Mengemas Asesmen Kompetensi Minimum yang HOTS

Ayu Rizki Susilowati
Penulis dan tenaga pendidik di institusi pendidikan SD Negeri 1 Pandansurat, Kec. Sukoharjo, Kab. Pringsewu, Lampung
Konten dari Pengguna
27 Agustus 2021 10:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ayu Rizki Susilowati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Picture: www.freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Picture: www.freepik.com
ADVERTISEMENT
Asesmen Nasional sedang hangat diperbincangkan oleh para praktisi pendidikan di Indonesia. Salah satu hal yang mendasari ramainya perbincangan tentang Asesmen Nasional adalah Surat Edaran Kemdikbud Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus Disease (Covid-19). Yang mencuri perhatian dalam surat tersebut ialah pembatalan/penghapusan Ujian Nasioal (UN) tahun 2020. Kondisi pandemi yang belum ada kepastian kapan berakhirnya, membuat masayarakat maklum atas kebijakan tersebut. Namun, bagaimana dengan pelaksanaan UN di tahun-tahun berikutnya? Akankah tetap dihapus atau dilaksanakan kembali?
ADVERTISEMENT
Pertanyaan tersebut terjawab dengan adanya Siaran Pers Nomor 293/sirpres/A6/X/2020 yang menyebutkan bahwa Asesmen Nasional tidak hanya digunakan sebagai pengganti UN dan USBN, namun sebagai perubahan paradigma dalam penerapan evaluasi pendidikan selama ini. Pelaksanaan Asesmen Nasional akan dilakukan pada tahun 2021 sebagai pemetaan mutu pendidikan yang real di lapangan sekaligus alternatif perubahan pendidikan ke arah yang lebih baik dari segi pembelajaran, pengajaran dan lingkungan belajar siswa.
Pelaksanaan Asesmen Nasional
Sistem pelaksanaan Asesmen Nasioal terdiri atas tiga hal, yaitu Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter dan Survei Lingkungan Belajar. Ketiga sistem evaluasi ini tentu sangat diperlukan sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Ranah kognitif dalam AN dapat dilihat dalam Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) yang terdiri atas AKM Literasi dan Numerasi. Sementara itu, ranah afektif dapat dilihat dari adanya Survei Karakter. Dan adanya Survei Lingkungan Belajar sebagai bahan evaluasi sekolah dalam mendiagnosis serta mengevaluasi iklim pembelajaran di kelas dan sekolah secara umum.
ADVERTISEMENT
Dengan adanya penekanan literasi dan numerasi pada pelaksanaan AKM, maka guru perlu memahami bahwa kemampuan berliterasi dan numerasi merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh siswa untuk mendorong daya nalar dan berpikir kritis mereka sehingga mampu menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dalam mengembangkan kemampuan literasi dan numerasi sebagai upaya peningkatan bernalar serta berpikir tingkat tinggi siswa, dapat dilakukan proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan ilmiah (Scientific learning) yang berorientasi pada High Order Thinking Skills (HOTS). Siswa perlu memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi (high order thinking skills) supaya mereka dapat menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Berpikir tingkat tinggi ini termasuk kemampuan dalam berpikir logis, kritis, ilmiah dan rasional. Hal tersebut sejalan dengan kompetensi yang diukur dalam AKM, yaitu keterampilan siswa mengolah informasi, bernalar dan berpikir logis.
ADVERTISEMENT
AKM, HOTS dan Scientific Learning
Output dari pelaksanaan AKM dalam kaitannya dengan Asesmen Nasional ini merupakan evaluasi atas proses pembelajaran yang selama ini dilakukan oleh guru di kelas. Proses pembelajaran yang kurang memaksimalkan kemampuan siswa dalam kegiatan ilmiah, bernalar dan berpikir tingkat tinggi akan membuat mereka kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan di soal-soal AKM. Sebaliknya, guru yang sudah terbiasa melakukan proses pembelajaran aktif dengan menggunakan rancangan kurikulum berpikir tingkat tinggi, tentu membuat siswa terbiasa dan mudah dalam memahami serta menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terdapat pada soal AKM.
Banyak strategi yang dapat diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan HOTS. Salah satunya yaitu dengan menerapkan pembelajaran-pembelajaran inovatif dalam pendekatan scientific learning. HOTS dan scientific learning memiliki keterkaitan dalam meningkatkan kemampuan bernalar dan berpikir tingkat tinggi siswa. Proses tersebut dapat mereka peroleh melalui kegiatan literasi, eksperimen maupun pengolahan angka/data (numerasi). Maka, dengan diterapkannya pendekatan scientific learning, siswa akan belajar memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari secara ilmiah yang sekaligus meningkatkan kemampuan bernalar dan berpikir tingkat tingginya sehingga dapat dengan mudah menyelesaikan soal-soal AKM.
ADVERTISEMENT
Solusi
Sebelum berfokus pada evaluasi hasil belajar siswa berdasarkan AKM, guru dapat menerapkan strategi-strategi pembelajaran yang menunjang perkembangan kemampuan literasi dan numerasi siswa yang berorientasi pada HOTS tersebut. Guru dapat mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan strategi pembelajarannya melalui seminar atau workshop yang banyak diselenggarakan, baik oleh lembaga-lembaga pemerintah maupun non pemerintah. Jika dirasa memungkinkan, Pemerintah Daerah melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan di daerah-daerah setempat dapat memberikan pelatihan-pelatihan terkait proses dan strategi pembelajaran tersebut sebelum pelatihan penyusunan soal AKM maupun uji coba pelaksanaan AKM.
Sebagai pelaksana kebijakan, tentu guru memiliki peran penting dalam menyukseskan program ini. Memang, jika direnungkan kembali, beban guru terasa makin berat karena adanya Asesmen Nasional. Namun, dengan adanya kebijakan ini tentu guru dituntut untuk terus belajar dan memperbaiki iklim pembelajaran di kelas supaya kompetensinya dalam bidang pedagogik, sosial, kepribadian dan profesional dapat meningkat serta menghasilkan individu yang mampu bersaing di abad 21.
ADVERTISEMENT