Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.9
Konten dari Pengguna
Milenial di Tengah Arus: Menjadi Jembatan di Dunia yang Tak Lagi Sama
12 April 2025 16:15 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari A Saptaningtyas tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kami tumbuh bersama majalah dinding, lalu dewasa bersama timeline Instagram. Kami tahu suara modem dial-up, tapi juga fasih bicara lewat GIF dan meme. Di dunia yang terus berganti generasi, Milenial seakan berdiri sebagai jembatan—menghubungkan yang lama dan yang baru, meski kadang tak tahu harus lebih condong ke mana.
ADVERTISEMENT
Sebagai generasi yang lahir di masa peralihan, Milenial memikul peran unik: menjadi penghubung antara nilai-nilai mapan generasi Boomer dan Gen X dengan semangat disruptif Gen Z dan Alpha. Milenial memahami kedisiplinan dan kerja keras, tapi juga mulai menerima pentingnya kesehatan mental dan keseimbangan hidup. Di tempat kerja, kami jadi mediator budaya, sedangkan di rumah, jadi juru bahasa teknologi dan emosi lintas generasi.
Di kantor, tak jarang kami jadi perantara antara bos Boomer yang terbiasa lembur dan rapat fisik, dan staf Gen Z yang lebih memilih jam kerja fleksibel, komunikasi lewat chat, dan hasil ketimbang proses panjang. Tantangannya tidak ringan—terkadang membuat lelah dan merasa tersesat. Tapi justru di sanalah kekuatannya. Milenial mengerti bahwa perubahan tidak bisa ditolak, hanya bisa diarahkan.
ADVERTISEMENT
Milenial bisa memahami betapa pentingnya struktur SOP yang rapi, tapi juga terbuka pada penggunaan tools kolaboratif seperti Google Docs atau Notion yang lebih disukai generasi muda. Kami bisa menjelaskan etika profesional kepada junior yang lebih spontan, sambil dengan sabar menjelaskan urgensi digitalisasi kepada senior yang masih ragu pakai Google Drive.
Banyak Milenial kini mendorong budaya kerja yang lebih sehat dengan memperjuangkan kebijakan cuti kesehatan mental, skema kerja hybrid, hingga sesi check-in rutin agar rekan-rekan mudanya tidak merasa terisolasi. Mereka mulai mengambil peran sebagai manajer yang tidak hanya fokus pada target, tapi juga perkembangan pribadi stafnya.
Di luar kantor, mereka juga berpihak: menjadi mentor bagi adik-adiknya atau sekadar menciptakan ruang-ruang yang ramah, terbuka, dan bebas diskriminasi. Mereka menyadari bahwa menjadi jembatan adalah tugas yang melelahkan, tapi juga krusial.
ADVERTISEMENT
Melihat Gen Z yang vokal, cepat belajar, dan berani berbeda, serta Gen Alpha yang lahir dengan kecakapan digital alami, ada harapan besar bahwa dunia ke depan akan lebih inklusif, sadar lingkungan, dan inovatif. Milenial bukan generasi yang tertinggal, melainkan generasi yang membuka jalan dan tahu bahwa dunia ke depan penuh potensi. Menjadi jembatan bukan berarti hanya bertahan di tengah, tapi tentang membantu semua sampai di seberang.