Belajar Praktik Baik Penyiapan Calon Guru di NIE Singapore

Ayu Novita Pramesti
Aparatur Sipil Negara yang melayani guru, tenaga kependidikan, dan pemangku kepentingan di bidang pendidikan di Direktorat Jenderal GTK, Kemendikbud
Konten dari Pengguna
18 Februari 2024 1:05 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ayu Novita Pramesti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Buku yang berjudul Singapore's Approach to Developing Teachers: Hindsight, Insight, and Foresight belum selesai saya baca. Namun, ada satu rahasia kesuksesan Singapura yang berhasil saya dapatkan. Singapura melakukan benchmarking pengelolaan pendidikan ke Finlandia dan kemudian menerapkan sesuai dengan konteks di negaranya. Ada keinginan untuk langsung belajar ke negara yang terkenal dengan Merlion Park nya itu. Namun, saya tidak pernah membayangkan bisa langsung belajar di negeri penulis buku itu.
ADVERTISEMENT
Perjalanan yang dimulai pada tanggal 22 Januari 2024 pukul 03.00 pagi dari sebuah hotel di kawasan Cengkareng memang melelahkan. Di saat orang lain masih tertidur, saya dan 19 peserta Workshop Mentoring Skills for Mentor Lecturers and Teachers harus sudah bersiap menuju ke Singapura dengan penerbangan paling pagi. Dengan dukungan dari Kemendikbudristek RI, Tanoto Foundation serta empat Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Penyelenggara Pendidikan Profesi Guru, kami bermaksud mempelajari praktik baik pendidikan guru di Singapura dan menerapkannya dalam konteks Indonesia.
Kelelahan kami akhirnya sedikit terobati karena sudah berhasil memasuki kawasan Nanyang Technological Universitas Singapore (NTU Singapore) setelah menempuh perjalanan selama satu jam dari Bandara Changi. Kami lebih berbahagia lagi karena bisa sampai ke tempat workshop di National Institute of Education (NIE Singapore).
ADVERTISEMENT
Foto bersama di lobi National Institute of Educatio Singapore, NTU Singapore (dokumentasi pribadi)
Dr. Alexius Chia, Associate Dean Practicum NIE, sudah menyambut kami di kelas. Namun, kelas tidak langsung dimulai. Kami dipersilahkan untuk rehat dulu. Setelah rehat, Dr. Alex menyampaikan materi gambaran, tujuan, dan jadwal workshop.
Selain itu, beliau juga menyampaikan prinsip-prinsip yang dianut NIE dalam mendidik calon guru melalui praktikum mengajar. Prinsip-prinsip itu adalah :
1. Praktikum merupakan bagian terintegrasi dalam program pendidikan bagi calon guru
2. Praktikum memberikan kesempatan pendampingan yang terarah dari guru berpengalaman dan dosen pembimbing
3. Praktikum memungkinkan calon guru mengembangkan kompetensi keguruan mereka melalui tanggung jawab dan kesempatan untuk berlatih
4. Asesmen terhadap praktikum dilakukan berdasarkan standar yang dinyatakan secara jelas dan tidak terbatas pada pengetahuan bidang studi.
ADVERTISEMENT
5. Praktikum berusaha untuk mengembangkan cara berpikir calon guru dengan menggunakan refleksi yang terstruktur dan difokuskan pada percakapan yang profesional.
Setelah sesi dengan Dr. Alex berakhir, dilanjutkan dengan sesi dari Dr. Tan Chee Soon. Baik Dr. Alex maupun Dr. Tan, memiliki latar belakang sebagai guru di sekolah. Namun, pembawaan mereka berbeda.
Dr. Alex yang kebapakan punya gaya mengajar yang cenderung satu arah. Dr. Tan sebaliknya. Beliau nampak energik dan selalu meminta untuk diingatkan apabila berbicaranya terlalu cepat. Dosen yang telah berpengalaman empat puluh tahun mengajar calon guru di Singapura ini berusaha mengoptimalkan interaksi dengan seluruh peserta di kelas.
Dr. Tan memberikan hal-hal penting terkait bagaimana menerapkan mentoring dalam praktikum mengajar. Mentor, dalam hal ini dosen pembimbing dan guru pamong (guru yang bertugas di sekolah praktikum), berperan penting untuk menumbuhkan sikap profesional bagi calon guru (mentee).
ADVERTISEMENT
Selain itu, mentor juga berperan penting menumbuhkan kemampuan para mentee untuk berpikir reflektif. Kemampuan ini sangat diperlukan untuk perbaikan dan peningkatkan kualitas pembelajaran. Tahapan model pemikiran reflektif terdiri dari memahami apa yang telah terjadi, menganalisis informasi untuk mengidentifikasi dampak, merencanakan aksi ke depan, dan melaksanakan apa yang sudah direncanakan.
Di hari kedua workshop, Dr. Tan masih membersamai kami di kelas. Namun, bahasan pada hari ini membahas hal-hal teknis dalam melakukan mentoring kepada calon guru (mentee). Kami berdiskusi bagaimana menumbuhkan lingkungan yang aman bagi mentee. Hal tersebut penting dilakukan karena ketika melakukan praktikum mengajar di sekolah, mentee berada di lingkungan yang sama sekali baru untuknya.
Foto bersama dengan Dr. Tan Chee Soon setelah kelas usai (dokumentasi pribadi)
Selain itu, beliau juga menyampaikan kepada kami berbagai teknik agar mentor dapat memfasilitasi mentee untuk mampu membuat keputusan dan bagaimana langkah-langkah memberikan umpan balik kepada mentee. Intinya, dalam melakukan mentoring terhadap calon guru yang sedang praktikum mengajar, mentor melakukan percakapan yang kolaboratif dan kontekstual, namun sarat dengan tantangan.
ADVERTISEMENT
Setelah sesi dengan Dr. Tan, kami rehat sejenak untuk makan siang. Beliau juga ikut makan siang bersama kami. Kami membuka obrolan ringan bersama beliau dengan membahas jenis makanan enak yang ada di Indonesia serta tempat wisata yang sebaiknya dikunjungi ketika berlibur di Indonesia.
Selain Dr. Tan, hari kedua workshop diisi oleh Dr. Lim Seok Lai. Dr. Lim yang berlatar belakang guru bahasa Mandarin ini bertugas di Practicum Office of Teacher Education NIE. Beliau menjelaskan poin-poin penting model penyiapan guru di Singapura serta bagaimana praktikum mengajar dilakukan di Singapura.
Penyiapan guru di Singapura dilakukan berdasarkan kemitraan antara Kementerian Pendidikan, NIE, dan sekolah. Kementerian Pendidikan berperan dalam menentukan tujuan pendidikan, mengawal kebijakan pendidikan, memberikan petunjuk model pendidikan guru serta merekrut dan memberikan sponsor bagi calon guru yang potensial untuk dilatih di NIE.
ADVERTISEMENT
Kemudian NIE berperan dalam pengembangan program pendidikan serta penyiapan guru dan kepala sekolah, mendidik calon guru, mengadakan penelitian pendidikan serta menerjemahkan kebijakan pendidikan guru. Sekolah berperan mengimplementasikan kurikulum serta sebagai mitra dalam pendidikan guru ketika mahasiswa NIE melakukan praktik mengajar.
Dalam pengelolaan praktikum mengajar bagi calon guru, ada beberapa prinsip yang diterapkan di NIE, yaitu keterhubungan yang kuat antara praktik dan teori, adanya sistem mentoring yang dilakukan oleh guru berpengalaman dan supervisor dari NIE, penilaian yang komprehensif meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta menekankan pada refleksi yang terencana dan terstruktur serta komunikasi profesional.
Di hari ketiga workshop, Dr. Lim kembali mengisi di kelas. Beliau mengajak kami untuk berdiskusi hal-hal yang mendukung guru agar menjadi guru yang baik. Selain itu, beliau juga menyampaikan hal-hal yang sebaiknya dilakukan dan tidak dilakukan selama proses observasi calon guru ketika menjalani praktikum mengajar di sekolah.
ADVERTISEMENT
Satu di antara hal yang sebaiknya dilakukan selama observasi adalah melihat kelebihan serta kemampuan yang perlu dikembangkan oleh calon guru (area for improvement). Sedangkan satu di antara hal yang sebaiknya tidak dilakukan adalah memberikan pernyataan yang menjatuhkan calon guru, sekalipun calon guru itu belum menampilkan performa baik ketika diobservasi.
Foto bersama Dr. Lim Seok Lai (dokumentasi pribadi)
Selain Dr. Lim, ada juga Mr. Sunny Sitoe, seorang guru yang kini bertugas di Office of Teacher Education NIE yang menyampaikan perkembangan mentoring dalam praktikum mengajar di Singapura.
Pada tahun 1980-an, mentor berfokus pada kesuksesan karier dan dukungan psikososial menteenya. Mentor berperan sebagai satu-satunya sumber, pemecah masalah, contoh, dan evaluator. Komunikasi antara mentor dan mentee hanya satu arah sehingga mentee harus melakukan apa yang disampaikan mentor.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1990-an, peran mentor tidak hanya satu arah, tetapi mulai berkembang sebagai pendukung dan pemberi tantangan kepada mentee. Pada tahun 2000-an, mentor mulai membangun relasi yang dinamis dan kolaboratif dengan mentee. Mentor dan mentee menjadi saling terbuka dan saling belajar.
Selain itu, mulai tahun 2000-an, mentor berperan sebagai konselor dan pembelajar kooperatif. Mentor juga dapat mendampingi mentee untuk lebih baik lagi dalam meniti karier sebagai guru dan menyiapkan dukungan psikologis bagi mentee.
Selain itu, Mr. Sunny juga mempresentasikan hasil penelitiannya terhadap 289 guru berpengalaman yang menjadi mentor (Cooperating Teacher) bagi calon guru pada praktikum mengajar yang dilakukan NIE pada Januari 2021. Hasilnya, peran yang dominan dari guru-guru tersebut ketika menjadi mentor adalah co-enquirer and evaluator, counsellor, co-learner, coach, dan co-learner.
Foto bersama dengan Mr Sunny (dokumentasi dari NIE)
Dalam melakukan mentoring terhadap calon guru, Mr. Sunny berpesan kepada kami agar melihat mentee sebagai manusia yang holistik. Selain itu, mengenal profil calon guru juga penting agar mentor dapat memilih dan memainkan peran-peran di atas dengan sebaik-baiknya.
ADVERTISEMENT
25 Januari 2024 adalah hari terakhir workshop. Kami didampingi kembali oleh Dr. Alex untuk mereviu hal-hal yang sudah didapat sejak workshop dimulai pada tanggal 22 Januari 2024. Beliau meminta kami menuliskan kata-kata kunci yang didapat dalam sebuah peta pemikiran yang beliau buat di papan tulis. Dr. Alex menyebut permintaannya itu sebagai ‘live mentimeter’.
'live mentimeter' untuk reviu materi workshop (dokumentasi pribadi)
Selain itu, beliau juga meminta agar setiap kelompok membuat dan mempresentasikan draf proyek yang akan dilakukan di Indonesia setelah workshop ini berakhir. Ada beberapa ide proyek yang berhasil dipresentasikan, di antaranya pengimbasan materi workshop untuk guru pamong dan dosen pembimbing Praktik Pengalaman Lapangan bagi calon guru di beberapa wilayah serta pembentukan komunitas belajar untuk guru pamong.
“Give a man a fish, and you feed him for a day. Teach a man to fish, and you feed him for a lifetime.”
ADVERTISEMENT
Foto bersama dengan Dr. Alex dan Perwakilan Tanoto Foundation di hari terakhir workshop (dokumentasi NIE)