Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Tentang Menyikapi Kesedihan
5 Agustus 2023 16:27 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Alexander Timothy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Seberapa banyak kita mengalami sedih dalam sehari?
ADVERTISEMENT
Kesedihan sangatlah lumrah dialami oleh semua orang. Setidaknya, sekali dalam sehari setiap orang mengalami sedih. Mungkin karena paket belanja online yang tak kunjung datang ataupun depot makan siang favorit kita yang ternyata tutup hari itu.
ADVERTISEMENT
Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk menjelaskan emosi kesedihan, namun emosi ini cukup kompleks untuk dipahami secara spesifik. Kesedihan sendiri sebenarnya merupakan salah satu emosi dasar manusia, yang mereka alami sedari dini. Sejak bayi, manusia sudah mengenal kesedihan, bersamaan dengan beberapa emosi lainnya seperti takut, marah, senang, dan beberapa lainnya.
Dari banyak faktor dan situasi yang menyebabkan emosi kesedihan ini, seorang peneliti mendeskripsikan bahwa kesedihan sendiri adalah emosi yang cenderung muncul sebagai respons dari adanya keterpisahan atau kehilangan, baik sebuah benda atau seseorang. Kondisi keterpisahan atau kehilangan tersebut tidak harus terjadi secara nyata atau faktual, namun bisa saja hanya terjadi di pikiran orang itu saja.
Namun nyatanya, banyak orang yang memaksa diri untuk menolak hadirnya emosi sedih. Berpura-pura baik-baik saja selalu menjadi alasan seseorang untuk mengabaikan rasa sedihnya. Padahal, semakin sering sebuah emosi diabaikan, maka akan muncul risiko penyakit, baik fisik maupun mental, apalagi emosi tersebut adalah emosi yang dapat memunculkan stres, seperti kesedihan ini.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, banyak juga orang-orang yang berusaha menggenggam erat rasa sedihnya. Beberapa orang ini justru ingin berlama-lama dalam kesedihannya. Berulang-ulang memutar lagu galau, melihat puisi-puisi patah hati, bahkan stalking media sosial mantan demi menghadirkan rasa sedih. Emosi kesedihan ini nampak menjadi sebuah candu untuk beberapa orang.
Di mana sebenarnya kita memposisikan kesedihan? Teman atau lawan?
Alih-alih mengusirnya jauh-jauh atau menggenggamnya erat-erat, mengapa kita tidak menganggapnya seperti orang yang kita temui di jalan saja? Hanya berlalu-lalang, Lewat, menyapa, lalu pergi. Mungkin satu-dua berhenti sebentar untuk bertanya atau mengobrol, lalu pergi. Beberapa lagi bahkan mungkin bertahan sedikit lama dari biasanya, namun pada akhirnya mereka pergi.
Kesedihan bukan sesuatu yang bisa kita tolak atau abaikan karena ia merupakan bagian dari dinamika kehidupan. Di sisi lain, kesedihan juga bukan sesuatu yang bisa digenggam atau dipegang erat-erat karena pada dasarnya kondisi emosi manusia selalu berubah-ubah seiring waktu.
ADVERTISEMENT
Kesedihan adalah salah satu dari banyak emosi yang bisa dirasakan dan wajar untuk dialami setiap orang. Ia bisa datang sebentar atau lama, namun pasti digantikan oleh emosi lain. Namun, kelak kesedihan juga bisa datang lagi di waktu yang lain dan pada akhirnya pergi lagi.
Beri waktu sejenak pada kesedihan, sadari dan terima sepenuhnya, lalu biarkan pergi jika memang sudah waktunya.