Konten dari Pengguna

Akankah Buku Tergerus TikTok?

Ayub Simanjuntak
Teacher - Unity Primary School, Bekasi.
8 Mei 2024 9:36 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ayub Simanjuntak tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: freepik.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam era di mana teknologi semakin merajalela, video telah menjadi salah satu bentuk media yang paling dominan. Platform seperti YouTube, Netflix, dan TikTok telah mengubah cara kita mengonsumsi informasi. Namun, meskipun popularitasnya yang meningkat, buku-buku tetap menjadi sumber pengetahuan dan hiburan yang tak tergantikan. Mengapa begitu?
ADVERTISEMENT
Kedalaman Pengetahuan
Satu hal yang menjadi kekuatan buku adalah kedalaman pengetahuan yang dapat disampaikannya. Buku cenderung menguraikan topik secara rinci dan mendalam. Penulis memiliki ruang yang lebih besar untuk menjelaskan konsep-konsep kompleks dan menyajikan argumen dengan detail yang dibutuhkan. Ini berbeda dengan video yang sering kali harus memadatkan informasi dalam waktu yang singkat untuk mempertahankan perhatian penonton.
Kaum muda merasa selalu ingin produktif, tanpa menghiraukan produktivitas yang terganggu. Video-video pendek berdurasi tiga menit di TikTok dapat mengalihkan perhatian penggunanya dari menyelesaikan tugas-tugas penting seperti mengerjakan pekerjaan rumah atau menyelesaikan tugas-tugas dan sampel terdiri dari 110 siswa perempuan dan 130 siswa laki-laki, berusia antara 23-27 tahun, hasil penelitian menunjukkan bahwa 31,25% siswa kecanduan TikTok, dan 87,5% siswa menghabiskan lebih dari dua jam per hari di media sosial. ( Terjemahan Zulli D, Zulli DJ. Extending the Internet meme: Conceptualizing technological mimesis and imitation publics on the TikTok platform. https://doi.org/101177/1461444820983603 [Internet]. Akses 8 Mei 2024
ADVERTISEMENT
Ada korelasi kuat antara generasi muda yang kecanduan tiktok dan prestasi akademik mereka. Para pecandu tiktok mendapati diri mereka sulit atau tidak dapat berkonsentrasi ketika membaca teks seperti buku, jurnal, novel atau cerita pendek.
Imajinasi yang Kuat
Dalam bukunya yang berjudul Cosmic Religion and Other Opinions and Aphorisms, Albert Einstein mengatakan :
“Kadang-kadang saya merasa yakin bahwa saya benar, namun tidak tahu alasannya. Ketika gerhana tahun 1919 mengkonfirmasi intuisi saya, saya tidak terkejut sedikit pun. Bahkan, saya akan terkejut seandainya yang terjadi adalah sebaliknya. Imajinasi lebih penting daripada pengetahuan. Karena pengetahuan itu terbatas, sedangkan imajinasi mencakup seluruh dunia, merangsang kemajuan, melahirkan evolusi. Hal ini, secara tegas, merupakan faktor nyata dalam penelitian ilmiah”.
ADVERTISEMENT
Buku membangkitkan imajinasi pembaca dengan cara yang unik. Ketika membaca, pembaca harus menggunakan imajinasi mereka sendiri untuk memvisualisasikan dunia yang dijelaskan dalam kata-kata. Ini memungkinkan pembaca untuk merasakan pengalaman yang lebih pribadi dan mendalam. Sementara video dapat menyajikan gambaran visual, sering kali itu adalah interpretasi pembuat video, bukan imajinasi pembaca sendiri. Penikmat video sejatinya hanya diajak secara “pasif” menikmati gambar, spektrum, dan animasi yang sangat menarik mata, namun tidak mengajak penontonya menafsirkan sendiri dengan imajinasi mereka.
Refleksi dan Pemikiran Kritis
Buku memungkinkan pembaca untuk memproses informasi dengan kecepatan mereka sendiri. Mereka dapat merenungkan kata-kata, menghentikan pembacaan untuk mempertimbangkan konsep yang rumit, dan kembali ke bagian yang sulit dipahami. Hal ini mendorong pemikiran kritis dan refleksi yang dalam. Di sisi lain, video sering kali mengalir dengan cepat, memberikan sedikit ruang bagi pemirsa untuk memproses informasi dengan mendalam.
ADVERTISEMENT
Koneksi Emosional
Buku juga memungkinkan pembaca untuk membangun hubungan emosional yang kuat dengan cerita dan karakter. Dalam proses membaca, pembaca dapat merasakan emosi karakter dan merenungkan keputusan-keputusan yang dibuat oleh mereka. Ini menciptakan pengalaman yang mendalam dan memuaskan secara emosional. Meskipun video dapat menyajikan gambaran visual yang kuat, koneksi emosional yang sama sering kali sulit untuk dicapai.
Misalnya ketika kita membaca cerita Malin Kundang, pembaca dapat merasakan emosi ketika ibunda Malin merasakan kemarahan dan kekecewaan atas penolakan anaknya itu. Pembaca mersakan empati secara emosional dengan karakter ibu malang tersebut.
Meskipun video telah menjadi bagian integral dari kehidupan modern kita, buku tetap memiliki tempat yang istimewa. Kedalaman pengetahuan, imajinasi yang kuat, refleksi, koneksi emosional, dan keunggulan dalam pembelajaran adalah beberapa alasan mengapa buku-buku masih relevan dan tak tergantikan. Dengan menghargai keunikan masing-masing media, kita dapat memperkaya pengalaman literasi kita dan meraih manfaat yang luas dari keduanya.
ADVERTISEMENT