5 Aksi Nyata untuk Meredakan Luka dan Merawat Toleransi

Ayu Kartika Dewi
Stafsus Presiden dan Co-founder SabangMerauke, sebuah program pertukaran pelajar antardaerah di Indonesia untuk menanamkan nilai toleransi. Managing Director di Indika Foundation, dan memulai gerakan @toleransi.id.
Konten dari Pengguna
14 Mei 2018 18:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ayu Kartika Dewi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi manusia dan semesta. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi manusia dan semesta. (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Rangkaian kejadian kekerasan dan pengeboman di Jakarta, Surabaya, dan Sidoarjo membuat kita sedih dan marah. Saya yakin sebagian besar dari kita tidak bisa berhenti bertanya dengan resah, “Apa yang bisa kita lakukan?”.
ADVERTISEMENT
Kita semua ingin melakukan sesuatu, tapi kita penuh keragu-raguan. Kita takut kita akan menyinggung perasaan orang. Kita khawatir kita tidak punya waktu karena kita sibuk. Kita ragu karena tidak ada teman untuk melakukan sesuatu. Kita tidak mau dituduh atau dibully macam-macam. Maka yang paling sering kita lakukan adalah “clicktivism”.
Kita merasa bahwa kita telah membantu dengan cara bersuara di media sosial, memasang hashtag #kamitidaktakut, dan saling mengingatkan untuk tidak menyebarkan foto/video korban. Kita berlindung di balik perasaan nyaman bahwa kita telah melakukan sesuatu: sudah ikut mengutuk, sudah ikut mem-forward berita positif, dan sudah ikut mengunggah hashtag.
Tentu saja ikut menyebarkan semangat dan aksi baik tentang perdamaian itu baik dan penting, tapi yang lebih baik dan penting adalah ikut berbuat baik. Saya yakin bahwa perlu ada lebih banyak orang yang melakukan sesuatu. Apa saja.
ADVERTISEMENT
Saya ada beberapa saran aksi nyata yang bisa kita lakukan.
1. Bawa bunga ke Gereja.
Kemarin sore dan malam saya dan seorang teman berkunjung ke Katedral Jakarta dan ke Gereja Loyola untuk membagikan bunga berwarna putih. Kami tidak sempat membeli banyak bunga, karena ide ini juga baru muncul sore hari. Kami ke Katedral hanya bawa 20-an tangkai bunga dan satu toples gula-gula yang berwarna-warni; ke Gereja Loyola hanya bawa 40-an tangkai bunga dan sisa gula-gula dari sebelumnya.
Sebelum saya berangkat, saya berkonsultasi pada seorang teman yang beragama Katolik, dan setelah itu saya dikenalkan dengan salah satu Romo. Ketika itu yang saya pikirkan hanyalah jangan sampai saya menambah runyam suasana dan menggarami luka. Tapi ternyata reaksi teman-teman begitu luar biasa. Kami disalami, dipeluk, dan dihujani dengan ucapan terima kasih.
ADVERTISEMENT
Saya belajar bahwa dalam suasana duka, gesture damai dalam bentuk apapun akan membantu.
2. Adakan doa bersama lintas agama di kantor.
Saya saat ini bekerja di Indika Foundation, sebuah yayasan yang didirikan oleh Indika Energy. Lagi-lagi saya berpikir, apa yang bisa kita lakukan? Saya berpikir bahwa kita bisa melakukan doa bersama lintas agama di kantor. Maka dalam waktu yang sangat singkat, kami melakukan persiapan dan menghubungi para pimpinan perusahaan.
Mereka yang kemudian mengajak seluruh karyawan ikut berdoa bersama tadi pagi. Acaranya singkat, hanya 15 menit, tapi sangat bermakna dan khidmat. Kami bersama-sama menyanyikan Indonesia Raya 3 stanza, dan perwakilan karyawan dengan 5 agama bergantian membacakan doa. Ternyata haru sekali.
ADVERTISEMENT
3. Kirim pesan ke rekan-rekan Kristen dan Katolik, dan sampaikan pesan semangat kita.
Ambil sedikit waktu yang selama beberapa hari ini terpakai untuk membaca berbagai berita tentang pengebom dan analisa tentang latar belakang keluarganya, dan gunakan untuk mengirim pesan singkat (japri = jalur pribadi, jangan lewat whatsapp group) ke teman-teman dan saudara-saudara kita yang beragama Kristen dan Katolik.
Tanyakan apa kabar, sampaikan kedukaan kita, sampaikan doa kita, dan tanyakan apa yang bisa dibantu. Teman-teman Kristen dan Katolik akan merasa tidak sendirian.
4. Manfaatkan momen bulan puasa untuk membangun jembatan antaragama.
Daripada bikin acara buka bersama di mal, bagaimana kalau kita menghubungi gereja, vihara, pura, atau klenteng di sekitar kita, dan tanyakan apakah kita mau mengadakan buka bersama di sana? Apakah kita sudah mengajak teman-teman yang berbeda agama untuk buka puasa bersama?
ADVERTISEMENT
5. Dukung organisasi-organisasi yang memperjuangkan toleransi dan perdamaian.
Cari organisasi ini, dan bantu mereka. Berdonasi, sekecil apapun, akan meringankan beban. Volunteer, tanyakan apa yang bisa dibantu.
Teman-teman, ini adalah saatnya kita ikut bergerak.
Bersuara di media sosial saja tidak cukup. Berduka dan mengutuk saja tidak cukup. Mari kita cari hal-hal yang bisa kita lakukan. Sekecil apapun aksi itu, akan membantu.