Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Transformasi Konflik Antara Muhammadiyah Dan Nahdlatul Ulama
16 Januari 2023 9:17 WIB
Tulisan dari Ayu Wulandari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Indonesia merupakan negara dengan jumlah pemeluk agama Islam terbesar di dunia. Menurut data dari Badan Pusat Statistik Indonesia, lebih dari 87% penduduk Indonesia adalah pemeluk agama Islam. Selain itu, Indonesia juga merupakan negara dengan keragaman agama yang tinggi dengan pemeluk agama lainnya seperti Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu.
ADVERTISEMENT
Meskipun Indonesia menjadi salah satu negara dengan pemeluk agama Islam terbesar di dunia, konflik sesama agama islam pun sering terjadi di Indonesia. Contohnya adalah konflik antara organisasi islam Muhammadiyah dengan Nahdlatul Ulama (NU). Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama adalah dua organisasi Islam terbesar di Indonesia. Meskipun keduanya berbasis pada ajaran Islam yang tepat, namun mereka memiliki pandangan yang berbeda tentang beberapa hal. Perbedaan tersebut seperti pemahaman tentang ijtihad, pemahaman tentang taqlid, dan pendekatan-pendekatan lainnya dalam menyebarkan ajaran Islam.
Salah satu contoh dari konflik kedua organisasi ini adalah pelarangan pendirian masjid Muhammadiyah di Desa Sraten, Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2021. Peristiwa tersebut merupakan akibat dari konflik intoleran yang berkepanjangan dari kedua kubu tersebut. Setidaknya dari beberapa sumber media informasi yang didapat, konflik yang terjadi antara Muhammadiyah dengan Nahdlatul Ulama ini sudah berlangsung sejak tahun 2000 hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
Selain konflik penolakan pendirian masjid, konflik lain yang pernah terjadi antara 2 organisasi tersebut seperti perebutan tanah wakaf dan masjid di Kabupaten Jombang, penurunan papan nama pemimpin Cabang Muhammadiyah (PCM) di depan rumah ketua PCM, penolakan rencana pembangunan pondok untuk anak berkebutuhan khusus milik Muhammadiyah dan masih banyak bentuk konflik lainnya.
Selama ini, bentuk penyelesaian kedua belah pihak hanya sampai pada bentuk diskusi yang biasanya hanya ditengahi oleh pejabat daerah di mana tempat konflik itu terjadi. Akibatnya, konflik serupa terus terjadi karena tidak ada penanganan lebih lanjut ataupun resolusi secara pasti untuk kedua organisasi besar ini. Berdasarkan konflik-konflik yang terjadi, antara Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama, sebagian besar pelaku dari konflik yang terjadi merupakan afiliasi anggota dari masing-masing organisasi atau dapat dikatakan bahwa pelaku konflik yang terjadi bukanlah dari para pengurus inti dari masing-masing organisasi, melainkan elemen-elemen lain seperti masyarakat ataupun pengurus daerah. Dengan adanya hal tersebut, menghilangkan konflik antara kedua belah pihak akan jauh lebih susah karena persebaran masyarakat dari kedua organisasi ini sangat luas.
Di era kontemporer ini, konflik dari kedua organisasi ini juga disebabkan oleh perbedaan pandangan politik dan juga perbedaan pendapat dalam masalah-masalah kontemporer lainnya seperti pancasila, pluralisme, dan juga masalah lainnya. Hal lain yang mendasari adanya konflik adalah ketidaktahuan masyarakat terhadap alasan atau konteks eksistensi masing-masing organisasi islam ini, yang mana masih ada masyarakat memahami bahwa kedua organisasi Islam tersebut adalah suatu aliran agama dalam Islam. Kekhawatiran penulis akan ketidaktahuan masyarakat Indonesia terhadap dua organisasi islam tersebut menimbulkan kekhawatiran akan meluasnya konflik Muhammadiyah dengan Nahdlatul Ulama yang tidak lagi menjadi konflik sosial tetapi berkembang menjadi konflik agama.
ADVERTISEMENT
Sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia, bukankah akan akan menjadi lebih baik apabila kedua afiliasi dari masing-masing organisasi ini dapat bekerja sama untuk menciptakan lingkungan islam yang lebih toleran. Oleh karena itu, pengimplementasian transformasi konflik terhadap konflik antar kedua organisasi ini dapat memberikan solusi dalam membentuk lingkungan islam yang lebih toleran dalam bersosial.
Transformasi konflik sendiri merupakan proses perubahan yang terjadi pada suatu konflik yang memungkinkan para pihak yang berkonflik untuk menemukan solusi yang lebih baik dan memperkuat hubungan mereka di masa yang akan datang. Proses ini biasanya melibatkan pendekatan komunikasi yang terbuka, jujur, serta pemahaman yang mendalam tentang perspektif dan kebutuhan masing-masing pihak. Selain itu, kedua belah pihak harus memiliki ketersediaan dalam bekerja sama untuk mencapai solusi yang adil dan diterima oleh semua pihak yang terlibat. Sehingga, konflik yang sering terjadi tersebut dapat ditransformasikan menjadi transformasi konflik dengan tujuan yang telah disepakati.
ADVERTISEMENT
Secara umum, tujuan dari pengimplementasian transformasi konflik adalah mengubah konflik yang bersifat destruktif menjadi bentuk konstruktif. Hal ini agar dapat mencapai solusi yang diterima oleh semua pihak, meningkatkan kualitas komunikasi serta hubungan antara para pihak, dan menciptakan solusi yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing pihak.
Transformasi konflik yang dapat dilakukan untuk konflik dari kedua organisasi ini adalah dengan membuat wadah khusus sebagai media dakwah dari kedua organisasi di tempat yang sama dan mempertemukan para afiliasi dari masing-masing organisasi dalam waktu yang bersamaan. Hal ini bertujuan agar para masyarakat dapat saling memahami secara konteks terkait organisasi Muhammadiyah dan organisasi Nahdlatul Ulama.
Dakwah silang ini juga bermaksud untuk menghilangkan kecurigaan di antara kedua masyarakat dari pengikut kedua organisasi. Jadi, manfaat yang didapatkan adalah masyarakat dapat mengerti dan memahami latar belakang dan tujuan dari masing-masing organisasi dan juga menekankan bahwa Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama bukanlah sebuah aliran agama dalam Islam, melainkan sebuah organisasi keislaman yang memiliki tujuan yang sama untuk umat Islam di Indonesia.
ADVERTISEMENT