Gemini, Day and Night

Azis Saputra
Renewable Energy Engineering and Business Development
Konten dari Pengguna
17 September 2022 13:20 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Azis Saputra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi seorang pria (Sumber: Pexels.com/brenoanp)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi seorang pria (Sumber: Pexels.com/brenoanp)
ADVERTISEMENT
Saya seorang pria yang tidak suka Korea, sama sekali. Namun suka bisnis, yang akhirnya membuat saya menonton salah satu film Korea, atau lebih khususnya drama Korea. Judul drama Korea itu “StartUp”. Film tentang bisnis, namun tidak lupa bumbu romance.
ADVERTISEMENT
Namun itu bukan intinya. Satu hal yang berbekas dari film ini adalah soundtrack yang digunakan, yaitu Day and Night. Yang membuat saya larut, dan menjadi pilihan ketika galau. Yup, termasuk saat menulis ini.
Secara teknis, saya hanya 2 kali berpacaran selama 21 tahun hidup di dunia ini. Yang pertama adalah saat SMA, bertahan kurang lebih 1 sampai 2 tahun. Dan yang kedua ketika kuliah, kurang dari 2 bulan.
Setidaknya itu yang saya akui, dan lebih jelasnya ada di judul tulisan saya lainnya “Cerita Cintaku”. Butuh waktu lama untuk melupakan mantan pertama yang sudah berjalan cukup lama bagi saya. Namun akhir-akhir ini saya sepertinya sadar bahwa saya sudah sepenuhnya move on darinya. Atau lebih tepatnya ikhlas karena saya lah yang menjadi penyebab hubungan itu berakhir.
ADVERTISEMENT
Lucunya saya terkadang masih memikirkan senyum mantan kedua saya. Tidak masuk akal, karena hubungan itu sangatlah singkat, bahkan belum sepenuhnya terbangun. Atau karena hal tersebut pula yang membuat saya teringat setiap kali mendengar lagu Day and Night.
Sejatinya saya adalah orang yang pandai memainkan peran, sebagaimana mestinya seorang gemini. Saya dikenal sebagai orang yang periang. Bahkan konyol, dan menjadi sumber tertawa ketika berkumpul bersama teman terdekat atau rekan kerja.
Namun 2 hari terakhir ini saya merasa begitu kesepian. Terasa sangat membutuhkan orang terdekat secara fisik. Seperti ada tempat yang kosong. Namun biasanya hal ini hanya bertahan sebentar.
Besoknya seharusnya sudah siang, saya sudah mulai disibukkan rutinitas. Kuliah, kerja, skripsi, kegiatan di luar kampus, dan masih banyak lagi. Namun yang saya bingungkan apakah kesedihan ini nyata atau tidak.
ADVERTISEMENT
Saya merasa begitu kesepian. Padahal saya sedang dekat dengan satu orang perempuan. Ya walaupun jaraknya jauh, tetapi secara teknis ada. Walaupun hubungan itu belum jelas arahnya.
Terkadang saya juga mulai berpikir apakah kesedihan ini karena dosa masa lalu yang saya perbuat. Namun sepertinya saya tidak pernah mengakhiri sebuah hubungan. Bingung, dan hanya bisa berpikir positif bahwa suatu saat nanti saya menemukan orang yang bisa memahami saya, dan saya pun demikian.