Konten dari Pengguna

Sosok Ayah Dalam Keluarga

Hafidjah Nuraulia S
Mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta
13 Mei 2020 20:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hafidjah Nuraulia S tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Rasa sayang tersirat melalui tindakan dan doa, adalah hal yang aku dapatkan dari Ayah. Ayah adalah sosok yang tegas, tak kenal lelah, selalu ingin membahagiakan keluarganya dan menutupi kesedihan serta kekhawatiran yang dialaminya.
ADVERTISEMENT
Aku ingat saat kecil, Ayah begitu dekat denganku. Tidak jarang aku menangis karena Ayah suka jahil kepadaku. Saat tidak pergi kerja dinas keluar kota, Ayah selalu meluangkan waktunya untuk bermain di rumah bersamaku,. Walaupun memiliki pekerjaan dinas keluar kota selama 4 hari, Ayah akan pulang dalam 3 hari, karena merindukan aku dan Ibu.
Tidak terucap kalimat rindu pada mulut, tetapi tindakan dan pelukannya, dapat disimpulkan oleh Ibu bahwa Ayah merindukan kami. Aku ingat saat liburan sekolah, Ayah mengajakku pergi berdua ke pusat pembelanjaan, untuk membeli kebutuhan pokok di rumah. Setelah berbelanja, Ayah mengajakku untuk berhenti di toko kaset, aku yang tidak tertarik dengan kaset-kaset yang dijual di toko itu, melihat toko mainan yang berada di sebrang.
ADVERTISEMENT
Menunggu Ayah memilih kaset yang akan dibeli, Perhatianku tertuju pada salah satu mainan yang berada di toko sebrang. Satu set perlengkapan rumah-rumahan boneka barbie adalah hal yang wajar diinginkan anak perempuan, tetapi aku rasa itu tidak mungkin didapatkan karena harga yang mahal. Ayah menyadari aku memperhatikan mainan itu, menawarkanku untuk membelinya setelah selesai membeli kaset yang dipilihnya.
Aku menolak tawaran Ayah, karena aku tau harga set mainan tersebut tidaklah murah. Meskipun begitu, Ayah benar-benar baik kepadaku karena tetap ingin membelikan satu set mainan itu. Ayah berusaha membuat aku bahagia dengan memberikan apa yang aku inginkan. Tidak jarang juga Ayah membuat aku kesal. Guyonan yang Ayah buat adalah hal yang membuat aku kesal, ibu pun demikian.
ADVERTISEMENT
Saat Ayah bercerita tentang suatu hal yang serius, diujung ceritanya berisi candaan. Aku dan Ibu yang serius menanggapinya di awal cerita, kesal saat mengetahui bagian akhirnya. Aku ingat saat aku sakit dan di rawat, Ayah yang kerja pagi dan pulang malam, selalu datang ke rumah sakit untuk menengok keadaanku.
Tidak terucap kalimat khawatir, justru meledekku lemah dan senang tidak ada aku di rumah, “Enak tidak ada yang rewel,” kata Ayah. Aku kesal saat mendengar itu. Ibu meluruskan maksud Ayah, bahwa Ayah menyemangati aku agar cepat sembuh, agar rumah kembali ramai karena ocehanku. Ayah punya caranya tersendiri saat memperhatikan keluarganya.
Bentuk perhatian Ayah tidak seperti Ibu yang terang-terangan. Tetapi jika aku melakukan kesalahan, Ayah adalah orang pertama yang akan terus terang menegur dan memarahiku. Aku yang keras kepala hingga membuatnya geram, baru akan sadar atas kesalahanku saat Ibu menjelaskan maksud kemarahan Ayahku.
ADVERTISEMENT
Kesedihan dengan penuh emosional yang Ayah rasakan adalah saat orang yang disayanginya meninggal dunia. Orangtua Ayah meninggal diwaktu yang berdekatan, tangisannya begitu pecah membuat aku tidak kuat melihatnya. Ayah terlihat tidak berdaya dan begitu rapuh. Dibalik sisi tegasnya, saat menangis Ayah berusaha untuk tetap tegar dan tidak larut dalam kesedihan
Tidak hanya sekali, setelah melaksanakan kegiatan solat fardhu aku pernah melihat Ayah menangis dalam doa, aku tidak tahu apa yang membuat Ayah merasa sedih. Ayah adalah orang yang tidak pernah terlihat putus asa di depan anak-anaknya, tidak pernah juga menceritakan apa yang telah menyakiti hatinya. Ayah sangat bertanggung jawab, pada saat keadaan pandemik wabah virus, terpaksa untuk tetap pergi bekerja meninggalkan keluarga di rumah yang penuh rasa cemas.
ADVERTISEMENT
Ayah tidak pernah memperlihatkan kekhawatiran pada diri sendiri, tetapi mengkhawatirkan keadaan keluarga di rumah. Tidak ingin keluarganya hidup dalam kesulitan maka Ayah berjuang keras di luar rumah, agar mendapatkan pemasukan dalam menafkahi keluarga. Aku sangat bangga terhadap Ayah atas apa yang telah dilakukan.
Ayah adalah pahlawan nomor satu dalam hidupku. Aku bersyukur memiliki Ayah yang selalu menyayangiku, dan telah memberikan banyak pelajaran tentang kehidupan. Ayah, diumur yang mulai menua, tetaplah jaga kesehatan, jangan ragu untuk membagikan keluh kesah dan berbahagialah selalu. Aku selalu mendoakan, dan menyayang Ayah.
(Hafidjah Nuraulia.S)
Ilustrasi oleh Haya Aisyah