Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Obesitas Meningkat, Diet Ekstrem Makin Populer: Peran Ahli Gizi?
28 Desember 2024 18:12 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Tsurayya Bahirah Widiantri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa tahun terakhir, tren diet ekstrem telah menjadi fenomena yang melanda banyak negara, termasuk Indonesia. Banyak masyarakat mencari alternatif cepat untuk menurunkan berat badan, sering kali dengan berbagai metode diet yang tidak sehat demi memiliki tubuh yang ideal. Diet ekstrem merujuk pada metode diet yang melibatkan pembatasan kalori yang ketat, eliminasi kelompok makanan tertentu, atau penggunaan suplemen yang tidak teruji, yang dilakukan dalam jangka waktu panjang tanpa pengawasan ahli gizi.
ADVERTISEMENT
Masyarakat terpengaruh oleh media sosial dan testimoni yang menunjukkan hasil yang cepat. Namun, penting untuk dicatat bahwa diet yang terlalu ekstrem terlebih dalam jangka waktu panjang dapat menimbulkan risiko kesehatan. Salah satu diet ekstrem yang populer di Indonesia saat ini yaitu diet detoks yang menerapkan pola makan hanya dengan mengonsumsi sayur, jus buah, dan air. Dimana tidak ada protein sebagai sumber energi dan kekebalan tubuh, yang dapat menyebabkan masalah pencernaan seperti diare atau sembelit, gangguan elektrolit dalam tubuh, yang penting untuk fungsi otot dan saraf. Ketidakseimbangan elektrolit dapat menyebabkan gejala seperti kelelahan, kram otot, dan bahkan masalah jantung.
Tidak dapat terelakkan bahwa kasus obesitas di Indonesia terus meningkat, sehingga masyarakat menggunakan alternatif diet ekstrem.WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa kelebihan berat badan dan obesitas menjadi masalah kesehatan global, dengan tren meningkat di negara-negara berkembang, termasuk indonesia. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2023 menunjukkan 23,4% dari populasi dewasa mengalami obesitas, meningkat dari tahun sebelumnya. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia prevalensi obesitas di Indonesia mencapai 23,4% di antara penduduk dewasa pada tahun 2023. Selain di antara penduduk dewasa, angka obesitas juga meningkat secara signifikan pada anak-anak. Data Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023 menunjukkan prevalensi obesitas sekitar 19,7% pada anak usia usia 5-12 tahun dan 16% pada anak usia 13-15 tahun.
ADVERTISEMENT
Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan tentunya mempunyai tugas untuk melaksanakan program pembinaan terhadap pelayanan gizi masyarakat. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 26 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik Tenaga Gizi pasal 17 yang berbunyi bahwa, “Tenaga Gizi dalam melaksanakan Pelayanan Gizi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, mempunyai kewenangan sebagai berikut:
a.) Memberikan pelayanan konseling, edukasi gizi, dan dietetik;
b.) Pengkajian gizi, diagnosis gizi, dan intervensi gizi meliputi perencanaan, preskripsi diet, implementasi, konseling dan edukasi serta fortifikasi dan suplementasi zat gizi mikro dan makro, pemantauan dan evaluasi gizi, merujuk kasus gizi, dan dokumentasi pelayanan gizi;
c.) Pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan pelayanan gizi; dan
d.) Melaksanakan penyelenggaraan makanan untuk orang banyak atau kelompok orang dalam jumlah besar.”
ADVERTISEMENT
Menanggapi hal tersebut seharusnya beberapa instansi kesehatan mulai meningkatkan fasilitas poli gizi, meliputi:
1. Edukasi Nutrisi dan Penyuluhan: Ahli Gizi dapat memberikan informasi, mengadakan seminar, atau workshop pada masyarakat tentang pentingnya pola makan seimbang dan risiko dari diet ekstrem.
2. Konsultasi Pribadi: Masyarakat yang hendak konsultasi pada ahli gizi terkait program diet yang sesuai kebutuhan individu, dengan mempertimbangkan kondisi kesehatan, preferensi makanan, dan tujuan jangka panjang.
3. Penggunaan Teknologi: Selain itu di era modern ini, ahli gizi juga dapat memanfaatkan teknologi, seperti merancang aplikasi kesehatan dan platform online, untuk memberikan konsultasi dan informasi kepada masyarakat secara lebih luas dan mudah diakses.
Sebagai langkah menuju gaya hidup sehat, penting bagi masyarakat untuk lebih bijak dalam memilih metode diet dengan mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap kesehatan. Edukasi tentang pola makan seimbang dan konsultasi dengan ahli gizi harus menjadi prioritas dalam upaya menurunkan berat badan dan menekan angka obesitas. Dengan kolaborasi antara pemerintah, tenaga kesehatan khususnya ahli gizi, dan masyarakat, kita dapat bersama-sama menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan optimal tanpa mengorbankan keseimbangan tubuh.
ADVERTISEMENT