Konten dari Pengguna

Serius Memikirkan Solusi Hak Bermain Anak

Ayub Simanjuntak
Teacher - Unity Primary School, Bekasi.
14 Agustus 2021 7:23 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ayub Simanjuntak tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Banyak anak kesulitan belajar secara daring. Foto: Dok Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Banyak anak kesulitan belajar secara daring. Foto: Dok Pribadi
ADVERTISEMENT
Kegembiraan Jedidiah anak sulung saya tidak terbendung lagi. Memasuki sekolah tempat saya bekerja sontak ia berlari menuju playground yang di dalamnya terdapat aneka mainan seperti perosotan, jungkat-jungkit, papan titian dan ayunan. Hari itu saya membawa anak sulung saya yang berumur lima setengah tahun karena ada beberapa barang yang harus diambil. Wahh!! Senang banget melihat dia seperti mendapat energi baru.
ADVERTISEMENT
Matanya berbinar-binar, maklum sudah lebih dari setahun jarang sekali kami orang tua membawa anak-anak kami ke ruang publik selama pandemiCOVID-19 ini. Mereka pun harus kembali menunda masuk ke TK karena pembelajaran masih dilakukan secara online. Saya merasa mungkin mewakili banyak orang tua lain berpikir ada anak-anak yang bukan tipe mau duduk diam dan melototi laptop atau gadget untuk belajar.
Saya berpendapat dampak pembatasan mobilitas dan penutupan serta pembatasan ruang publik terutama yang dipakai untuk anak-anak akan sangat besar akibatnya terhadap perkembangan mental anak-anak sekarang ini.
Penelitian yang tercatat di medrxiv dengan judul impact of COVID-19 restrictions on pre-school children’s eating, activity and sleep behaviours: a qualitative study menyimpulkan hasil yang sebetulnya tidak mengherankan berdasarkan interview dan riset terhadap 20 orang tua yang memiliki anak usia 3-5 tahun atau baru mulai mendaftarkan anak-anak mereka ke PAUD. Penelitian yang dilakukan di barat daya dan West Midlands Inggris pada bulan Juni 2020 ini menyatakan anak-anak tersebut mengalami gangguan tidur, makan, peningkatan screen time yang berlebihan serta penurunan kegiatan fisik. Pendampingan atau support group sangat disarankan pada anak-anak yang mengalami gangguan tersebut demikian saran dari penelitian tersebut.
ADVERTISEMENT
Ungkapan terkenal “Homo Ludens” artinya manusia adalah makhluk bermain sangat benar adanya mengingat nature manusia baik itu anak-anak sampai orang tua menyukai bermain sebagai penyeimbang rutinitasnya bekerja. Apalagi anak-anak yang belum dapat berpikir kompleks tentu akan sangat sulit memahami keadaan yang terjadi sekarang dan hampir seluruh beban mental akhirnya tertumpah kepada orang tua.
Suatu kali anak-anak meminta saya mengajaknya ke tempat permainan kastil tiup atau lebih dikenal dengan rumah balon sebuah bangunan besar dari balon yang ditiup oleh pompa listrik namun ketika saya lagi-lagi menjelaskan bahwa semua wahana permainan itu sedang ditutup karena virus Corona, anak saya berkata kalau dia nanti akan lawan mereka sampai mati dan juga siap karena mereka sudah memakai masker. Sungguh amat sulit menjelaskan dengan kalimat yang pas tentang situasi ini.
ADVERTISEMENT
Ketika hak anak tercerabut maka yang dikhawatirkan adalah hilangnya satu generasi anak-anak ceria dan penuh semangat. Sementara pemerintah kelihatan belum melakukan upaya keras untuk mengatasi hal ini. Dapat dimengerti karena memang energi banyak terkuras untuk penanganan dampak langsung virus itu sendiri terhadap masyarakat.
Lalu hal apa yang bisa dilakukan? Menurut saya sudah saatnya tempat publik terutama yang untuk anak-anak dapat dibuka tetapi dengan protokol ketat, pembatasan jarak dan wajib masker. Anak-anak dapat juga bersekolah dengan tatap muka selama memenuhi standar yang ditetapkan oleh pemerintah.
Kesehatan perlu diseimbangkan dengan keseimbangan mental atau psikis anak-anak. Orang tua menurut hemat saya juga harus bijak dalam memberi waktu bermain dengan anak. Bermain adalah hak anak dalam kondisi seperti sekarang-pun kita masih bisa mengajak-nya bermain. Komitmen satu jam tanpa gawai dan menikmati bermain bersama anak-anak di-lapangan terbuka, pantai, kamar tidur anak sangat menghibur mereka dan membuat nyaman melupakan ketegangan yang dibawa oleh berita-berita buruk di media.
ADVERTISEMENT
Yang tidak kalah penting adalah sudah saatnya komunitas tempat tinggal anak bersama komunitas pendidikan dalam hal ini PAUD atau TK membuat wadah semacam Karang Taruna atau PKK (pemberdayaan kesejahteraan keluarga) pada level RT yang berfokus memikirkan bagaimana secara serius memikirkan ruan bermain bagi anak yang aman serta menyenangkan.