Konten dari Pengguna

Globalisasi dan Seks Bebas

Aziza Aulia Sari
Nama: Aziza Aulia Sari Mahasiswa Akademi Komunikasi Radya Binatama Yogyakarta
21 Februari 2023 19:20 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aziza Aulia Sari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi arus globalisasi. Foto: Natee K Jindakum/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi arus globalisasi. Foto: Natee K Jindakum/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Globalisasi adalah proses masuknya ke ruang lingkup dunia. Bagi negara yang mengambil kebijakan terbuka terhadap masuknya pengaruh asing, rasanya mereka tidak akan mampu lagi membendung arus globalisasi. Dalam dua dasawarsa ini, arus globalisasi semakin deras akibat semakin canggihnya teknologi informasi dan komunikasi. Lebih-lebih setelah terkoneksinya jaringan internet.
ADVERTISEMENT
Keberadaan handphone (HP) atau telepon genggam atau telepon seluler semakin membuat derasnya arus informasi masuk ke ruang public dalam kehidupan kita sehari-hari. Bahkan kepemilikan HP saat ini sudah menjadi bagian dari gaya hidup manusia modern. Yang merasa perlu memiliki HP bukan hanya orang-orang kota, orang yang hidup di desa pun merasa harus memiliki. Segala tingkatan usia, dari balita sampai manula sudah tidak asing dengan HP. Murah dan mudahnya cara memiliki HP dan semakin mudahnya mendapatkan akses internet seakan-akan membuat dunia semakin sempit. Sepertinya dunia sudah ada dalam genggaman tangan kita. Jarak dua tempat seakan semakin dekat. Batas wilayah negara terasa semakin hilang,
Globalisasi membawa dampak positif maupun negatif terhadap kehidupan bermasyarakat dunia, tidak terkecuali masyarakat Indonesia. Mengutip dari berbagai sumber, dampak positif globalisasi bagi Indonesia adalah:
ADVERTISEMENT
1) perubahan tata nilai dan sikap masyarakat Indonesia ke arah yang positif;
2) berubahnya etos kerja dan pemikiran masyarakat Indonesia, misalnya disiplin waktu, berpikir positif, dan giat bekerja;
3) perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih modern dan mudah dijangkau oleh masyarakat;
4) peningkatan taraf hidup.
Sedangkan, dampak negatif globalisasi bagi Indonesia adalah
1) apresiasi dan penghargaan terhadap budaya lokal semakin rendah; 2)semakin hilangnya nilai-nilai agama dan tata krama dalam kehidupan bermasyarakat;
3) perubahan gaya hidup dan pola pikir yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa;
4) timbulnya makin lebarnya kesenjangan sosial di bidang ekonomi, pendidikan, kesejahteraan sosial, transportasi, dan lain-lain.
Ilustrasi berhubungan seks. Foto: Getty Images
Makin banyaknya kasus pelajar hamil di luar nikah diyakini sebagai bagian dari dampak negatif globalisasi akibat kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Sekarang ini dengan berbekal HP setiap orang menjadi teramat mudah untuk menghubungkan diri ke situs dan membuka situs tersebut, termasuk situs pornografi.
ADVERTISEMENT
Pandemi akibat Covid-19 ternyata sedikit banyak telah memporak-porandakan tatanan di dunia pendidikan. Siswa SMP yang sebelumnya masih dibatasi dalam menggunakan HP, akibat adanya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) mereka diberi ruang sebebas-bebasnya dalam menggunakan HP. Padahal para siswa belum/tidak pernah diberikan pembekalan tentang penggunaan internet positif.
Lebih celaka lagi, pemerintah, dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Informatika sangat lamban untuk melakukan pemblokiran terhadap situs-situs yang berbahaya (terorisme, pornografi, kekerasan, dan lain-lain). Sementara itu, situs-situs yang telah diblokir pemerintah pun dengan mudah bisa dibongkar dengan menggunakan aplikasi gratis yang mudah diunduh dari playstore. Di lain pihak, orang tua dan guru belum sepenuhnya menyadari bahwa bahaya di dunia maya setiap saat bisa mengancam, meracuni, dan merusak otak dan masa depan anak-anal mereka.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi media sosial Facebook dan Instagram. Foto: MichaelJayBerlin/shutterstock
Langkah pertama yang bisa dilakukan untuk menemukan solusi masalah itu adalah perlu adanya kesadaran dalam diri kita tentang hal-hal sebagai berikut:
1. Globalisasi dan akibat kemajuan teknologi informasi dan komunikasi membawa dampak negatif yang jauh lebih besar daripada yang kita duga.
2. Internet atau dunia maya bisa diibaratkan sebagai hutan belantara yang di dalamnya menyimpan aneka ancaman bagi manusia.
3. Dalam hal-hal yang berkaitan dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, anak-anak jauh lebih pandai dan terampil dari pada orang tua.
4. Handphone (HP) atau telepon seluler dapat diibaratkan sebagai pisau bermata dua. Artinya, jika digunakan dengan benar dia akan bermanfaat, tetapi jika salah penggunaannya dia akan membahayakan yang menggunakannya.
5. Kecanggihan HP dalam memberikan informasi secepat orang menyentuh layarnya. Maka tidak heran jika ada yang mengibaratkan bahwa dunia berada di ujung jari.
ADVERTISEMENT
Melihat dari carut-cemarutnya permasalahan yang dihadapi, salah satu solusi yang bisa digunakan adalah dengan pendekatan pendidikan. Dalam Undang-undang Nomor tahun tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa terdapat tiga pilar pendidikan, yaitu keluarga, masyarakat, dan sekolah.

1. Keluarga

Keluarga adalah lingkungan pendidikan pertama dan utama. Di lingkungan keluarga, anak paling banyak menghabiskan waktunya, dimulai saat dia dilahirkan sampai akhir hayatnya. Keluarga menjadi faktor dominan dalam membentuk watak dan kepribadian manusia.
Maka menciptakan suasana keluarga yang nyaman, hangat, demokratis, humanis, dan agamis merupakan hal sangat penting. Orang tua, terutama ibu, menjadi aktor utama dalam pembentukan karakter anak sejak usia dini. Di dalam keluargalah seorang anak akan melihat model untuk dicontoh. Maka orang tua harus menjadi contoh penerapan nilai-nilai agama, sosial, dan tata krama dalam bercakap, bersikap, dan berperilaku.
ADVERTISEMENT

2. Masyarakat

Masyarakat adalah lingkungan pendidikan kedua. Di masyarakat-lah seorang anak terjun di dalam kehidupan yang lebih luas dengan kondisi yang lebih hiterogen. Di sana anak-anak berinteraksi dengan teman sebaya atau orang yang lebih tua dengan latar belakang yang beragam. Pengaruh masyarakat terhadap pembentukan karakter sangat kuat, terutama pengaruh teman sebaya.
Pameo yang mengatakan bahwa karakter anak adalah produk masyarakatnya, adalah benar adanya. Masyarakat yang sakit, akan menghasilkan anak yang sakit, sedangkan masyarakat yang sehat akan menghasilkan anak yang sehat. Untuk itu, karena kondisi masyarakat sangat penting bagi pembuatan dan penguatan, alangkah eloknya jika masyarakatnya sudah dalam kondisi teredukasi dan mengedukasi.

3. Sekolah

Sekolah memiliki waktu yang paling singkat dibandingkan keluarga dan masyarakat. Akan tetapi, sekolah adalah lingkungan pendidikan yang lebih terstruktur, terukur, dan sistematis. Sekolah disebut juga lembaga pendidikan formal.
ADVERTISEMENT
Di dalam sekolah terjadi proses belajar mengajar, penanaman nilai, serta pembentukan karakter dalam pembimbingan dan pendampingan oleh guru. Karena pentingnya peranan dalam proses pendidikan di sekolah, maka guru harus berperan sebagai pengajar, pendidik, dan pembimbing sekaligus. Dalam berperilaku, seorang guru seharusnya berhati-hati, karena dia menjadi model bagi para siswanya.
Ketiga pilar pendidikan di atas, pada praktiknya harus selalu bersinergi. Ibarat tiga pilar di atas sebagai penyangga sebuah bangunan, maka ketiganya harus sama-sama tegak dan rata. Tidak ada salah satu yang lebih rendah atau lemah dibanding yang lain. Jika tidak, maka bangunan tersebut niscaya akan ambruk.
Demikian pula halnya yang berkaitan dengan banyaknya anak sekolah hamil di luar nikah. Seandainya di dalam keluarga ada suasana hangat untuk curhat, ada suasana damai untuk berbagi. Seandainya dalam masyarakat ada suasana yang tidak permisif terhadap segala bentuk penyimpangan nilai agama, moral, dan sosial. Seandainya di sekolah anak-anak mendapat informasi dan pendampingan dari guru-guru yang profesional. Negara selalu hadir untuk melindungi rakyatnya. Maka kasus anak sekolah hamil di luar nikah, tidak terjadi.
ADVERTISEMENT