Konten dari Pengguna

Solusi Penanganan Rendahnya Pendidikan bagi Anak Jalanan di Indonesia

Raden Adjeng Ayu Mutiara Herda Azzahra
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
30 November 2022 8:35 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Raden Adjeng Ayu Mutiara Herda Azzahra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar diatas merupakan dua anak jalanan yang mencari nafkah. Sumber dokumen: pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Gambar diatas merupakan dua anak jalanan yang mencari nafkah. Sumber dokumen: pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ketika menyebut anak jalanan, perhatian kita akan tertuju pada sosok kumuh, dekil, liar, nakal dan selalu hadir di perempatan jalan, tumpukan sampah, pusat-pusat hiburan, keramaian atau terminal. Sosok yang menggunakan pakaian lusuh, ekonomi yang minim, tempat tinggalnya di daerah kumuh, dan kebanyakan bukan milik pribadi. Sehingga seringkali menciptakan citra buruk oleh masyarakat.
ADVERTISEMENT
Di kota-kota besar pada anak usia sekolah dasar dan lainnya kegiatan belajar mengajar sudah mulai beraktivitas. Tetapi di sisi lain, yang kita temukan di jalanan adalah anak-anak yang sedang mengamen, jualan kecil-kecilan, mengemis dengan tangan menengadah di samping beberapa transportasi yang sedang berhenti menunggu warna lampu merah berubah menjadi hijau. Pernyataan ini seringkali menjadi pertanyaan di kepala setiap orang.
Hasil observasi dibeberapa daerah dan kota, mengatakan bahwa mereka menemukan banyak anak jalanan yang minim dalam mendapatkan ilmu pendidikan, bahkan ada yang sama sekali belum mendapatkan ilmu pendidikan. Mengingat pendidikan memiliki peran penting sebagai pengetahuan, sikap, yang menjadikan proses pendewasaan seorang manusia.
Menurut UU No.20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menciptakan suasana belajar dan pembelajaran yang aktif agar siswa dapat mengembangkan potensi dirinya dengan kekuatan keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan oleh diri sendiri dan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Faktor adanya anak jalanan disebabkan oleh dua faktor, yakni:
1. Faktor Internal
faktor ini disebabkan karena kurang nya motivasi dalam belajar, seperti “Malas belajar” atau “Tidak ada keinginan dalam belajar dan menentukan masa depannya”
Namun, tidak semua anak jalanan menganggap remeh pendidikan. Jika ditelaah melalui teori tindakan, di mana orang bertindak menurut kesadarannya sendiri, bahwa keinginannya untuk mengamen atau mengemis tidak lebih dari pemenuhan kebutuhannya sebagai biaya pendidikan.
2. Faktor Eksternal
penyebab dari faktor ini terletak pada keluarga yang miskin, yang pada akhirnya tidak bisa membiayai anaknya sekolah.
"Sasarannya, kalau orangtuanya dipekerjakan dengan baik dan penghasilannya baik, pasti anak-anak itu kembali ke sekolah," ujar Salim Segaf Al Jufri (Menteri Sosial, 24 Maret 2014, saat koordinasi dengan kepala daerah).
ADVERTISEMENT
Faktor penyebab anak jalanan tidak sekolah, yaitu:
1. Dapat dilihat dari segi biaya sekolah, anak jalanan terpaksa putus sekolah, bahkan tidak melanjutkan sekolahnya karena faktor biaya sekolah yang relatif tidak murah.
2. Orang tua yang tidak mampu membiayai anaknya, penyimpangan kepribadian, dan faktor luar anak jalanan tersebut.
Dari beberapa faktor di atas, dapat dilihat dari kemungkinan terbesar anak jalanan tidak sekolah adalah berasal keluarga miskin. Disisi lain ada juga anak jalanan yang tidak memiliki keluarga, hanya tersisa dari anak jalanan lainnya sebagai keluarganya.
Lalu ada juga karakteristik dari tiap anak jalanan.
1. Children Of The Street.
Karakteristik yang ini menunjukkan bahwa anak jalanan tidak ada kaitannya dengan keluarga. Contohnya, seperti yang tinggalnya di pinggiran, terminal.
ADVERTISEMENT
2. Children On The Street.
Karakteristik anak jalanan yang kedua ini berarti bahwa dia anak yang putus sekolah, masih ada hubungan yang kuat dengan keluarga. Namun, tidak teratur karena mereka pulang ke rumahnya secara periodik.
Masih banyak lagi anak-anak yang harus berjuang untuk mendapatkan pendidikan, mungkin beberapa wilayah ada anak jalanan yang mendapat kesempatan dapat sekolah, tetapi pada sore hari hingga malam dia harus berjuang mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Setiap orang pasti mempunyai cita-cita dan tujuan yang ingin dicapai. Sama hal nya dengan sosok anak jalanan yang mempunyai keinginan, dari hati tulus mereka ingin belajar dan mendapatkan ilmu sebagai bekal untuk masa depannya dan keluar dari keadaan itu. Tetapi, kebutuhan hidup selain pendidikan membuat mereka terpaksa untuk tidak sekolah, yaitu kebutuhan untuk hidup seperti mencari nafkah demi mendapatkan sesuap nasi.
ADVERTISEMENT
Lalu, apa yang dapat kita lakukan untuk membantu anak jalanan mendapatkan pendidikan?
Mari kita bahas
Dapat yang kita lihat, ada suatu masalah pasti ada solusi. Banyak solusi yang dapat kita perdayakan untuk membantu anak jalanan dalam mencari ilmu.
Rendahnya pendidikan anak jalanan membutuhkan beberapa solusi penanganan, diantaranya:
1. Menggalang dana untuk membangun rumah singgah sebagai sarana belajar mereka. Dan di waktu sore hari dapat digunakan sebagai tempat belajar mengaji.
2. Adanya relawan sebagai pengajar, agar anak jalanan dapat memahami pelajaran dan mengeluarkan pikiran kreatif mereka.
3. Donasi buku dan alat tulis yang masih layak pakai agar rasa ingin tahu belajar semakin tinggi.
4. Menggalang dana untuk membuat gerobak sederhana yang dapat diisi dengan berbagai buku pendidikan seperti perpustakaan kecil agar minat anak jalanan dalam membaca meningkat.
ADVERTISEMENT
Dari beberapa solusi di atas, ada pula organisasi yang bersedia membantu penanganan pendidikan anak jalanan di Indonesia, antara lain:
1. Indonesia Street Children Organization
2. UNICEF (United National International Children’s Emergency Fund)
3. Sahabat Anak
Terletak di Grogol, Cijantung, Gambir, Manggarai, Tanah Abang, dan Kota Tua Dua sekolah nonformal bagi remaja jalanan putus sekolah, yaitu PKA (Pusat Kegiatan Anak) berlokasi di belakang kantor Sekretariat dan Sekolah Mandiri, berlokasi di Museum Mandiri, Kota Tua. Sahabat Anak juga memiliki dua sekolah PAUD di Grogol (Jakarta Barat) dan Cijantung.
4. Komunitas Satoe Atap, di Semarang.
Dan masih banyak organisasi lain yang mempunyai kepedulian terhadap anak jalanan.
Setelah dibahasnya beberapa sebab, alasan dan solusi. Kami berharap agar pendidikan anak jalanan lebih diperhatikan. Karena ini merupakan masalah yang belum terpecahkan dan tidak ada habisnya. Tidak hanya pemerintah, tetapi juga lembaga kota dan masyarakat sendiri dapat bahu-membahu untuk mengatasi masalah ini dan mengembangkan pendidikan di Indonesia lebih cepat.
ADVERTISEMENT