Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Kenali dan Pahami Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD)
4 Desember 2021 5:47 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Zahra Ayu Hamida tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Kita sebagai wanita mulai dari usia remaja hingga dewasa normalnya pasti akan mengalami yang namanya masa menstruasi, yaitu keluarnya darah dari vagina sebagai akibat siklus bulanan yang dialami oleh wanita. Keluarnya darah tersebut disebabkan karena sel telur tidak dibuahi sehingga terjadi peluruhan lapisan dalam rahim yang banyak mengandung pembuluh darah (Mochtar, 1989). Menstruasi merupakan bentuk fisiologi tubuh perempuan dari jaringan mukosa uterus nongravid dan darah. Biasanya sebelum tiba datangnya waktu menstruasi, wanita akan mengalami rasa tidak enak dan tidak nyaman atau beberapa gejala yang disebut dengan istilah Premenstrual Syndrome (PMS).
ADVERTISEMENT
Sindrom pramenstruasi ini didefinisikan sebagai gejala psikologis dan fisik yang berulang yang terjadi selama fase luteal. Beberapa gejala yang sering dirasakan, seperti rasa nyeri di perut bagian bawah, merasa sangat lelah, nyeri otot terutama di punggung bagian bawah atau perut tetapi tahukah kamu ada gejala yang lebih parah dari gejalanya Premenstrual Syndrome (PMS) ini, yaitu gejala dari Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD).
Mungkin beberapa dari kita, khususnya perempuan sudah pernah mendengar kalimat Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD) atau mungkin banyak dari kita yang asing dengan kalimat tersebut. Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD) ini merupakan salah satu dari gangguan emosional, lalu apa sih sebenarnya Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD) ini, yuk simak penjelasannya!
Apakah kalian tau apa itu Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD)? Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD) atau gangguan disforik pramenstruasi adalah salah satu gangguan dengan beberapa gejala fisik dan perilaku yang jauh lebih parah dari PMS atau premenstrual syndrome, seseorang yang mengalami PMDD akan merasakan kesedihan, kemarahan, kecemasan yang sangat ekstrem yang biasanya gejala ini berhenti pada awal masa menstruasi. Gejala PMDD ini biasanya muncul 1-2 minggu sebelum datangnya hari menstruasi dan akan hilang 2-3 hari setelah menstruasi terjadi.
ADVERTISEMENT
Lalu apakah Premenstrual dysphoric disorder (PMDD) ini berbahaya? John Hopkins Medicine menyebutkan bahwa PMDD merupakan kondisi kronis yang serius.
Maka dari itu, penderita harus mendapatkan perawatan secara medis untuk membantu mengatasi gangguan ini, namun berbeda dengan PMS yang cukup sering dialami oleh wanita, Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD) terbilang jarang sekali terjadi. Seperti yang kita ketahui, biasanya orang yang mengalami PMS masih bisa loh melakukan aktivitas-aktivitas pada umumnya namun untuk gejala dari Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD) akan cenderung lebih parah yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan bahkan bisa merusak hubungan. Biasanya, hal ini terjadi pada wanita yang memiliki riwayat depresi sebelumnya.
Gejala apa saja yang dirasakan oleh penderita Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD)? Para ahli masih belum memahami secara pasti apa penyebab dari PMDD ini, namun ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seorang wanita terkena PMDD, yaitu mempunyai riwayat keluarga dengan PMDD atau PMS, mempunyai riwayat depresi, gangguan tiroid, mempunyai depresi postpartum (pascamelahirkan) dan lainnya.
ADVERTISEMENT
Gejala dari Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD) biasanya bisa didiagnosis sendiri, PMDD akan menyebabkan perubahan suasana hati secara ekstrem yang bisa mengganggu aktivitas dan merusak hubungan. Biasanya wanita akan mengalami tanda-tanda atau gejala dari Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD) dapat berbeda tiap orang, beberapa contoh tanda atau gejala umumnya, yaitu rasa lemas dan lelah yang sangat amat luar biasa, perubahan mood yang ekstrem sampai muncul kecemasan atau depresi, sulitnya untuk berkonsenterasi, palpitasi jantung (jantung berdebar lebih cepat), paranoid (tidak memiliki gangguan kepribadian paranoid), mudah lupa, kejang otot atau nyeri sendi, nyeri haid, gejala terkait retensi cairan, seperti pembengkakan di kaki, pergelangan kaki, dan tangan, atau buang air kecil berkurang.
Lalu hal-hal apa saja yang dapat membantu mengatasi Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD)? Ada banyak gejala dari PMDD, dari mulainya gejala fisik seperti meningkatnya detak jantung hingga psikologis berupa perasaan tidak nyaman dan depresi. Berikut beberapa cara untuk membantu mengatasi Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD), yaitu dengan mengatur pola makan, mengonsumsi suplemen, seperti vitamin B6, kalsium, dan magnesium, mengonsumsi obat yang memengaruhi siklus mentruasi (dibawah anjuran dokter), olahraga rutin, mengurangi konsumsi kafein, berhenti merokok, meningkatkan asupan protein dan karbohidrat, istirahat yang cukup, mengelola stress, seperti belajar teknik relaksasi (meditasi), yoga, atau melakukan aktivitas yang disukai.
ADVERTISEMENT
Nyeri perut yang dialami para wanita saat sedang haid memang hal yang biasa, namun jika kalian merasa rasa sakit itu terus menerus dan merasakan gejala lainnya yang lebih parah, segera berkonsultasilah dengan dokter jika berbagi cara yang kita lakukan tidak dapat menghilangkan rasa sakit itu agar bisa langsung ditangani dengan baik dan tidak membuatnya semakin parah.
Referensi
Novarenta, A. (2013). GUIDED IMAGERY UNTUK MENGURANGI RASA NYERI SAAT MENSTRUASI. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan. 1(2). https://doi.org/10.22219/jipt.v1i2.1575
Med, J.M. (2014). Premenstrual Syndrome and Premenstrual Dysphoric Disorder in Perimenopausal Women. Journal of Menopausal Medicine 2014. 20(2). https://doi.org/10.6118/jmm.2014.20.2.69
Marfuah, D. (2018). Adolescents’ Ambivalence of Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD): A phenomenology study. Journal of Maternity Care and Reproductive Health. 1(1). https://doi.org/10.36780/jmcrh.v1i1.20
ADVERTISEMENT
Biggs WS, Demuth RH. Premenstrual syndrome and premenstrual dysphoric disorder. Am Fam Physician. 2011 Oct 15;84(8):918-24. PMID: 22010771.
Hinriyastuti, S., & Listyarini, A. D. (2021). PENGALAMAN NARAPIDANA WANITA DALAM MENGHADAPI PRE MENSTRUAL SYNDROME (PMS) DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN. 10(1). https://doi.org/10.31596/jcu.v10i1.710
Ramadani, M. (2012). PREMENSTRUAL SYNDROME (PMS). Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas. 7(1). https://doi.org/10.24893/jkma.v7i1.103