Konten dari Pengguna

Bikin Pusing? Alasan Karya Tulis Ilmiah Sulit Dimengerti

Azisan
Mahasiswa Magister Ilmu Politik Universitas Hasanuddin. Kadang berkontemplasi, seringnya tidur.
16 September 2024 9:35 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Azisan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Karya Tulis Ilmiah. Foto oleh Pixabay: https://www.pexels.com/id-id/foto/buku-di-rak-di-perpustakaan-256374/
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Karya Tulis Ilmiah. Foto oleh Pixabay: https://www.pexels.com/id-id/foto/buku-di-rak-di-perpustakaan-256374/
ADVERTISEMENT
Karya tulis ilmiah sering kali menjadi momok bagi banyak pembaca. Baik mahasiswa, peneliti, maupun masyarakat umum sering merasa kesulitan memahami isi dari sebuah jurnal ilmiah. Di era informasi seperti sekarang, ketika akses terhadap pengetahuan begitu mudah didapatkan, ironi ini justru semakin terasa. Lantas, apa yang membuat karya tulis ilmiah begitu sulit dipahami? Beberapa faktor berikut dapat menjelaskan alasannya.
ADVERTISEMENT
Bahasa yang Terlalu Teknis dan Jargon Berlebihan
Salah satu penyebab utama karya tulis ilmiah sulit dimengerti adalah penggunaan bahasa yang sangat teknis. Peneliti cenderung menggunakan istilah-istilah spesifik yang hanya dikenal oleh segelintir orang di bidang tertentu. Misalnya, dalam disiplin ilmu fisika, istilah seperti "mekanika kuantum" atau "teori relativitas" mungkin terasa biasa bagi mereka yang terbiasa dengan topik ini. Namun, bagi pembaca umum, istilah-istilah tersebut bisa sangat membingungkan dan menimbulkan kebingungan.
Penulis ilmiah kerap kali menggunakan jargon untuk memastikan presisi dalam pengungkapan ide atau data. Meskipun jargon ini memiliki tempat dalam literatur akademis, sayangnya, jargon juga bisa menjadi penghalang bagi pembaca yang tidak akrab dengan terminologi tersebut. Akibatnya, banyak pembaca menyerah sebelum berhasil memahami pesan utama dari sebuah karya tulis ilmiah.
ADVERTISEMENT
Struktur yang Kaku dan Formal
Sebagian besar karya ilmiah memiliki struktur yang sangat formal dan kaku. Penulis mengikuti format yang baku seperti pendahuluan, metode, hasil, dan pembahasan. Struktur ini berguna dalam dunia akademik untuk menjaga keteraturan dan konsistensi penyajian informasi, namun bagi pembaca umum, pendekatan ini sering kali terlalu linear dan tidak menarik.
Sifat formal dari karya ilmiah juga membuat tulisan tersebut terasa "kering" atau "mekanik". Tidak ada ruang untuk narasi yang mengalir atau kisah yang menarik, yang sering kali justru membantu pembaca memahami ide-ide kompleks. Sebuah karya tulis ilmiah cenderung hanya berfokus pada fakta dan data, sehingga kehilangan elemen emosional atau naratif yang dapat memperkaya pemahaman pembaca.
Terlalu Fokus pada Detail Teknis
ADVERTISEMENT
Karya tulis ilmiah sering kali terlalu fokus pada detail teknis yang mendalam, hingga melupakan konteks yang lebih besar. Misalnya, dalam sebuah penelitian medis, peneliti bisa sangat mendetail tentang prosedur laboratorium dan analisis statistik, tetapi tidak memberikan penjelasan yang cukup mengapa penelitian tersebut penting atau relevan bagi kehidupan sehari-hari. Pembaca akhirnya terjebak dalam rincian teknis yang rumit, tanpa memahami implikasi yang lebih luas dari temuan tersebut.
Bagi penulis ilmiah, detail teknis ini memang penting untuk memastikan penelitian dapat diulangi dan divalidasi oleh peneliti lain. Namun, tanpa penjelasan yang jelas mengenai "mengapa" dan "untuk apa" penelitian dilakukan, tulisan tersebut dapat terasa terputus dari dunia nyata.
Asumsi Bahwa Pembaca Memiliki Latar Belakang yang Sama
ADVERTISEMENT
Banyak karya ilmiah ditulis dengan asumsi bahwa pembaca memiliki latar belakang pengetahuan yang sama dengan penulis. Misalnya, peneliti dalam bidang biologi molekuler mungkin berasumsi bahwa semua pembaca memahami dasar-dasar DNA dan RNA, sehingga mereka tidak perlu menjelaskan konsep-konsep ini secara mendalam. Namun, asumsi ini bisa keliru, terutama jika karya tersebut dibaca oleh orang-orang di luar bidang keahlian tersebut.
Penulis ilmiah sering kali lupa bahwa tidak semua orang yang membaca karya mereka adalah spesialis di bidang tersebut. Tanpa penjelasan tambahan atau konteks yang jelas, pembaca dapat merasa terasing dari materi yang disajikan.
Gaya Bahasa yang Formal dan Berjarak
Salah satu ciri khas dari karya tulis ilmiah adalah gaya bahasa yang sangat formal. Hal ini biasanya ditandai dengan penggunaan kalimat pasif, frase-frase panjang, dan kata-kata yang sangat formal. Gaya ini dimaksudkan untuk menjaga objektivitas dan menjaga profesionalisme, tetapi sering kali justru menciptakan jarak antara penulis dan pembaca.
ADVERTISEMENT
Bahasa formal yang berjarak ini sering kali membuat pembaca merasa bahwa tulisan tersebut tidak "berbicara" kepada mereka secara langsung. Tidak ada sentuhan personal, yang membuat pembaca sulit terhubung dengan isi tulisan. Dalam komunikasi yang lebih personal, pembaca cenderung lebih mudah memahami pesan yang disampaikan karena ada hubungan emosional yang terbentuk antara penulis dan pembaca.
Kurangnya Komunikasi Efektif
Terakhir, meskipun seorang peneliti mungkin sangat ahli dalam bidangnya, tidak semua dari mereka memiliki keterampilan komunikasi yang baik. Karya ilmiah yang sulit dipahami sering kali adalah cerminan dari penulis yang kurang mampu menyampaikan ide-idenya dengan jelas dan ringkas. Tidak jarang, penulis terlalu terjebak dalam kerangka akademis yang rumit, sehingga kehilangan fokus pada pesan utama yang ingin disampaikan.
ADVERTISEMENT
Kemampuan untuk menjelaskan konsep yang kompleks dengan cara yang sederhana adalah keterampilan yang sangat penting, namun sayangnya, tidak selalu dimiliki oleh semua penulis ilmiah. Bagi para penulis ilmiah, penting untuk mengingat bahwa tujuan utama dari tulisan mereka adalah menyampaikan informasi dan pengetahuan. Dengan memperhatikan audiens dan berusaha menyederhanakan konsep yang kompleks, tulisan ilmiah bisa menjadi lebih mudah diakses dan dipahami oleh berbagai kalangan.