Konten dari Pengguna

Festival Film Jadi Panggung Apresiasi Sineas Independen

Axel Sabina Rachel Rambing
Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta
28 Oktober 2024 10:37 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Axel Sabina Rachel Rambing tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Festival Film (Hasil Edit Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Festival Film (Hasil Edit Pribadi)
ADVERTISEMENT
Era industri perfilman mengonstruksikan standar produksi film melalui sistem yang dibuatnya. Sistem mampu menciptakan daya tarik komersial untuk pembangunan industri film yang semakin pesat (Astuti, 2022 ). Sebelumnya, seorang pengamat politik asal Belanda Joost Smiers juga telah memberikan pandangannya terkait seni dalam naungan globalisasi. Smiers (2003) menjelaskan praktik monopoli atas tren isu di masyarakat yang menyebabkan perputaran kapital pada segelintir seniman saja.
ADVERTISEMENT
Secara umum, perfilman dibagi atas dua kategori yaitu film komersial dan film seni. Film komersial berorientasi pada fungsinya sebagai media hiburan, informasi dan pendidikan. Sementara film seni, berdiri diatas hakikat seni sebagai media ekspresi atau cerminan suatu masyarakat. Film kategori seni ini kemudian, diwakilkan oleh kehadiran film indie, film dokumenter, dan film advokasi. Film komersial yang lebih dominan dalam industri film seringkali menutup kesempatan bagi film-film independen untuk dikenal masyarakat. Film seni atau independen yang cenderung mengeksplorasi tema mendalam tidak jarang mengangkat isu dalam masyarakat. Keberadaan film independen pada kapasitasnya sebenarnya mampu untuk memantik kepekaan khalayak atas suatu isu mendalam yang dibungkus dalam seni visual film.
Kehadiran festival film independen menjadi ruang terbuka bagi para seniman film yang berkarya dengan idealismenya. Sehingga festival film menjadi ajang apresiasi bagi pegiat film independen yang jarang memperoleh atensi dari masyarakat. Di Indonesia, terdapat ragam festival film independen yang yang dapat menjadi alternatif bagi para seniman film independen untuk menampilkan karyanya, diantaranya:
ADVERTISEMENT
Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF)
Berbasis di kota pelajar Yogyakarta. Kehadiran festival film ini cukup dinantikan. Kerjasama JAFF dengan NETPAC (Network for the Promotion of Asian Cinema) memainkan peran penting membawa perhatian global ke perfilman Asia yang kaya dan beragam. Hal tersebut juga menjadikan JAFF sebagai salah satu festival film yang terkemuka di wilayah Asia Tenggara.
Jakarta Independent Film Festival (JIFF)
Berbasis di kota metropolis Jakarta. JIFF cukup menonjol di antara festival-festival film tanah air karena fokusnya untuk menampilkan film independen dengan tema yang unik dan berani. Hal tersebut sejalan dengan misi dari JIFF untuk menciptakan ruang yang mendukung para pembuat film independen dalam industri yang kompetitif dan seringkali tidak adil.
ADVERTISEMENT
Bali International Film Festival - BALINALE
Berbasis di Pulau Dewata, Bali. Balinale berdiri sejak tahun 2007 dan telah diakui secara internasional. Programnya yang ditayangkan cukup beragam mencakup film indie, film dokumenter, film pendek yang mewakili kisah-kisah menarik dari Indonesia dan berbagai belahan dunia.
Festival Film Dokumenter (FFD)
Ajang festival ini diselenggarakan oleh Forum Film Dokumenter yang berbasis di Yogyakarta. Salah satu tujuan FFD yaitu untuk merancang dan melahirkan ruang eksplorasi pembuatan, pengkajian, dan pendistribusian film dokumenter yang menyeluruh. Festival Film Dokumenter (FFD) ini pada akhirnya dapat memberi platform bagi pembuat film dokumenter independen untuk menampilkan karya mereka yang seringkali mengeksplorasi tema-tema sosial, politik, budaya dan lingkungan.
Sebagai penutup, kehadiran festival-festival film ini tidak hanya menjadi wadah bagi para sineas untuk menampilkan karya. Namun, membuka ruang kolaborasi ke kancah global sehingga apresiasi film seni lebih luas. Hadir dalam ragam festival film independen tidak sekadar mendukung atau memberi apresiasi kepada para sineas. Namun, sangat memungkinkan khalayak untuk mendapat perspektif baru akan suatu isu baik lokal maupun isu dari belahan dunia yang lain.
ADVERTISEMENT