Konten dari Pengguna

Mengapa Kita Sering Bolak-Balik Membuka Ponsel saat Sendiri di Keramaian?

Azisan
Mahasiswa Magister Ilmu Politik Universitas Hasanuddin. Kadang berkontemplasi, seringnya tidur.
19 September 2024 16:54 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Azisan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi sedang membuka ponsel di tengah keramaian. Foto oleh Gustavo Fring: https://www.pexels.com/id-id/foto/pria-laki-laki-lelaki-smartphone-3983435/
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sedang membuka ponsel di tengah keramaian. Foto oleh Gustavo Fring: https://www.pexels.com/id-id/foto/pria-laki-laki-lelaki-smartphone-3983435/
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pernahkah Anda menemukan diri sedang sendirian di keramaian, tak punya teman bercakap, mungkin di sebuah pertemuan, di café, di halte bus, atau antrean panjang, tiba-tiba, tanpa sadar tangan kita bergerak membuka ponsel. Kita membuka satu aplikasi menelusuri feed, menutupnya, lalu membuka aplikasi lain, dan begitu seterusnya. Tanpa tujuan yang jelas. Apa yang sebenarnya kita lakukan?
ADVERTISEMENT
Fenomena ini bukanlah sesuatu hal yang baru. Banyak dari kita pasti pernah melakukannya. Bolak-balik membuka ponsel saat sendirian di tengah keramaian. Seolah-olah kita mencari sesuatu yang penting, namun faktanya, kita hanya mencoba untuk mengalihkan perhatian dari keadaan sekitar.
Menyembunyikan rasa kesepian
Salah satu alasan utama di balik kebiasaan ini adalah rasa kesepian. Ketika kita berada di tempat yang ramai tanpa teman berbicara, ada rasa tidak nyaman. Kita tidak ingin terlihat seperti seorang yang tidak punya kegiatan atau, lebih parah lagi seseorang yang kesepian. Maka, ponsel menjadi solusi yang instan. Dengan menatap layar, kita bisa pura-pura sibuk, seolah-olah ada hal penting yang sedang kita lakukan.
Menggunakan ponsel dalam situasi ini memberi rasa aman, kita merasa “terlindungi” dari sorotan orang lain. Namun, kenyataannya kita hanya bersembunyi di balik layar.
Sumber foto: Koleksi pribadi.
Fenomena “menghindari kehampaan”
ADVERTISEMENT
Dalam psikologi, fenomena ini disebut nomophobia – ketakutan berlebih yang dialami seseorang saat berada jauh dari ponselnya. Ini bukan hanya mengenai ketergantungan pada teknologi, tetapi juga tentang bagaimana kita menghindari momen-momen kosong. Di era modern ini, kehampaan sering kali terasa menakutkan. Kita tidak terbiasa berada dalam keadaan di mana kita tidak melakukan apa-apa, dan ponsel adalah solusi instan untuk mengisi waktu yang kosong itu.
Sayangnya, bolak-balik membuka aplikasi hanya memberi ilusi kesibukan. Tidak ada yang benar-benar produktif terjadi. Hanya memandang kosong ke ponsel tanpa menyerap informasi apa pun.
Berusaha terhubung, malah makin terasing
Ironisnya, meski kita menggunakan ponsel untuk “terhubung,” kebiasaan ini justru membuat makin terasing. Alih-alih menjalin percakapan atau berinteraksi dengan Lingkungan sekitar, kita memilih dunia digital yang serba instan. Padahal, momen kesendirian di tengah keramaian bisa menjadi kesempatan untuk berkontemplasi, mengamati, atau bahkan berinteraksi dengan orang lain.
ADVERTISEMENT
Ponsel, meskipun alat komunikasi yang powerful, seringkali menjadi penghalang antara kita dan pengalaman langsung dengan dunia nyata. Sibuk dengan dunia maya, namun lupa bahwa dunia nyata di sekitar kita.
Menyadari dan mengatur penggunaan ponsel
Menyadari kebiasaan ini merupakan langkah awal dalam menguranginya. Kita perlu bertanya pada diri sendiri: Apakah saya benar-benar membutuhkan ponsel saat ini? Atau apakah saya hanya menggunakannya hanya untuk mengisi kekosongan? Dengan menumbuhkan kesadaran ini, kita bisa mulai mengatur penggunaan ponsel dengan lebih bijak.
Mencoba lebih bijak dalam penggunaan ponsel bisa membuat kita lebih hadir dalam momen-momen kehidupan yang nyata. Pada akhirnya, terkadang yang kita butuhkan bukanlah layar ponsel, melainkan kehadiran diri sendiri.