AMERIKA SERIKAT TINGGALKAN TPP, EKSPOR TEKSTIL KE AS MAKIN KOMPETITIF

Ayu Dwi Utami
Mahasiswi Magister Manajemen Universitas Sebelas Maret
Konten dari Pengguna
28 Oktober 2017 9:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ayu Dwi Utami tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Oleh: RECONOMICA (Ayu Dwi Utami & Rolina Rahardjoputri)
A. PENDAHULUAN
ADVERTISEMENT
Bagaikan manusia yang merupakan makhluk sosial, suatu negara tak mungkin hidup tanpa bekerjasama dengan negara lain, apalagi di era globalisasi saat ini terutama dalam hal perdagangan. Namun, perdagangan Indonesia, khususnya ekspor tekstil, masih belum maksimal. Padahal, ekspor produk tekstil merupakan salah satu sumber devisa terbesar untuk Indonesia. Tetapi, secercah peluang muncul ketika AS memutuskan untuk tinggalkan TPP pada awal 2017.
Trans-Pacific Partnership Agreement (TPP) adalah perjanjian kerjasama di bidang perdagangan (pasar bebas) yang beranggotakan beberapa negara di kawasan Trans-Pasifik, yaitu Australia, Brunei, Kanada, Chile, Jepang, Malaysia, Meksiko, Peru, Selandia Baru, Singapura, dan Vietnam. Kerjasama ini merupakan perwujudan dari pasar bebas dan merupakan bentuk kerjasama terbesar di dunia dalam bidang kerjasama perdagangan. Gross Domestic Product (GDP) dari kesepakatan TPP pada tahun 2016 sekitar US$226 triliun, atau mencapai 37,4% GDP dunia (www.dfat.gov.au, 2016). Negara yang tergabung dalam TPP memperoleh benefit atas hilangnya berbagai hambatan dagang terutama dalam bidang ekspor-impor, yaitu penghilangan pajak dan tarif cukai. Manfaat ini sangat menguntungkan karena barang-barang yang diekspor ke negara anggota dapat lebih bersaing dengan barang dari negara non-anggota.
ADVERTISEMENT
Amerika Serikat (AS) yang merupakan the main power of economic TPP dan menjadi tujuan ekspor utama bagi negara anggota TPP lainnya, secara mengejutkan pada tanggal 23 Januari 2017 silam, memutuskan untuk keluar dari TPP. Hal itu tentu saja akan membawa efek yang cukup besar bagi negara anggota lainnya. Sebab, benefit atas hilangnya tarif ekspor ke AS menjadi hilang. Kini, mereka harus bersaing secara lebih kompetitif dengan produk negara lain dalam mengekspor produk mereka ke AS.
Di balik semua itu, hal tersebut justru bisa berdampak positif bagi Indonesia. Karena, setidaknya Indonesia menjadi memiliki peluang yang sama dalam persaingan ekspor komoditas ke AS, salah satunya dalam sektor industri tekstil. Yang mana, ekspor produk tekstil merupakan salah satu penyumbang devisa terbesar untuk Indonesia, yaitu mencapai sekitar US$13,5 miliar sampai US$14 miliar per tahun (Fajriah, 2016). Namun, nilai itu bisa dikatakan belum maksimal, karena menurut World Bank, sejak tahun 2012-2015 posisi Indonesia sebagai pengekspor tekstil ke AS masih kalah dibandingkan Vietnam yang merupakan anggota TPP (www.wits.worldbank.org, 2015). Karena mereka hanya terkena tarif pajak yang sangat rendah saat mengekspor tekstil ke AS. Sehingga, dengan keluarnya AS dari TPP, akan menjadi kesempatan bagi Indonesia agar bisa bersaing secara lebih kompetitif lagi dengan Vietnam dalam ekspor tekstil ke AS.
ADVERTISEMENT
Selain dengan Vietnam, yang menjadi negara pesaing Indonesia dalam ekspor tekstil ke AS adalah Tiongkok dan Bangladesh. Seperti kita ketahui, Tiongkok merupakan negara dengan kekuatan ekspor yang besar, dalam produksinya mereka sangat efisien dan efektif, didukung oleh tingkat upah buruh dan biaya energi yang cukup murah. Sedangkan untuk Bangladesh, keunggulan mereka adalah efisiensi produksi pada jam kerja yang panjang, serta upah buruh dan biaya energi yang murah. Meski sempat mengalami krisis karena kebakaran di beberapa pabrik di sana, tetapi mereka mampu bangkit kembali. Sehingga yang pada awalnya tahun 2012-2014 Bangladesh berada di posisi 6, pada tahun 2015 mereka bisa mengungguli Indonesia di posisi ke 4 (www.wits.worldbank.org, 2015).
Untuk bersaing dengan negara lain, sebenarnya tekstil Indonesia memiliki banyak potensi, salah satunya kain batik dan kain etnik khas Indonesia. Yang mana, kain batik Indonesia sudah diakui oleh pihak UNESCO sebagai salah satu warisan budaya dunia dari Indonesia. Hal tersebut menjadi keunggulan bagi tekstil Indonesia dibandingkan hasil tekstil dari negara-negara lainnya. Oleh karena itu, kami mengambil tema terkait potensi peningkatan ekspor tekstil Indonesia pasca keluarnya AS dari TPP untuk bisa mengupas secara mendalam terkait peluang dan hal-hal yang perlu dilakukan agar ekspor tekstil Indonesia bisa meningkat dan lebih bersaing dengan hasil tekstil dari negara lain.
ADVERTISEMENT
B. PEMBAHASAN
Menurut gaya kebijakan Presiden AS saat ini, Donald J. Trump dengan prinsipnya “Make America Great Again,” AS terlihat ingin mengutamakan perekonomian rakyat AS sendiri (America First) daripada memikirkan dampaknya pada perekonomian global. AS yang biasanya terbuka dengan perjanjian dagang dengan negara-negara lain, akhir-akhir ini memutuskan untuk hengkang dari beberapa kesepakatan dagang, sehingga memunculkan sentimen bahwa AS melakukan proteksionisme besar-besaran.
Bisa ditebak, ke depannya AS kemungkinan akan membangun banyak pabrik tekstil (dan pabrik-pabrik lain) dengan tujuan memberdayakan pekerja-pekerja di AS dan mengurangi impor tekstil (dan barang impor lain). Meskipun, untuk saat ini belum memungkinkan bagi AS untuk mempekerjakan banyak pekerja AS untuk menjadi buruh pabrik tekstil, karena upah standar buruhnya masih tinggi, sehingga akan kalah efisien dibandingkan jika mengimpor tekstil dari negara berkembang. Maka dari itu, jika tidak segera dilakukan upaya-upaya, dikhawatirkan untuk beberapa tahun ke depan ekspor tekstil Indonesia (dan negara-negara lain) akan dikurangi oleh AS sendiri, atau bahkan dihilangkan. Upaya-upaya berikut ini bisa dilakukan pelaku industri tekstil dan Pemerintah agar ekspor tekstil Indonesia bisa meningkat.
ADVERTISEMENT
1. Efisiensi Biaya Produksi
Efisiensi biaya produksi bisa menjadi keunggulan bersaing suatu produk dari produk pesaing lainnya. Adapun beberapa hal yang sebaiknya dilakukan untuk meningkatkan efisiensi produksi tekstil Indonesia di antaranya :
Pertama, efisiensi biaya listrik. Tarif listrik di Indonesia merupakan yang tertinggi di Asia, yaitu mencapai US$10,5 sen/kWh. Padahal, biaya listrik Vietnam hanya US$6 sen/kWh (www.koran.tempo.co, 2016). Dibandingkan dengan Tiongkok dan Bangladesh pun, tarif listrik Indonesia masih jauh lebih tinggi. Selisih tarif listrik dengan pesaing ini merupakan salah satu kelemahan bagi Indonesia, sebab besarnya tarif listrik tersebut akan berpengaruh pada membengkaknya biaya produksi yang harus ditanggung oleh stakeholder industri tekstil, mengingat hampir 60% proses produksinya menggunakan listrik (www.kemenperin.com, 2016). Oleh karena itu, perlu adanya kebijakan Pemerintah untuk bisa menurunkan biaya listrik untuk industri tekstil. Namun, selain itu bisa juga dilakukan terobosan oleh industri tekstil untuk dapat menciptakan dan mengembangkan sumber energi alernatif listrik lainnya, salah satunya yaitu penggunaan energi listrik tenaga surya. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh Plas-Pak WA Pty. Ltd., yaitu perusahaan dari Australia yang beroperasi di bidang pembuatan kemasan dan komponen plastik yang telah menerapkan listrik tenaga surya dalam operasinya, mereka dapat mengurangi pengeluaran pemakaian listrik sebesar 30% setiap tahun (www.infiniteenergy.com.au, 2016). Sehingga dengan penerapan listrik tenaga surya ini, akan sangat membantu sektor industri tekstil Indonesia didalam menekan biaya produksi.
ADVERTISEMENT
Kedua, upgrading teknologi. Pembaharuan atau peremajaan ini diperlukan mengingat selalu adanya inovasi terhadap suatu teknologi yang akan membuat kinerja suatu teknologi tersebut menjadi semakin efektif dan efisien. Namun, untuk industri tekstil Indonesia, rata-rata penggunaan mesin industri tekstil Indonesia sekarang sudah usang karena sudah dipakai produksi selama lebih dari 20 tahun (www.kemenperin.com, 2015). Hal ini karena biaya pembelian mesin baru yang terlalu tinggi bagi industri tekstil. Oleh karena itu, Pemerintah bisa memberikan fasilitas berupa kredit dengan bunga ringan untuk memfasilitasi industri tekstil hanya dalam rangka peremajaan mesin industri. Karena dengan upgrading teknologi, hasil produksi tekstil diharapkan bisa mengalami peningkatan positif baik secara kuantitas maupun kualitas.
Ketiga, efisiensi biaya impor bahan baku. Selama ini industri tekstil Indonesia masih banyak mengimpor bahan baku dari luar negeri, yang menyebabkan biaya produksi tinggi (www.kemenperin.com, 2010). Untuk jangka panjangnya, agar industri tekstil Indonesia dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan impor bahan bakunya, Kemenperin bisa mengupayakan agar didirikan pabrik tekstil Indonesia dari hulu hingga hilir produksi. Mulai dari pemintalan benang, penenunan kain, pemotongan kain, hingga pengolahan menjadi pakaian jadi. Tujuannya adalah agar semua proses produksi dan bahan baku yang didapat berasal dari dalam negeri, sehingga biaya bahan baku dapat ditekan.
ADVERTISEMENT
2. Peningkatan Kerjasama
Selain itu, untuk mengupayakan efisiensi bea ekspor tekstil, Pemerintah diharapkan gencar melakukan perundingan atau bilateral agreement terutama dalam ekspor tekstil. Sebab melalui kesepakatan, diharapkan eksportir dari Indonesia mendapatkan kemudahan dalam mengekspor produk tekstil, terutama ke AS. Sehingga Indonesia bisa mendapatkan pengurangan barrier diantaranya yaitu penurunan pengenaan tarif maka kuota ekspor tekstil Indonesia ke AS bisa meningkat secara signifikan, dan harga jual produk tekstil Indonesia di AS bisa bersaing kompetitif dalam menarik minat konsumen AS dengan produk pesaing.
3. Regulasi dan Fasilitas Pendukung Peningkatan Ekspor
Selain membuat kesepakatan, hal lain yang harus dilakukan adalah dengan memberikan sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan ekspor itu berjalan dengan baik dan lancar. Hingga saat ini, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan yaitu PMK Nomor 40/PMK.03/2017 tanggal 10 Maret 2017 dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 Tahun 2015 yang isinya memberikan keringanan diskon PPh 50% bagi perusahaan industri tekstil dan alas kaki yang berorientasi ekspor dalam membayarkan PPh pegawainya. Hal ini dapat membuat perusahaan tekstil lebih menghemat biaya ekspor, sehingga perusahaan semakin terpacu untuk berorientasi pada pasar ekspor. Namun selain itu, ada beberapa hal lain yang harus dilakukan sehingga stakeholders bisa lebih mudah dalam mengekspor produk tekstil, diantaranya yaitu:
ADVERTISEMENT
a. Diperlukan kemudahan penggunaan moda transportasi dan pemerataan percepatan pembangunan infrastruktur, terutama di sektor jalan dan pelabuhan. Karena kurang meratanya pembangunan infrastruktur di tiap daerah menjadi salah satu penghambat bagi stakeholders industri tekstil. Sehingga akan lebih baik bila pembangunan dipercepat dan dilakukan secara merata. Untuk pemakaian moda transportasi berupa kereta api terdapat keterbatasan, karena penggunaannya harus memenuhi syarat berupa full container load/FLC, tidak boleh less than container load/LCL (Sudrajat, 2017) sehingga meski moda transportasi kereta api meski bisa lebih cepat dan lancar, tetapi tidak bisa sewaktu-waktu digunakan.
b. Penurunan dwelling time pelabuhan di Indonesia. Dwelling time di Indonesia pada semester I-2017 adalah kisaran 3,5 hari. Padahal tahun 2016 sempat pada posisi cukup rendah yaitu 2,9 hari (Prihatini, 2017). Hal ini tentu mempengaruhi peningkatan biaya logistik eksportir industri tekstil.
ADVERTISEMENT
4. Pematenan Produk Tekstil Indonesia
Pematenan produk tekstil Indonesia diperlukan mengingat tekstil Indonesia beranekaragam dan unik karena berasal dari budaya lokal Indonesia itu sendiri. Namun, hingga kini yang baru dipatenkan hanyalah batik, sedangkan Indonesia kaya akan kain hasil tekstil yang lain misalnya kain Ulos, Lurik, Songket Palembang, Jumputan, dan Tenun Dayak. Kain-kain ini merupakan keragaman tekstil etnik Indonesia yang berpotensi untuk dikembangkan di dunia fashion. Salah satu bukti kain etnik mulai diakui dunia yaitu dengan ditampilkannya kain etnik Indonesia di ajang fashion show internasional oleh desainer Indonesia, misalnya desainer Batak yang mengusung kain Batak di ajang New York Fashion Week dan Washington DC Fashion Week (www.kompas.com, 2017). Karena keragaman dan keunikan itulah produk tekstil khas Indonesia banyak diminati warga dunia dan rawan diakui sebagai produk khas negara lain. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pematenan untuk mengamankan produk tekstil khas Indonesia serta membuat gengsi tekstil Indonesia bisa lebih diakui di mata masyarakat dunia.
ADVERTISEMENT
C. KESIMPULAN
Keluarnya AS dari TPP membuat suatu ketidakpastian perdagangan, khususnya dalam hal ekspor-impor. Salah satunya ekspor tekstil ke AS yang menjadi semakin kompetitif. Namun, ketidakpastian itu merupakan waktu yang tepat dan menjadi tantangan bagi Indonesia untuk memanfaatkan semua potensi yang telah ada dan meningkatkannya sehingga Indonesia bisa muncul sebagai kuda hitam dalam persaingan ekspor tekstil ke AS. Untuk bisa mewujudkan hal tersebut, tentu diperlukan sinergi antara pemerintah dan pelaku industri tekstil Indonesia.
LAMPIRAN
Tabel Perbandingan Tarif Listrik Industri Besar Rata-rata Indonesia dengan Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, dan Vietnam per Semester I 2016
No. Negara Tarif Listrik
1. Singapura Rp 1.689/kWh
2. Filipina Rp 1.551/kWh
3. Thailand Rp 1.270/kWh
ADVERTISEMENT
4. Malaysia Rp 1.066/kWh
5. Indonesia Rp 1.011/kWh
6. Vietnam Rp 777/kWh
Sumber : http://m.detik.com, diakses pada 17 Agustus 2017
Daftar Negara Pengekspor Tekstil Terbesar ke USA Tahun 2011
Peringkat Negara Asal Nilai
(Dalam ribuan US$)
1 Tiongkok 40,945,016.58
2 Vietnam 7,177,340.88
3 India 6,600,454.63
4 Indonesia 5,574,690.57
5 Meksiko 5,561,367.72
6 Bangladesh 4,786,906.71
7 Pakistan 3,512,390.70
8 Honduras 2,792,505.40
9 Kamboja 2,706,661.91
10 Kanada 2,049,377.43
Sumber data: http://wits.worldbank.org, diakses pada 27 Juli 2017
Daftar Negara Pengekspor Tekstil Terbesar ke USA Tahun 2012
Peringkat Negara Asal Nilai
(Dalam ribuan US$)
1 Tiongkok 39,319,723.90
2 Vietnam 7,340,005.79
3 India 6,202,284.72
4 Meksiko 5,368,497.60
5 Indonesia 5,234,015.62
ADVERTISEMENT
6 Bangladesh 4,552,849.41
7 Pakistan 3,015,494.48
8 Honduras 2,696,702.20
9 Kamboja 2,566,536.56
10 Kanada 2,057,760.51
Sumber data : http://wits.worldbank.org, diakses pada 27 Juli 2017
Daftar Negara Pengekspor Tekstil Terbesar ke USA Tahun 2013
Peringkat Negara Asal Nilai
(Dalam ribuan US$)
1 Tiongkok 40,714,714.38
2 Vietnam 8,411,169.63
3 India 6,633,473.65
4 Meksiko 5,387,933.44
5 Indonesia 5,267,889.12
6 Bangladesh 5,040,586.24
7 Pakistan 3,045,649.19
8 Honduras 2,624,458.62
9 Kamboja 2,586,991.83
10 Kanada 1,985,135.59
Sumber data: http://wits.worldbank.org, diakses pada 27 Juli 2017
Daftar Negara Pengekspor Tekstil Terbesar ke USA Tahun 2014
Peringkat Negara Asal Nilai
(Dalam ribuan US$)
1 Tiongkok 43,036,931.73
2 Vietnam 9,933,244.34
3 India 7,398,375.98
4 Meksiko 5,534,763.34
5 Indonesia 5,284,891.13
ADVERTISEMENT
6 Bangladesh 5,085,719.34
7 Pakistan 3,214,509.55
8 Honduras 2,781,946.99
9 Kamboja 2,601,663.70
10 Italia 2,224,180.89
Sumber data: http://wits.worldbank.org, diakses pada 27 Juli 2017
Daftar Negara Pengekspor Tekstil Terbesar ke USA Tahun 2015
Peringkat Negara Asal Nilai
(Dalam ribuan US$)
1 Tiongkok 44,616,063.16
2 Vietnam 11,287,194.53
3 India 7,989,609.70
4 Bangladesh 5,702,611.28
5 Indonesia 5,414,556.10
6 Meksiko 5,406,192.70
7 Pakistan 3,195,912.54
8 Honduras 2,872,918.29
9 Kamboja 2,607,853.37
10 Sri Lanka 2,190,727.75
Sumber data: http://wits.worldbank.org, diakses pada 27 Juli 2017
DAFTAR PUSTAKA
Agustinus, M., (2016, Desember 28). Ini Perbandingan Tarif Listrik RI dengan Malaysia Hingga Vietnam [Versi Elektronik]. Detik Finance. Diakses 27 Juli 2017, dari http://m.detik.com
American Chamber of Commerce Vietnam. (2008). With GSP, Vietnamese Goods will Go Direct to US, Not Via Transshipments. Diakses pada 27 Juli 2017, dari http://www.amchamvietnam.com/with-gsp-vietnamese-goods-will-go-direct-to-us-not-via-transshipments/
ADVERTISEMENT
Australia Indonesia Quality Solar Collaboration. (2016). Listrik Tenaga Surya untuk Pabrik dan Industri. Diakses pada 5 Agustus 2017, dari https://www.aiqsc.com/2016/06/02/listrik-tenaga-surya-untuk-pabrik-dan-industri/
Bank Indonesia. (2015). Laporan Neraca Pembayaran Indonesia Realisasi Triwulan I-2015. Jakarta, DKI : Penulis. Diakses dari http://www.bi.go.id/id/publikasi/neraca-pembayaran/Documents/Laporan_NPI_Tw%20I2015.pdf
Department of Foreign Affairs and Trade. (2016). Trans-Pacific Agreement. Diakses pada 27 Juli 2017, dari http://dfat.gov.au/trade/agreements/tpp/pages/trans-pacific-partnership-agreement-tpp.aspx
Fajriah, L. R., (2016, Juni 12). Saingi Vietnam, Pemerintah Tebar Insentif ke Industri Tekstil [Versi Elektronik]. Sindonews.com. Diakses dari http://ekbis.sindonews.com
Infinite Energy Commercial Solar Power Australia. (2015). Customer Story Plas-Pak Goes Solar. Diakses pada 5 Agustus 2017, dari https://www.infiniteenergy.com.au/customer-story-plas-pak-goes-solar
Julianto, P. A., (2017, April 12). Produk Tekstil Indonesia Kalah Saing dengan Vietnam dan Bangladesh [Versi Elektronik]. Kompas online. Diakses dari http://ekonomi.kompas.com
ADVERTISEMENT
Kementerian Perindustrian RI. (2015). Program Restrukturisasi Mesin Peralatan Industri PTP serta Industri Alas Kaki Tahun Anggaran 2015. Diakses pada 8 Agustus 2017, dari http://www.kemenperin.go.id/artikel/11295/Program-Restrukturisasi-MesinPeralatan-Industri-TPT-Serta-Industri-Alas-Kaki-Tahun-Anggaran-2015
________. (2017). Pemerintah Jajaki Kerja Sama Industri TPT Nasional dengan Amerika dan Eropa. Diakses pada 1 Agustuts 2017, dari http://www.kemenperin.go.id/artikel/17869/Pemerintah-Jajaki-Kerja-Sama-Industri-TPT-Nasional-dengan-Amerika-dan-Eropa
Olavia, L., (2016, Mei 4). BPS : Start Pertumbuhan Ekonomi 2016 Lebih Baik dari 2015 [Versi Elektronik]. Beritasatu.com. Diakses dari http://www.beritasatu.com
Peter, B. (2017, January 23). Trump Abandons Trans-Pacific Partnership, Obama’s Signature Trade Deal [Versi Elektronik]. The New York Times. Diakses dari https://www.nytimes.com
Prihatini, R., (2017, Juli 16). Angka Dwelling Time Kembali Naik di Atas 3,5 Hari. Kontan Mobile. Diakses dari http://m.kontan.co.id
Taqiyyah, B., & Quddus, G. G. (2017, Maret 20). Pemerintah Terbitkan PMK Alas Kaki dan Tekstil [Versi Elektronik]. Kontan Online. Diakses dari http://nasional.kontan.co.id
ADVERTISEMENT
United Nations. (2017). Trade Preference Programs. Diakses pada 27 Juli 2017, dari https://comtrade.un.org/labs/BIS-trade-in-goods/?reporter=360&year=2016&flow=2
Wadrianto, G. K., (2017, April 9). Metrini Simatupang Tampilkan Kain Batak di Ajang New York Fashion Week [Versi Elektronik]. Kompas Online. Diakses dari http://internasional.kompas.com
World Bank. (2012). United States Textiles and Clothing Imports By Country 2012. Diakses pada 27 Juli 2017, dari http://wits.worldbank.org/CountryProfile/en/Country/USA/Year/2012/TradeFlow/Import/Partner/by-country/Product/50-63_TextCloth
________. (2013). United States Textiles and Clothing Imports By Country 2013. Diakses pada 27 Juli 2017, dari http://wits.worldbank.org/CountryProfile/en/Country/USA/Year/2013/TradeFlow/Import/Partner/by-country/Product/50-63_TextCloth
________. (2014). United States Textiles and Clothing Imports By Country 2014. Diakses pada 27 Juli 2017, dari http://wits.worldbank.org/CountryProfile/en/Country/USA/Year/2014/TradeFlow/Import/Partner/by-country/Product/50-63_TextCloth
________. (2015). United States Textiles and Clothing Imports By Country 2015. Diakses pada 27 Juli 2017, dari http://wits.worldbank.org/CountryProfile/en/Country/USA/Year/2015/TradeFlow/Import/Partner/by-country/Product/50-63_TextCloth
ADVERTISEMENT