Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Konten dari Pengguna
Peran Pemuda dalam Literasi Media Sosial untuk Bela Negara
14 Maret 2018 8:48 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
Tulisan dari Ayo BelaIndonesiaku tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
![Peran Pemuda dalam Literasi Media Sosial untuk Bela Negara](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1520991891/Prestasi_uduaoq.jpg)
ADVERTISEMENT
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto mengatakan saat ini media sosial banyak menyebaran ujaran kebencian, berita palsu (hoaks), dan pembunuhan karakter. Karena itu, kaum muda Purna Paskibraka Indonesia (PPI) diminta untuk menyebarkan ujaran kebaikan dan ujaran kebenaran yang menenteramkam.
ADVERTISEMENT
"Mereka para pemuda pasti sangat aktif dalam mengikuti perkembangan teknologi, terutama media sosial, seperti Instagram, Whatsapp, dan Twitter. Karena ancaman muncul di sana maka saya mengajak mereka untuk melawan itu," pinta Wiranto saat membuka acara Forum Koordinasi dan Sinkronisasi bertema Peran pemuda dalam literasi media sosial untuk bela negara guna memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, di Jakarta, kemarin.
Ia menjelaskan, jika ada ujaran kebencian di media sosial, para pemuda melawannya dengan menyebarkan ujaran kebaikan. Selain itu, memberi penjelasan kepada masyarakat agar tidak terpengaruh oleh hal-hal jahat dari medsos yang mengganggu dan mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.
"Sekarang kita sadarkan lagi supaya mereka punya kewajiban untuk bela negara. Perlu pelatihan-pelatihan agar mereka memahami bagaimana menghadapi ancaman, apakah yang muncul dari masalah politik, proxy war dari pihak lain, kita hadapi semua," tegas Wiranto.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, bela negara tidak hanya dalam wujud militer. Saat ini ancaman militer mahal dan akan dihindari banyak negara karena dikutuk komunitas internasional. Ke depan, invasi militer akan punah karena bukan menjadi alternatif yang baik bagi satu negara.
Lalu, apa ancaman itu? Mantan Menhankam Pangab itu mengatakan bahwa ancaman saat ini sudah berubah. Ancamannya lebih murah, tidak ketahuan, tidak kelihatan, tapi telak. Misalnya, aksi radikalisme, terorisme, menyebarkan virus ujaran kebencian sehingga suatu bangsa akan pecah dengan sendirinya.
Dalam kesempatan itu, Wiranto mengakui bahwa dewan ketahanan nasional (wantannas) akan dipersiapkan sebagai motor penggerak bela negara. Namun, bela negara dalam hal ini bukan dalam wujud menghadapi ancaman militer.
Lalu, terkait perpres wantannas, ia berharap semua pihak bersabar. "Perpres itu kan membutuhkan persiapan yang prima, butuh modul yang lengkap, kapan waktunya, biaya bagaimana, semua perlu dipertimbangkan," terangnya.
ADVERTISEMENT
Bersinergi
Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Kesatuan Bangsa Kemenko Polhukam Arief P Moekiyat menjelaskan acara tersebut dihadiri sekitar 100 peserta anggota PPI. Menurutnya, itu merupakan kegiatan pertama Kemenko Polhukam yang bersinergi dengan Kemenhan dan Kemenkominfo.
"Para pemuda akan menjadi mitra kerja pemerintah dalam menyebarkan hal-hal positif dan pesan-pesan kebangsaan sehingga bisa memengaruhi masyarakat Indonesia," paparnya.
Dikatakan, pemilihan PPI untuk dilatih dalam literasi media sosial karena mereka dinilai sebagai pemuda terbaik dari yang baik-baik. Mereka sudah dipilih secara sistematis melalui proses yang ketat.
"Mereka anak-anak muda yang baik dan merupakan harapan masa depan Indonesia. Mereka harus menjadi tulang punggung gerakan cintai negeri ini, bela negeri ini, dan jaga negeri ini untuk selama-lamanya," ucap Arief.
ADVERTISEMENT
Bela Negara adalah Sikap Mental
Direktur Bela Negara Ditjen Pothan Kementerian Pertahanan RI, Laksma TNI Dr. M Faisal mengatakan dalam paparannya bahwa Bela Negara adalah sikap mental dan prilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.
Lebih jauh Dir Bela Negara menjelaskan bahwa salah satu ciri kader Bela Negara menurut Direktur Bela Negara harus mampu menerapkan 5 unsur dalam Bela Negara, yakni memiliki rasa cinta pada tanah air, sadar berbangsa dan bernegara, yakin Pancasila sebagai Ideologi Negara, rela berkorban demi bangsa dan negara, serta memiliki kemampuan awal bela negara.
“Hari ini yang kita hadapi bukan senjata, melainkan ancaman komunikasi dan khususnya media sosial, namun musih paking dekat adalah diri kita sendiri, sehingga saya mengajak anak-anak muda Indonesia khususnya PPI untuk menjadi agen Ujaran Kebaikan. Ayo isi hari-hari kita dengan Indonesia Bicara Baik” jelas Laksma M Faisal.
ADVERTISEMENT
Kompetisi Meme Bela Negara
![Peran Pemuda dalam Literasi Media Sosial untuk Bela Negara (1)](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1520991931/41fcd7de-21b8-4660-8f0b-f27ba99451c0_dvke12.jpg)
Dalam kegiatan tersebut peserta juga diajak praktik secara langsung yakni mulai dari bagaimana mengidentifikasi sebuah informasi itu Hoax atau tidak kemudian diaplikasikan dalam sebuah infografis, juga diajak secara langsung membuat meme Bela Negara dan langsung diupload melalui media sosial masing-masing peserta.
Simulasi sekaligus kompetisi dibagi kedalam 11 kelompok, dan tampil sebagai juara 1 dalam acara tersebut adalah kelompok 7 yang terdiri dari; Hijria Nur Awalia, Maula Syalsabila Handrian, Anabella GM, Adnan Pangestu, Richard Oliviera Joseph, Tarsih Ekaputra, Titi Marlaneza, Jonathan Novanto, dan Noergawanti Syafitri.
So, Bela Negara bukan hanya menjadi urusan TNI saja, tetapi hak dan kewajiban setiap warga negara yang dapat diaktualisasikan sesuai dengan profesi masing-masin.
ADVERTISEMENT
Ayo Bela Indonesiaku, #IndonesiaRumahKita