Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.90.0
Konten dari Pengguna
Frontal Korteks dan Code Switching: Peran Otak dalam Kontrol Bahasa
2 Desember 2024 15:03 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Aisyah Najla Sholeha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pernahkah Anda tiba-tiba mengubah bahasa yang Anda gunakan ketika sedang berada di tengah interaksi verbal dengan orang lain? Bagi individu multilingual, fenomena ini disebut dengan Code Switching. Code Switching bukan hanya sekedar perpindahan bahasa yang digunakan saat berbicara, namun hal ini juga merupakan cerminan dari kompleksitas kognitif yang melibatkan kerja bagian frontal korteks dalam otak.
Dalam era globalisasi ini, interaksi antarbudaya di seluruh penjuru dunia menjadi hal yang lumrah, khususnya dalam dunia maya. Hal ini menyebabkan meningkatnya individu multilingual yang pastinya berinteraksi menggunakan Code Switching dalam kehidupan sehari-harinya. Penelitian tentang fenomena Code Switching dapat memberikan wawasan mengenai bagaimana individu beradaptasi dengan lingkungan sosial yang multibahasa dan bagaimana cara kerja otak, khususnya frontal korteks, dalam mengelola dan memproses berbagai bahasa secara bersamaan.
ADVERTISEMENT
Frontal korteks merupakan bagian otak yang terlibat dalam berbagai fungsi kognitif yang kompleks seperti pengambilan keputusan dalam kehidupan sehari-hari, pengendalian diri, dan pemrosesan bahasa yang akan dibahas secara lebih rinci dalam karya tulis ini. Dalam konteks Code Switching, frontal korteks memiliki beberapa peran penting yaitu mengatur memori kerja, kontrol bahasa, dan fleksibilitas kognitif.
Pertama, frontal korteks berfungsi untuk mengatur memori kerja yang merupakan kapasitas otak untuk menyimpan dan mengelola informasi sementara yang diperlukan. Memori kerja sangat penting bagi individu multilingual karena mereka harus mampu mengingat kosakata dan struktur kalimat dari berbagai bahasa ketika berkomunikasi menggunakan bahasa tersebut. Individu dengan kapasitas memori kerja yang lebih baik cenderung lebih efektif dan efisien dalam melakukan Code Switching (Amrillah, 2023).
ADVERTISEMENT
Kedua, frontal korteks juga mengelola fungsi kontrol bahasa. Individu multilingual sering kali dihadapkan dengan situasi di mana mereka harus memilih bahasa yang tepat untuk digunakan pada sebuah situasi berdasarkan konteks sosial dan audiens atau lawan bicaranya. Korteks frontal membantu seorang individu dalam pengambilan keputusan ini dengan mengaktifkan bahasa yang relevan dengan situasi yang sedang dihadapi dan menekan bahasa lain yang tidak diperlukan pada saat itu. Ini menunjukkan bahwa kemampuan untuk melakukan Code Switching tidak hanya bergantung pada pengetahuan linguistik tapi juga bergantung pada kemampuan kognitif untuk mengontrol dan mengatur penggunaan bahasa (Mona, 2024).
Ketiga, fleksibilitas kognitif juga merupakan aspek penting yang dipengaruhi oleh kerja frontal korteks. Fleksibilitas kognitif memungkinkan seorang individu untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan pada sebuah situasi sosial. Dalam konteks Code Switching, hal ini berarti bahwa individu dapat menyesuaikan cara mereka berbicara bergantung pada situasi dan lawan bicara yang dihadapi. Seperti ketika seseorang yang menggunakan Bahasa Inggris di lingkungan profesional, kemudian menggunakan bahasa daerah untuk berbicara kepada keluarga atau teman dekat. Fleksibilitas kognitif yang tinggi mencerminkan tingkat adaptabilitas yang tinggi dan menunjukkan seberapa berpengalaman seorang individu dalam berbahasa.
Code Switching dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, masing-masing jenis Code Switching ini melibatkan proses kognitif yang berbeda. Jenis pertama adalah inter-sentencial switching di mana individu beralih antar kalimat atau klausa dalam bahasa yang berbeda. Individu yang biasanya melakukan inter-sentencial switching ini biasanya memerlukan pemahaman yang baik tentang struktur bahasa yang digunakan dan kemampuan untuk menjaga konteks agar hal yang dimaksud dapat tersampaikan dengan jelas.
ADVERTISEMENT
Jenis kedua adalah intra-sentencial switching yang lebih sering disebut Code Mixing di mana peralihan bahasa terjadi di dalam kalimat yang sama. Hal ini sering kali melibatkan penggantian kata atau frasa dari satu bahasa ke bahasa lainnya. Misalnya ketika seseorang menggunakan suatu istilah dalam satu bahasa tetapi menjelaskan konsep tersebut dalam bahasa lain. Penggunaan intra-sentencial switching ini menunjukkan kemampuan seorang individu untuk menyatukan elemen yang berbeda dari dua bahasa secara bersamaan tanpa kehilangan makna yang ingin disampaikan.
Jenis ketiga adalah tag switching atau Bilingual Borrowing di mana individu menambahkan elemen seperti kata atau frasa dari bahasa lain ketika sedang menggunakan satu bahasa. Misalnya ketika seorang individu menggunakan frasa atau istilah dalam Bahasa Inggris di tengah percakapan berbahasa Indonesia sebagai penekanan untuk menjelaskan sebuah konsep dengan lebih jelas. Tag switching sering kali menunjukkan kebiasaan berbicara sehari-hari seorang individu dan dapat memberikan nuansa emosional tertentu dalam sebuah percakapan.
ADVERTISEMENT
REFERENSI
Amrillah, A. (2023). Code Switching pada Multilingual: Analisis Bibliometrik pada Tren Penelitian. Jurnal Sinestesia, 13(2), 1249–1266.
Mona, A. (2024). Code-Switching in Multilingual Societies. European Journal of Linguistics. 3. 38-51. 10.47941/ejl.1770.
Hamers, J. F., Blanc, M. (2000). Bilinguality and Bilingualism. Cambridge University Press. 9780521648431