Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Framing Media Internasional Terhadap Konflik Israel – Hizbullah, Lebanon
5 November 2024 16:22 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Ayu Maruti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh: Ayu Maruti
Negara-negara kini sibuk melakukan perdagangan internasional untuk memperkuat perekonomiannya alih-alih memperkuat kekuatan militer mereka yang cenderung menyebabkan peperangan. Maka dari itu, sudah jarang ditemukan perang di antara hubungan antar negara paska berakhirnya Perang Dingin karena peralihan dari kekuatan militer ke kekuatan ekonomi. Namun, ternyata fenomena perang masih terjadi di era industrialisasi ini, masih ada negara yang “dijajah” dan tidak merdeka. Kondisi ini terjadi pada Palestina yang berada di bawah penjajahan Israel di Gaza. Dalam konflik tersebut, Hizbullah yang merupakan kelompok militer dan politik Lebanon turut membantu Gaza untuk mempertahankan tanah mereka dari penjajah Israel.
ADVERTISEMENT
Niat baik tersebut tak diindahkan oleh Israel yang justru melakukan penyerangan ke Lebanon. Salah satu media penyiaran internasional Deutsche Welle (DW) asal Jerman menjadikan konflik di Timur Tengah sebagai salah satu isu yang sedang menjadi fokus pemberitaan.
DW secara khusus memiliki rubrik internasional Timur Tengah yang menyoroti kondisi yang sedang terjadi di sana. Lihat berita berikut UN condemns damage from Israeli strikes in Beirut , Middle East: Lebanon says Israel strike killed 3 journalists , UN rights chief condemns Israeli strike near Beirut hospital . Melalui pemberitaan di kanal medianya, DW melakukan framing untuk menonjolkan aspek-aspek yang terjadi dalam realita penyerangan Israel ke Lebanon.
Menurut Robert N. Entman, terdapat 4 aspek dalam melakukan analisis framing yang digunakan sebagai alat analisa teks berita.
ADVERTISEMENT
Pertama, Define Problem. Penyerangan yang dilakukan Israel terhadap Lebanon sama halnya seperti yang dilakukan di Gaza. Demi menyasar Hezbollah's fundraising infrastructure yang disebutnya sebagai sistem keuangan Hizbullah, Israel melakukan serangan terhadap infrastruktur sipil seperti pengeboman di wilayah perkotaan dan pemukiman Lebanon. Rumah sakit Universitas Rafik Hariri misalnya, menjadi target serangan udara Israel yang menewaskan setidaknya 18 jiwa serta 60 orang terluka dan kerusakan fasilitas publik. Tempat peristirahatan wartawan yang berada di Hasbaya, Lebanon Selatan tak luput dari serangkaian serangan Israel yang menwaskan 3 orang wartawan. Lihat berita Middle East: Israeli strikes in Lebanon kill hundreds , UN says peacekeepers in Lebanon wounded by Israeli fire menampilkan jumlah korban di Lebanon serta penyerangan terhadap pasukan perdamaian PBB serta fasilitasi publik.
ADVERTISEMENT
Di sini, terlihat jelas bahwa Media DW berusaha untuk menampilkan pelanggaran Hukum Humaniter yang dilakukan oleh Israel di Lebanon atau yang disebut sebagai “war crime” karena menyerang entitas yang seharusnya dilindungi dan tak menjadi target perang.
Kedua, Diagnose Causes. Konflik yang terjadi antara Israel dan Hizbullah-Lebanon ini seperti yang dijelaskan di atas bermula pada tahun 1948 ketika Hizbullah belum resmi terbentuk dan kembali memuncak sekarang ketika Israel kembali melakukan genosida dan kejahatan perang di Gaza. Penyebab utama dari berbagai serangan yang dilancarakan oleh Israel di Lebanon adalah adanya ketegangan antara Israel dan kelompok militan politik Hizbullah yang gencar mendukung Palestina. Israel menjadi aktor penyebab utama masalah karena kekejaman dan kebengisannya terhadap masyarakat Palestina di Gaza yang kemudian meluas ke Lebanon. Bisa dilihat di sini Israel-Lebanon conflict explained in charts and maps menunjukan data serangan Israel ke Lebanon yang membabi buta baik dari udara maupun darat yang telah menyebabkan setidaknya 2.000 korban jiwa dan 1,2 juta orang harus mengungsi di Lebanon.
Ketiga, Make Moral Judgement. Media DW memiliki satu rubrik internasional bernama Middle East Israel and the crisis in the Middle East yang sedang menjadi fokus pemberitaan dan selalu melakukan update situasi. Mereka hadir secara langsung di wilayah konflik untuk menyajikan berita yang kredibel dan sesuai fakta lapangan. Apa yang mereka soroti di masalah Israel – Hizbullah ini menekankan adanya pelanggaran hukum humaniter internasional dalam serangan Israel. Bahkan ketika terdapat upaya akan keterbukaan gencatan senjata, Israel tetap menyerang Lebanon di Beirut Selatan yang dianggap sebagai penolakan akan rencana gencatan senjata (Lebanon: Israeli attacks signal 'rejection' of truce push ).
ADVERTISEMENT
Media DW beupaya untuk menyebarkan nilai kemanusiaan yang harus dijunjung dalam peperangan dimana masyarakat sipil, infrastruktur publik, pekerja pers, tim medis hingga pasukan penjaga perdamaian dari PBB maupun organisasi lain dilarang menjadi target penyerangan. Mereka adalah kelompok yang harus dilindungi pada saat perang terjadi. Namun, Israel dengan jelas melanggar hal tersebut.
Keempat, recommendation treatment penyelesaian yang ditawarkan. Dalam pemberitaan yang diangkat oleh Media DW, tak ada rekomendasi khusus bagaimana konflik Israel – Hizbullah ini harus diselesaikan. Namun, Media DW menyinggung PBB untuk mengambil tindakan dalam membantu menengahi konflik melalui resolusi PBB 1701 yang dikeluarkan pada tahun 2006 untuk menengahi Israel dan Hizbullah. Baca berita Can UN Resolution 1701 help end the Hezbollah-Israel fight?
ADVERTISEMENT
Framing Media DW melalui beritanya menjadi salah satu bentuk dukungan terhadap masyarakat non kombatan yang menjadi korban penyerangan Israel dan menyebarkan nilai kemanusiaan yang harus dihormati pada saat terjadi konflik atau perang.