Emily Dickinson, Penyair Wanita Amerika yang Eksentrik

Azara Putri Zalsa
Mahasiswa program studi Sastra Indonesia Universitas Pamulang
Konten dari Pengguna
10 Mei 2022 18:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Azara Putri Zalsa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
photo by shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
photo by shutterstock
ADVERTISEMENT
Dinilai sebagai seorang penyair wanita terbesar di Amerika sepanjang masa, Emily Elizabeth Dickinson lahir pada tanggal 10 Desember 1830 di Amherst, Massachusetts, Amerika Serikat dari pasangan Edward dan Emily (Norcross) Dickinson. Emily Dickinson lahir dari keluarga puritan alim yang membuatnya tumbuh menjadi gadis yang sopan, Emily memiliki bakat di bidang musik terutama piano. Emily diajarkan menjadi seorang yang bersahaja dan banyak mendapat pelajaran tentang sastra klasik.
ADVERTISEMENT
Dalam hidupnya, Emily melihat masa remaja sebagai masa-masa sulit yang di mana ia harus memahami arti dari kematian dan kefanaan. Emily juga banyak membaca tulisan-tulisan dari William Wordsworth dan Ralph Waldo Emerson yang mana hal itu banyak memengaruhi gaya menulis puisinya. Semasa hidupnya ia melewati waktu yang sangat sulit di mana ia harus kehilangan orang-orang yang disayangnya. Oleh karena itu Emily Dickinson terkenal dengan tulisannya yang bertema kehidupan dan kefanaan.
Emily terus menulis dan membuat karya-karyanya di tengah kondisi hidupnya yang sulit, sampai akhirnya karena keadaan psikologis yang lemah dan kehilangan orang-orang yang disayangnya membuat Emily jatuh sakit, keadaannya tak kunjung membaik hingga akhirnya penyair wanita ini meninggal dunia untuk selamanya pada tahun 1886.
ADVERTISEMENT
Walaupun Emily merupakan seorang penulis yang produktif, hanya beberapa puisinya yang diterbitkan. Karena hal tersebut, sebagian besar puisinya justru tidak diketahui semasa ia masih hidup. Namun saat ini seluruh puisi Emily Dickinson yang berjumlah hampir 1.800 telah menjadi panutan pada sastra Amerika dengan banyak kalangan yang mempelajarinya.
Salah satu puisinya yang paling populer berjudul “Hope is the thing with the feathers”. Dalam puisi ini, Emily menggambarkan seekor burung yang tetap berkicau di mana pun ia bertengger. Emliy selalu mendengar kicauan burung itu di tempat yang sedang badai, di daratan yang super dingin, bahkan di tempat yang asing. Karena itu dia menyebut burung itu seperti harapan, Emily berharap harapannya dapat sekuat burung yang mampu bertahan dalam kondisi apa pun.
ADVERTISEMENT