Konten dari Pengguna

Dampak Bullying pada idol K-Pop

Alya Ramadhina
Mahasiswa Universitas Al Azhar Indonesia
18 Juli 2024 11:19 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alya Ramadhina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Zaman sekarang siapa yang tidak tahu artis korea, istilahnya dunia pun sudah mengenal dengan k-wave, apalagi anak remaja entah itu K-pop idol atau K-actor/actress dan pasti fans punya kesukaannya sendiri atau bias yang mereka idamkan, kagumi. Bagi mereka yang sudah debut memiliki impian menjadi seorang idol atau aktor itu merupakan dream come true tapi tidaklah mudah berada di titik itu, mereka harus melewati masa pelatihan yang bisa memakan waktu lama. Idol biasanya melakukan diet yang keras dan tidak sehat menjamin penurunan berat badan, Selain berdiet dan berlatih, mereka memiliki jadwal padat untuk mempromosikan pekerjaan mereka sangat penting untuk kesuksesan.
ADVERTISEMENT
Para idol yang pingsan di atas panggung menunjukkan bagaimana para idol bekerja terlalu keras karena mereka berisiko mengalami kelelahan dan masalah kesehatan lainnya. Meski harus menjalani pelatihan dan bekerja di lingkungan yang ketat, banyak idola yang harus menghadapi kritik dari penonton, penggemar, dan netizen. Bahkan ada beberapa agensi yang memberi larangan kepada artisnya untuk berkencan karena akan muncul rasa cemburu dan mungkin amarah dari penggemar.
Terkadang banyak keinginan dari agensi, lingkungan, penggemar, dan haters Idola tersebut, dimana bisa menjadikan “pressure” untuk Idol dan dapat mengganggu kesehatan mental diri mereka, pressure salah satu faktor yang menyebabkan Idol kpop atau k-actor/actress ini depresi, stress bahkan suicidal attempt sampai kehilangan nyawa mereka. Dan tidak sedikit artis korea yang belakangan ini memenuhi media sosial dengan kabar duka. Salah satu contoh K-Pop Idol dengan kasus bunuh diri yaitu mendiang Sulli, ia merupakan mantan anggota dari girl group F(X) dan juga seorang aktris. Pada 14 oktober 2019, Sulli ditemukan meninggal dunia di rumahnya, sebelum kematiannya, Sulli mengalami depresi berat karena ia banyak menerima hate comment.
ADVERTISEMENT
Sulli (Foto: Cindy Ord/Getty Images for Tory Burch/AFP)
Dalam kognitif, Sulli juga mengalami learned helplessness, situasi dimana dihadapkan secara terus menerus pada “punishment” yang tidak terhindarkan sehingga tumbuhnya skema negatif yang membuat diri Sulli mempercayai bahwa dia tidak layak dicintai. Skema ini dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang tidak mendukung presensi dia.
Referensi
Shirley Beteta (2020). Mental Health Crisis in South Korea. https://ceas.research.wesleyan.edu/files/2021/02/Shirley-Beteta-Mental-Health-Crisis-in-South-Korea.pdf
Friedman, Howard S., & Miriam W. Schustack. 2020. Kepribadian Teori Klasik dan Riset Modern. Jakarta: Penerbit Erlangga.