Konten dari Pengguna

Merefleksi Pendidikan Moral

29 Mei 2017 6:19 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ayu Sukmayani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Refleksi pendidikan moral merupakaan sesuatu yang penting untuk mengembangkan sisi kognitif dari suatu karakter, merupakan bagian penting dari moral kita sendiri yang membantu kita membuat penilaian moral tentang sikap kita sendiri dan lainnya. Menurut Thomas Lickona ada 6 sisi yang menjadi bagian dari karakter yakni; sadar moral, memiliki pemahaman mengenai keseluruhan nilai moral dengan objektif seperti rasa hormat dan tanggung jawab, mampu melihat segala sesuatu dari sudut pandang orang lain, mampu memberikan alasan dengan pertimbangan moral, mampu membuat keputusan moral yang sudah dipertimbangkan dengan matang dan yang terkahir mengenali diri sendiri.
ADVERTISEMENT
Dalam menanamkan moral kepada anak, pendidik moral tanpa sadar sering melakukan kesalahan dengan berprilaku netral. Artinya, bahwa seorang pendidik tidak secara tegas menolak atau menerima sebuah prilaku dengan memberikan opini dan pendapatnya sendiri. Hal ini tentu salah bila melihat tujuan pendidikan yakni sebagai sebuah proses untuk mengarahan siswa kepada pemahaman mana yang benar dan mana yang salah, serta mana yang baik dan mana yang buruk. Kesalahan ini disebut sebagai kesalahan dalam relativisme moral. Pada dasarnya seorang pendidik harus tegas, ketika sebuah tindakan mencuri merupakan perbuatan atau karakter yang tidak baik, maka atas dasar apapun harus ditegaskan bahwa perbuatan itu tidak baik.
Dalam mendidik moral kepada anak ada beberapa metode yang dapat di gunakan. Pertama mempelajari kebajikan yang sederhana, metode ini seperti metode dongeng atau cerita. Guru dapat menceritakan kisah-kisah Nabi atau semacamnya yang dapat memberikan contoh tentang perbuatan baik dan pahalanya serta perbuatan tidak baik berserta balasannya. Kedua, klarifikasi moral artinya bahwa Guru harus secara tegas menjelaskan yang baik itu baik dan tidak baik itu tetap tidak baik dan menghindari sikap netral. Ketiga anak sebagai filsuf moral, artinya anak diajak untuk berfikir terkait sebuah karakter atau perbuatan. Mereka diminta untuk memikirkan apakah perbuatan tersebut termasuk perbuatan baik atau tidak, dengan nenyampaikan alasan mereka masing-masing. Keempat diskusi moral di kelas, disini siswa di ajak untuk mendiskusikan sebuah prilaku. Mereka di bagi kedam dua kelompok yakni kelompok yang setuju dan tidak setuju, mereka diminta untuk menyiapkan argumen. Tujuan dari diskusi ini adalah untuk membiasaan para siswa agar menilai sebuah prilaku dan tegas pada satu keputusan, sehingga terhindar dari sikap netral. Kelima guru sebagai socrates, artinya guru bertindak sebagai fasilitator dalam membantu siswa berfikir secara mendalam terkait sebuah prilaku. Guru memberikan pertanyaan yang memicu siswa untuk berfikir tentang mnegapa sebuah tindakan itu harus diambil, mana prilaku yang lebih baik, mengapa prilaku A lebih baik dari B dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
Dalam buku ini dijelaskan juga bahwa setiap siswa memiliki pemikiran sendiri terkait sebuah nilai moral. Bahkan siswa berumur 6 tahunpun mampu merefleksi dan menilai. Sebuah contoh diberikan disini, siswa kelas 1 ditanyakan terkait prihal berbohong. Mereka diminta untuk menilai apakah berbohong itu perbuatan baik atau tidak, dan ternyata sebagian besar mereka mnegatakan bahwa berbohong itu tidak baik. Namun, ada hal yang menarik disini, siswa yang berumur 6 tahun masih memandang hukuman sebagai alasan mengapa perbuatan berbohong itu tidak baik dan jika tidak ketahuan maka perbuatan itu menjadi boleh-boleh saja. Inilah pemahaman yang masih dimiliki di kalangan siswa, sehingga sudah menjadi tugas guru untuk meluruskan itu semua. Karakter merupakan hal yang tidak instan, pembiasaan adalah jalan yang dapat mengantarkan siswa pada sebuah karakter, dan guru adalah teladan bagi mereka sehingga untuk menanamkan karakter tidaklah dengan ceramah melainkan mencontohkan dan memberikan teladan.
ADVERTISEMENT