Konten dari Pengguna

Konten TikTok: Pelecehan Seksual

azila umara
Mahasiswa S1 Akuntansi Universitas Pamulang
1 Mei 2024 15:03 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari azila umara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pelecehan seksual (sumber: https://pixabay.com/id/)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pelecehan seksual (sumber: https://pixabay.com/id/)
ADVERTISEMENT
Fenomena pelecehan seksual menjadi salah satu isu yang memperhatinkan hingga saat ini. Berdasarkan data SIMFONI PPA 2024, terlihat bahwa perempuan saat ini merupakan mayoritas korban peristiwa kekerasan. Kejahatan yang masih dianggap hanya terjadi di ruang publik, sekarang telah bertranformasi di dunia maya, yakni media sosial. Tiktok menjadi salah satu ruang yang rentan bahkan membahayakan bagi perempuan.
ADVERTISEMENT
Tiktok adalah aplikasi untuk membuat dan berbagi video pendek dalam format vertikal yang diputar hanya dengan menggulir layar ke atas dan ke bawah. Dengan munculnya tiktok ini makin banyak pengguna yang menggunakannya untuk mencari hiburan dan berinteraksi dengan orang lain. (Surahman 2018b) mengatakan tiktok juga merupakan salah satu platform yang menjadi tempat pelecehan seksual. Oleh karena itu, interaksi yang dilakukan oleh masyarakat dengan menggunakan teknologi internet berdampak pada mereka yang kurang bertanggung jawab dan mengisolasi diri dari interaksi dengan komunitas tersebut. Hal ini terjadi akibat kurangnya pemahaman yang terbuka, baik melalui video maupun komentar.
Menurut Komnas Perempuan, pelecehan seksual adalah tindakan yang berupa perbuatan seksual bersifat fisik maupun non-fisik yang mencangkup sentuhan pada organ seksual maupun yang berhubungan dengan seksualitas tanpa persetujuan dari pihak yang terkena dampak. Masyarakat tidak menganggap serius pelecehan non-fisik karena tidaknya luka yang ditimbulkan pada fisik seseorang. Anggapan sepele serta stigma negatif menjadikan pelecehan seksual non-fisik hal yang lumrah. Padahal, setiap pelecehan pasti memberikan dampak dan luka dalam segala aspek bagi korban.
ADVERTISEMENT
Oknum pelecehan bisa siapa saja tidak cuma dari pemain yang tidak bertanggung jawab tetapi bisa juga dari pengguna itu sendiri. Salah satu contoh adalah kasus pelecehan yang dilakukan salah satu oknum konten kreator dengan membuat video pov yang menjadikan perempuan sebagai objek sempat ramai dibicarakan pada tahun 2021 dimana pada konten konten yang diunggah cenderung bercerita tentang laki-laki (dalam sudut pandang oknum sendiri) yang mengintip, mencium, menyentuh perempuan (dalam konsep sudut pandang penonton) tanpa konsen dan beberapa terkesan memaksa.
Namun dalam konten tersebut tidak sedikit netizen yang merasa tidak ada masalah dengan konten tersebut. Mereka merasa yang dilakukan oleh kreator tersebut adalah bentuk lelucon. Kasus ini menunjukkan bagaimana minimnya kesadaran masyarakat akan pelecehan seksual. Lelucon berbau seksual yang dianggap lumrah dilakukan menjadi salah satu faktor sulitnya penanganan kasus pelecehan secara online. Banyaknya normalisasi pelecehan seksual berpotensi membuat orang permisif terhadap kekerasan seksual.
ADVERTISEMENT
Pelecehan seksual dalam konten TikTok dapat memiliki dampak negatif yang signifikan bagi individu yang menjadi korban. Ini bisa mencakup stres emosional, rasa tidak aman, dan bahkan dampak jangka panjang pada kesejahteraan mental.
Berikut solusi agar tidak terjadinya pelecehan seksual dalam konten tiktok:
1. Melaporkan pengguna yang menjadikan pelecehan seksual sebagai konten
Hal ini merupakan salah satu solusi yang sangat efektif untuk mencegah konten konten yang berunsur pelecehan seksual, sehingga memberikan efek jera terhadap pengguna tersebut.
2. Menyuarakan tentang pentingnya pelecehan seksual
Kalian dapat mencegah terjadinya pelecehan seksual, dengan cara menyuarakan tentang pentingnya pencegahan pelecehan seksual di kolom komentar pengguna sehingga orang lain yang melihatnya dapat ikut melaporkan pengguna yang menjadikan pelecehan seksual sebagai konten mereka.
ADVERTISEMENT
3. Melibatkan pihak berwenang
Jika dirasa melaporkan pengguna belum memberikan efek jera, maka kalian dapat melibatkan pihak berwenang untuk menanggapi masalah ini.
4. Membuat konten edukatif
Dengan membuat konten edukatif dapat menimbulkan kesadaran bagi pengguna lain akan pentingnya melakukan pencegahan terhadap pelecehan seksual.
5. Membangun komunitas
Dengan dibangunnya komunitas dapat memudahkan dalam melakukan pencegahan pelecehan seksual dengan skala yang lebih besar, hal ini dikarenakan setiap individu yang ikut serta dalam komunitas tersebut dapat memberikan informasi tentang konten konten yang mengandung unsur pelecehan seksual sehingga semua yang ikut serta dalam komunitas tersebut dapat melaporkannya. Tak hanya itu membangun komunitas juga dapat memberikan dukungan terhadap satu sama lain.
Oleh karena itu dibutuhkannya kesadaran dari kedua belah pihak baik penonton maupun konten kreator, dengan menghentikan dan melaporkan konten konten serupa. Sehingga dapat menimbulkan kesadaran akan tindakan-tindakan berupa pelecehan seksual dari konten tiktok.
ADVERTISEMENT
Azila Umara, Mahasiswa Akuntansi Universitas Pamulang.