Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.1
Konten dari Pengguna
Ganti PR yang Membosankan dengan TAP yang Seru dan Menantang!
31 Juli 2017 11:19 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
Tulisan dari Ayu Sukmayani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pendidikan adalah salah satu investasi yang paling menjanjikan untuk meningkatkan mutu manusia. Mengapa tidak, dari pendidikan akan lahir generasi-generasi unggul pewaris tahta kekuasaan dan inovator teknologi. Dari pendidikan akan muncul para pendidik bermutu, para ilmuan handal, para musisi yang tak hanya mahir memainkan alat musiknya namun memiliki kepribadian yang terampil.
ADVERTISEMENT
Pendidikan adalah tanggung jawab bersama baik itu guru, orang tua, sekolah maupun lingkungan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Traub, Weiss, Fisher, Musella dan Khan (1973) yang dikutip oleh Gagne (1978) menunjukkan bahwa diperlukan proses belajar secara lebih terbuka, lebih kondusif terhadap kemandirian dan sikap yang baik terhadap sekolah, guru, dan diri sendiri. (Atwi, 2014: 14)
Belajar secara terbuka maksudnya adalah guru harus belajar keluar dari zona nyamannya, pembelajaran tidak lagi hanya dilakukan di dalam kelas, duduk di bangku dan mengerjakan soal-soal yang membosankan tetapi pembelajaran dilakukan di alam terbuka, melakukan kegiatan-kegiatan yang bermakna, peserta didik bisa bergerak dengan bebas dalam suasana yang kondusif dan mengerjakan tugas-tugas yang menarik.
ADVERTISEMENT
Tugas atau PR yang diberikan kepada siswa/i selama ini biasanya berupa soal yang dibawa ke rumah kemudian harus dijawab dengan benar lalu di kumpulkan pada hari berikutnya dan akan mendapat nilai tertententu. Inilah kebiasaan yang sering terjadi. Tugas hanya menjadi sebuah formalitas untuk menyelesaikan kewajiban, tak berbekas dan hanya menghasilkan sebuah angka tanpa adanya pemaknaan untuk siswa.
Pemberian PR juga terkadang menimbulkan school phobia bagi sebagian anak karena tuntutan tugas yang banyak dan waktu pengerjaan yang singkat, ditambah lagi beban sanksi jika siswa/i tidak mengerjakan.
Jika pembelajaran di kelas ingin menyenagkan maka tugas juga semestinya didesain semenarik mungkin. Konsep TAP (Tugas Akhir Pekan) bisa menjadi salah satu alternatifnya.
ADVERTISEMENT
Apa Itu TAP (Tugas Akhir Pekan)?
TAP (Tugas akhir Pekan) adalah media bagi siswa untuk mencurahkan kreatifitas dan dalam penyelesaian masalah. Sifatnya aplikatif, dan bisa menuntun siswa menemukan manfaat dari pelajaran yang sedang di pelajari. TAP bertujuan untuk mengembangkan kreatifitas, kemampuan komunikasi, manajemen diri, dan manajemen waktu. (Farida dkk, 2014: 134)
Selain berisi materi tugas, dalam TAP juga harus tercantum manfaat dan petunjuk pengerjaannya. Untuk siswa kelas bawah (1-3), di TAP selalu dicantumkan "Sudut Orangtua" sebagai petunjuk, apa yang harus dilakukan orangtua, sejauh mana keterlibatan orangtua dianjurkan. Siswa kelas atas (4-6) lazimnya sudah paham sejauh mana keterlibatan orang dewasa mereka perlukan untuk menggarap TAP.
Bagi guru, tantangan terbesarnya adalah bagaimana menyiapkan TAP yang seru sehingga siswa/i tertantang untuk mengerjakannya dan membuat mereka memperoleh wawasan serta keterampilan baru. Salah satu contohnya adalah dengan merancang tugas hafalan doa misalnya menjadi sebuah tugas “proyek membuat Komik Anak Saleh”. Selain muatan pengulangan tugas ini juga dapat memuat pengembangan motorik, berpikir, sosial,dan emosi.
ADVERTISEMENT
TAP jelas tidak hanya menilai hasil, tetapi lebih kepada proses. Sehingga dalam penilaian TAP guru bisa melihat beberapa aspek yakni kebiasaan anak dan keluarga di rumah, gaya belajar anak dan keterampilannya mengelola waktu, dan sejauh mana keterlibatan orangtua terhadap kegiatan yang sedang dilakukan anak.
Dengan mendesain tugas yang menarik, tugas bukan lagi menjadi sebuah hal yang menakutkan apalagi menimbulkan stres. Tetapi tugas bisa membuat siswa/i lebih memaknai pelajarannya dan yang terpenting orangtua terlibat dalam kegiatan anak sehingga pendidikan tidak lagi hanya berorientasi pada sekolah, tetapi sejatinya hidup ini adalah pendidikan, dan setiap detik adalah belajar maka mendesain sebuah sistem pembelajaran tidak hanya selesai di sekolah tetapi juga di rumah tentunya dengan kreatifitas dari guru sebagai desainer pembelajaran.
ADVERTISEMENT