Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Iblis dan Kisah Kesengsaraan Ayub
15 Agustus 2021 13:50 WIB
Tulisan dari Ayub Simanjuntak tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagai kitab tertua dalam Alkitab, cerita Ayub menyimpan banyak pelajaran dan inspirasi yang bisa kita gali kembali. Dalam lembaran-lembaran buku sebanyak empat puluh dua pasal ini tersimpan harta yang amat berharga pada zaman modern ini. Kisah kesabaraan serta ketabahan seorang anak manusia yang amat heroik dalam menghadapi kejamnya dakwaan Iblis terhadap dirinya.
ADVERTISEMENT
Ayub adalah tokoh yang berasal dari tanah Us sebuah daerah yang menurut penafsir alkitab terletak di barat daya Yordania meskipun hal ini tentu saja masih menjadi sebuah perdebatan. Sebab penekanan kisah ini bukanlah pada segi geografis tetapi lebih kepada penekanan karakter seorang tokoh iman yang dihormati oleh 3 agama besar dunia Yahudi, Islam dan Kristen.
Sebagai tokoh yang dikatakan sebaga orang terkaya di sebelah timur, Ayub tercatat memiliki banyak harta benda berupa tanah dan hewan ternak.
ADVERTISEMENT
Dari banyaknya pelajaran yang bisa kita petik ada satu pelajaran penting yaitu bagaimana Iblis adalah tokoh yang disebut otak dari seluruh kesengsaraan Ayub berasal dari idenya. Tujuan Iblis tetap sama sejak mulanya yaitu mencuri, membunuh dan membinasakan.
Kita mendapat satu keterangan dari pasal satu bahwa ternyata Iblis memiliki akses antara bumi dan tempat di mana malaikat-malaikat yang dalam pasal satu dikatakan sebagai "sons of God" atau "ben Elohim" berada serta dikatakan bisa berinteraksi dengan TUHAN meskipun tidak memandang-Nya secara langsung.
Mengapa Iblis memiliki akses istimewa seperti itu? Alkitab memberi suatu petunjuk bagi pembacanya. Iblis yang tidak lain adalah malaikat TUHAN sendiri yang pernah diberi otoritas besar untuk memimpin dan melayani ibadah penyembahan dalam Kerajaan Sorga. Tetapi karena hatinya berubah menjadi sombong berhubung dengan semarak kehebatannya, maka TUHAN mengusirnya dari hadapan-Nya.
ADVERTISEMENT
Pengusiran Lucifer ke bumi tidak mengubah kodrat dasarnya sebagai malaikat yang memiliki power untuk dapat menghampiri bumi dan sorga. Pertanyaannya mengapa TUHAN tidak langsung membinasakan dan membuangnya secara permanen ke bumi?
ADVERTISEMENT
Wahyu, kitab terakhir Alkitab, dalam Pasal 12 mencatat sebuah nubuatan di masa depan dimana TUHAN akan menyuruh Mikhael dan malaikat-malaikat lain untuk mengusir Iblis dari sorga dan melemparkan mereka ke bumi.
TUHAN masih memberi kesempatan kepada manusia yang ada dibumi untuk bertobat dari perbuatan-perbuatan kejahatan. Sebab kalau Iblis yang digambarkan sebagai naga besar ini sudah terusir dari sorga dan ada di bumi maka ia akan membuat suatu kekacauan dan bencana yang dahsyat di bumi karena ia sadar waktu kedatangan Kristus Sang Raja akan datang, dan Mesias itu akan melemparkan ia dan malaikat-malaikatnya kedalam lautan api tempat ia disiksa siang dan malam.
ADVERTISEMENT
Iblis memiliki sifat mendakwa dan mencobai orang-orang yang hidup dengan benar di bumi. Kisah Yesus Kristus yang dicobai Iblis ketika sedang berpuasa di padang gurun atau ketika Petrus menyuruhnya tidak ke Yerusalem untuk mati di sana. Dalam kisah Ayub, Tuhan mengizinkan Ayub dicobai dengan mengambil seluruh harta miliknya serta mengambil nyawa kesepuluh putra-putrinya.
Singkat cerita Ayub tidak hanya kehilangan seluruh harta bendanya karena di rampok orang-orang Syeba dan orang Kasdim melainkan juga tujuh anak laki-laki serta tiga anak perempuannya ikut mati dalam rumah saudara mereka yang sulung karena angin merobohkan rumah tempat mereka sedeng berkumpul.
Ayub mendengar berita tersebut satu persatu dari para utusan yang datang melapor. Anehnya Ayub merespon dengan satu perkataan yang mengagetkan.
ADVERTISEMENT
Apa sebetulnya yang dicari Iblis dari seluruh kehancuran hidupnya? Iblis hendak mendengar Ayub mengutuk TUHAN. Iblis percaya kalau manusia hanya beriman kepada TUHAN kalau sedang diberkati saja. Ketika seseorang marah dan mengutuk Tuhan maka seseungguhnya orang tersebut sudah serupa dengan Sang Pendakwa yaitu Iblis itu sendiri. Lalu apakah Iblis berhenti dengan kegagalannya? Tidak!
ADVERTISEMENT
Dalam Pasal kedua kita kembali disuguhi suatu adegan dimana Tuhan bertanya kepada Iblis tentang betapa saleh dan benarnya hidup Ayub. Setan merespon dengan satu pernyataan “kulit ganti kulit”! Setan ingin menaruh satu penyakit kulit yang mematikan pada sekujur tubuhnya sebab ia percaya bahwa dengan penyakit yang busuk itu Ayub pasti menyangkal TUHAN yang selama ini ia sembah.
ADVERTISEMENT
Dengan penyakit kulit yang mengerikan ia duduk di tengah-tengah abu sambil menggosok badannya dengan sekeping beling. Isterinya menyuruh untuk segera mengutuk Allahnya dan segera mati. Tetapi kali inipun ia tetap setia.
Setelah kisah ini kita tidak melihat lagi karakter dan dialog Iblis pada pasal-pasal berikutnya. Apakah Iblis benar-benar telah hilang dalam kisah ini? Tidak.
Kita tetap melihat suatu rencana sistematis untuk menggerus iman Ayub sampai pada tiitik terendah, namun kali ini rencana itu terdapat pada diri ketiga teman-teman Ayub yang datang dan menghibur dia selama beberapa waktu lamanya.
Mereka Zofar, Bildad dan Elifas pada awalnya hendak menghibur Ayub tentang keadaan sulit yang sedang dialaminya. Mereka datang dari negeri yang jauh karena mendengar kabar malapetaka yang menimpa sahabat mereka.
ADVERTISEMENT
Tetapi seiring waktu penghiburan itu berubah menjadi tuduhan yang pada intinya Ayub pasti telah berbuat dosa dan keadaan yang sekarang dialaminya adalah akibat dosa tersebut. Sebab menurut pendapat mereka bahwa penderitaan yang amat dahsyat seperti yang dialami Ayub pastilah akibat dosa yang pernah ia perbuat.
Kita kembali melihat bagaimana pola yang sama yang pada awalnya dikerjakan oleh Iblis kini hadir kembali tetapi dalam diri sahabat-sahabat Ayub Sendiri.
Apakah Tuhan membela Ayub?
ADVERTISEMENT
Tuhan membela Ayub karena seluruh perkataannya itu benar dan tulus. Meskipun ia tidak mengetahui kalau Iblis ada dalam seluruh skenario ini ia telah belajar percaya bahwa Tuhan yang ia sembah tidak akan mengecewakannya.
Ayub telah turun pada titik yang terendah dalam hidupnya tetapi pada titik terendah itu Tuhan justru mengangkatnya dan mengembalikan seluruh apa yang telah hilang dengan bonus dua kali lipat.
Sikap hati dan respon pada mulut kita amat menentukan kehidupan kita sekarang ini. Seandainya Ayub merespon dengan amarah maka kisahnya tidak akan berakhir baik seprti ini. Di tengah pusaran arus media dan kebebasan berbicara apakah perkataan kita dapat menjadi berkat atau justru mengutuk pencipta dan sesama?
Kisah Ayub mengingatkan kita bahwa iman kepada Sang Pencipta harus didasarkan kepada suatu hubungan dengan dirinya bukan kepada harta, keluarga dan nama baik yang hanya merupakan titipan.
ADVERTISEMENT
Live Update