Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Resistensi Antimikroba, Saat Perlawanan Tidak Cukup Hanya dengan Satu Obat
5 Januari 2025 16:57 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Azizah Bonitha Zahrah Santoso tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Seberapa banyak dari kita yang masih asing mendengar istilah dari resistensi antimikroba atau kuman kebal antimikroba? Resistensi antimikroba merupakan masalah kesehatan global yang serius, karena membuat infeksi menjadi sulit untuk ditangani dan meningkatkan risiko kematian.
ADVERTISEMENT
Kenali Lebih Dekat Resistensi Antimikroba
Antimikroba adalah senjata utama melawan patogen penyebab penyakit. Namun, penyalahgunaanya menimbulkan ancaman besar, yaitu munculnya bakteri resisten antimikroba atau antimicrobial resistance (AMR). Antimikroba merupakan obat yang digunakan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme, termasuk bakteri, virus, parasit, dan jamur. Pada umumnya, banyak orang hanya mengenal antibiotik saja. Namun, antibiotik hanyalah sebagian dari antimikrob
Antimikroba dibagi menjadi Antibiotik, antiviral, antijamur, dan antiparasit. Pertama, antibiotik, antimikroba yang secara khusus menargetkan bakteri dan bekerja dengan metode bakterisida (membunuh bakteri) dan bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri). Kedua, antimikroba yang menargetkan virus dengan mengganggu tahapan siklus hidup virus, yaitu Antiviral. Selanjutnya, antijamur, seperti namanya, yaitu bekerja memerangi infeksi jamur. Penghambatan ini menyebabkan kerusakan membran sel dan kematian pada jamur. Terakhir, antiparasit, yaitu antimikroba yang digunakan untuk mengobati infeksi parasit, seperti cacing dan protozoa.
ADVERTISEMENT
Resistensi antimikroba atau AMR merupakan suatu krisis kesehatan global yang mendesak, khususnya dalam hal pengobatan infeksi enterik atau yang disebut dengan penyakit akibat bakteri, virus, dan parasit. Dikutip dari The Lancet , diperkirakan pada tahun 2021 terdapat 4,71 Juta kematian per tahun akibat bakteri resisten di dunia. Bahkan per 2050, para ahli memperkirakan terdapat 8,22 Juta kematian setiap tahunnya akibat AMR.
Di Indonesia, dikutip dari Survei Kesehatan Indonesia pada tahun 2023 menunjukkan bahwa 41% antibiotik diperoleh tanpa resep dokter dan terdapat kurangnya edukasi terkait cara penggunaannya. Data mengenai prevalensi resistensi antimikroba sedikit sekali ditemukan di banyak negara berkembang. Kurangnya fasilitas laboratorium menjadi kendala besar untuk mengembangkan surveilans yang efektif. Maka dari itu, untuk mempertahankan jangka efektivitas dari suatu antimikroba, penting untuk dilakukan perbaikan sistem surveilans untuk memantau angka perkembangan resistensi antimikroba, seperti peraturan penggunaan antimikroba yang lebih ketat, perbaikan akses laboratorium, dan peningkatan kesadaran masyarakat.
ADVERTISEMENT
Resistensi terhadap obat-obat lapis pertama (first-line drugs) di negara berkembang telah dijumpai di antara kuman-kuman akibat dari penggunaan antimikroba yang tidak bertanggung jawab oleh masyarakat. Maka dari itu, di beberapa kasus, digunakannya obat lapis kedua dan ketiga yang harganya lebih mahal. Pada akhirnya, resistensi ini menyebabkan resistensi multipel dan beban sosio-ekonomi. AMR tidak hanya mempengaruhi kesehatan manusia, tetapi juga berdampak pada kesehatan hewan, ketahanan pangan, dan bahkan lingkungan kita.
Mekanisme Resistensi Antimikroba
Resistensi antibiotik sudah ada jauh sebelum ditemukannya antibiotik. Pemberian antimikroba yang tidak dikontrol memberikan tekanan terhadap bakteri untuk menjadi resisten. Perlu diketahui bahwa antibiotik terdapat beberapa macam dan bersifat spesifik sesuai dengan cara kerjanya. Terdapat antibiotik yang bekerja dalam menyerang dinding sel bakteri dan terdapat juga yang menyerang inti sel (nukleus) bakteri. Terdapat beberapa cara antibiotik mempengaruhi kinerja sel bakteri, yaitu:
ADVERTISEMENT
Lalu, Bagaimana Peran Dokter dalam Mencegah AMR pada Manusia?
Tenaga Kesehatan juga dapat berkontribusi pada terjadinya AMR melalui peresepan antimikroba yang tidak tepat dengan diagnosis, pemilihan antimikroba, dan anjuran dosis yang kurang tepat. Maka dari itu, dokter juga harus selalu memperbarui informasi dengan mengikuti pelatihan untuk menambah ilmu yang ada. Dokter dapat melakukan peresepan sesuai dengan Pedoman Penggunaan Antibiotik berdasarkan diagnosis yang akurat dan mengikuti praktik yang baik. Selain itu, dokter dapat melakukan edukasi kepada pasien mengenai dampak dan bahaya mengkonsumsi antimikroba yang tidak tepat dan selalu mempromosikan praktik hygiene dan imunisasi. Peningkatan kesadaran masyarakat tentang antimikroba merupakan langkah awal yang krusial. Pendidikan kesehatan yang komprehensif dapat membantu masyarakat memahami pentingnya penggunaan antimikroba yang rasional sesuai dengan dosis yang ditentukan.
ADVERTISEMENT
Kita Bisa Mencegah Resistensi Antimikroba! Caranya?
Siapa yang Bertanggung Jawab dari Isu Resistensi Antimikroba?
Jawabannya adalah semua orang. Meskipun pemerintah dan tenaga medis mempunyai tanggung jawab besar, setiap individu dari kita memiliki peran penting. Kita, sebagai generasi muda, memainkan peran penting dalam menghadapi rintangan ini. Setiap dari kita harus bertindak, secara individu, dengan menggunakan antibiotik secara bertanggung jawab menyelesaikan pengobatan yang diresepkan, dan menjaga kebersihan yang baik. Dengan ini, kita semua dapat berperan dalam memperlambat penyebaran infeksi yang resisten. Sesuai dengan perkataan Prof. Dr. Ir. R. Nunung Nuryantono, Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesejahteraan Sosial, “Peran pemuda sangat krusial, anak muda terlibat sebagai relawan untuk mempromosikan penggunaan antibiotik yang bijak atau terlibat dalam penelitian bersama dan kampanye kesehatan masyarakat.” (Humas Kemenko PMK, 2024). Melalui tindakan nyata, generasi muda dapat menjadi bagian dari Solusi. Bersama kita melindungi obat-obatan yang menyelamatkan nyawa dan memastikan masa depan yang lebih sehat bagi semua orang. Sebarkan informasi dan bertindaklah. Waktunya adalah sekarang.
ADVERTISEMENT