untuk berbahagia?
Kebahagiaan merupakan suatu hal yang memang sulit untuk dicapai. Perlu adanya proses panjang untuk kita bisa mencapai kebahagiaan tersebut. Kebahagiaan merupakan sesuatu yang berbeda jika dibandingkan dengan perasaan senang. Senang merupakan perasaan yang muncul ketika hal-hal yang kita sukai atau inginkan tercapai. Sebaliknya, ketika hal-hal tersebut tidak tercapai atau kita dapatkan, maka yang muncul adalah perasaan sedih. Contoh lain dari perasaan senang adalah ketika kita sedang bersama orang yang kita sayangi, ketika kita melakukan hal-hal yang menjadi hobi kita, dan berbagai macam kejadian lain yang dinilai mampu memberikan perasaan senang bagi kita. Kemudian, perasaan sedih sendiri adalah perasaan yang hadir atas ketidakterpenuhinya hal-hal yang memberikan kesenangan tersebut, seperti ketika berpisah dengan orang yang kita sayangi, ketika kita tidak bisa melakukan hal yang menjadi hobi kita, atau kejadian-kejadian lain yang tidak kita sukai.
ADVERTISEMENT
Kebahagiaan merupakan kondisi di mana kita mampu "berdiri di atas" segala emosi dan perasaan yang muncul dari dalam diri kita. Pak Wahyu Wicaksono, Ph.D., seorang dosen yang pernah mengajar di kelas saya mendefinisikan kebahagiaan serupa dengan "riding the wave". Jika perasaan senang-sedih kita diumpamakan serupa dengan ombak yang ada di laut; tidak pernah tenang atau stabil, maka kebahagiaan itu sendiri adalah ketika kita mampu menunggangi ombak tersebut. Kebahagiaan adalah ketika kita tidak terseret oleh ketidak-stabilan emosi kita yang terus berubah-ubah seiring waktu.
Sebelum kita mampu mencapai kebahagiaan, penting bagi kita untuk mengenal diri kita lebih dalam. Penting bagi kita untuk mengerti bahwa banyak hal yang berada di luar kontrol kita, termasuk perasaan yang muncul dari dalam diri kita. Maka dari itu, pemaknaan akan kebahagiaan inilah yang akan membuat kita mampu untuk mengerti bahwa perasaan senang dan perasaan sedih merupakan hal yang sementara dan tidak akan selamanya menetap, maka penting bagi kita untuk merasakannya seutuhnya, namun juga secukupnya.
ADVERTISEMENT