Konten dari Pengguna

Fenomena Wisatawan Rusia yang Meresahkan Bali

Ayu Adistanaya
Mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi yang sedang berkuliah di Universitas Atma Jaya Yogyakarta
15 Desember 2024 15:31 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ayu Adistanaya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dokumentasi Pribadi /Ayu Adistanaya
zoom-in-whitePerbesar
Dokumentasi Pribadi /Ayu Adistanaya
Akhir-akhir ini, wisatawan Rusia mulai banyak berdatangan ke Bali, tepatnya semenjak adanya konflik antara Rusia dengan Ukraina. Semakin hari, wisatawan Rusia yang datang melonjak tajam. Wisatawan Rusia ini tidak hanya berlibur untuk beberapa hari atau pekan saja, akan tetapi mulai menetap sampai 90 hari dengan menggunakan visa wisata. Mereka tak hanya tinggal, tetapi ada sebagian yang mulai berbisnis di Bali.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, bangkitnya sektor pariwisata di Bali merupakan kabar yang sangat menggembirakan bagi masyarakat Bali, setelah sempat terpuruk akibat pandemi COVID-19. Akibat pandemi, perekonomian di Bali menurun sangat drastis karena memang hanya bidang pariwisata yang sangat diandalkan bagi masyarakat di Bali. Saat ini, sektor pariwisata mulai bangkit lagi. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2022, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Indonesia melesat lebih dari 250% dari tahun 2021.
Peningkatan ini berlanjut dari bulan Januari hingga Maret 2023 di mana jumlah kunjungan meroket hingga 500%, 560%, dan 470% dibandingkan periode tahun lalu. Pada bulan September 2022, kunjungan wisatawan Rusia melonjak drastis hingga 140% dari bulan sebelumnya. Pada puncaknya, di bulan Januari tahun 2023, jumlah kunjungan mencapai angka 500% sehingga Bali menjadi daerah dengan wisatawan terbanyak setelah Australia.
ADVERTISEMENT
Dengan banyaknya wisatawan yang datang ke Bali, muncullah istilah “Kampung Rusia” karena wisatawan Rusia ini berkumpul pada satu titik lokasi yang sama. Selain jumlahnya yang terus bertambah, wisatawan Rusia juga semakin betah dan nyaman tinggal di Bali. Mereka banyak merebut lahan bisnis yang seharusnya digunakan untuk warga lokal, seperti jasa fotografer, pekerja teknis, guide, broker, konsultan, guru, praktek dokter, bahkan bisnis sewa motor. Selain itu, wisatawan Rusia ini juga membuat perilaku yang kurang baik terhadap budaya Bali, misalnya tidak mau menggunakan helm dan ugal-ugalan saat mengendarai motor di jalan raya, hingga tidak menghormati dan menghargai pura sebagai tempat ibadah agama Hindu yang dianggap sakral.
Ada beberapa alasan mengapa wisatawan Rusia datang ke Bali. Pertama, mereka ingin menghindari konflik yang terjadi di negaranya. Kedua, mereka ingin menghindari kebijakan wajib militer. Ketiga, mereka memang berniat keluar dari negaranya dan menuju Asian Country favorit seperti Thailand, Vietnam, dan Bali.
ADVERTISEMENT
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif saat itu, Sandiaga Uno, menetapkan bahwa pemerintahnya akan membantu memperbaharui visa turis yang terjebak perang, serta melakukan deportasi apabila terdapat perilaku wisatawan yang tidak bisa ditoleransi. Bahkan Gubernur Bali, I Wayan Koster akan melarang wisatawan mancanegara menyewa motor. Perilaku ugal-ugalan oknum wisatawan mancanegara memang sudah lama terjadi dan pelakunya selalu wisatawan yang berasal dari Rusia hingga sering viral di media sosial. Sejauh ini, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) telah mendeportasi sebanyak 57 orang WNA Rusia dan 259 lainnya dilakukan tindakan administrasi. Warga berharap pemerintah bisa lebih bijak lagi dalam menerima WNA yang berasal dari Rusia dan Ukraina.