Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Pembelajaran Jarak Jauh di Masa Depan
20 Juli 2020 21:11 WIB
Tulisan dari Azizah Karima tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Corona Virus atau COVID-19 di Tiongkok pada akhir tahun 2019 seakan menjadi penanda bahwa dunia tidak akan mengawali tahun 2020 dengan mudah. Semenjak merebaknya COVID-19 di banyak negara, situasi menjadi tidak menentu. Aspek ekonomi, pendidikan, dan sosial berhenti sejenak guna mencegah penyebaran virus ini. Setiap negara berupaya untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan bermacam cara. World Health Organization (WHO) sebagai organisasi kesehatan internasional menetapkan himbauan kepada masyarakat di negara yang terjangkit COVID-19 untuk melakukan physicial distancing dan menggunakan masker ketika keluar rumah. Sedangkan, dari pemerintah Indonesia sendiri juga telah melakukan kebijakan strategis untuk mengatasi dan mengurangi penyebaran COVID-19, seperti Work From Home, Lockdown, PSBB, dan kegiatan pembelajaran di rumah.
ADVERTISEMENT
Kebijakan belajar di rumah merupakan salah satu program yang dilakukan pemerintah untuk mengurangi peluang bertambahnya pasien COVID-19. Kebijakan ini dilakukan dengan harapan dapat mengurangi aktivitas dan gerak pindah masyarakat Indonesia, khusunya para pendidik dan peserta didik, sehingga penularan pun dapat diminimalisir. Adanya kebijakan ini pula menybabkan banyaknya pemanfaatan media pembelajaran jarak jauh seperti pengerjaan tugas online atau pembelajaran melalui video call. Sama halnya dengan metode kuliah bagi mahasiswa yang menggunakan metode kuliah jarak jauh melalui sistem daring atau online.
Situasi merebaknya COVID-19 di Indonesia memaksa para pengajar, terutama dosen, untuk memanfaatkan platform digital sebagai media perkuliahan. ‘Pemaksaan’ ini sejatinya menunjukkan bahwa pembelajaran jarak jauh itu sangat mungkin dilakukan. Media pembelajaran semakin berkembang, dan di era digitalisasi seperti sekarang pemanfaatan digital menggunakan koneksi internet dapat menjadi alternatif untuk mengajar dengan jarak jauh. Meskipun masih terdapat beberapa keluhan dari mahasiswa maupun dosen yang mengajar, namun situasi ‘pemaksaan’ seperti ini seharusnya dijadikan simulasi untuk mempersiapkan dunia pendidikan Indonesia di masa depan yang mana dapat dilakukan tanpa tatap muka.
ADVERTISEMENT
Pembelajaran atau perkuliahan jarak jauh di masa depan sangat mungkin terjadi. Ada dua alasan yang memperkuat pernyataan tersebut. Pertama, media pembelajaran akan terus berkembang dari masa ke masa. Diawali dengan guru seorang sebagai ‘media’ yang memberikan bahan ajaran berkembang menjadi tersedianya buku sebagai alat bantu mengajar. Kemudian terus berkembang hingga saat ini teknologi menjadi salah satu alat untuk mengajar. Terlebih lagi di era disruptif yang penuh ketidakpastian tentu sangat mungkin pembelajaran nantinya dilakukan tanpa tatap muka, misalnya melalui media online. Kedua, sudah ada beberapa universitas yang menerapkan kuliah jarak jauh. Misalnya di Nanyang Technological University (NTU) Singapura memberikan pilihan metode perkuliahan kepada mahasiswa. Bila metode yang dipilih adalah jarak jauh, NTU sudah mempersiapkan video online atau live streaming dalam perkuliahnya, sehingga mahasiswa tidak perlu datang ke kampus untuk menimba ilmu. Contoh lainnya adalah kampus di Indonesia yaitu Universitas Terbuka (UT) dan Binus University. Bahkan kedua kampus tersebut memiliki peraturan tersendiri perkait pembelajaran melalui media daring.
ADVERTISEMENT
Setiap gagasan pasti memiliki berbagai macam tanggapan, seperti ada yang meresponnya secara positf ataupun negatif. Terdapat kelebihan dan kekurangan dari perkuliahan daring. Kelebihannya adalah hemat tenaga dan anggaran. Dalam pembelajaran jauh, peserta didik dan pendidik tidak perlu memilki tempat bertemu karena sudah saling terhubung di tempat masing-masing. Sehingga, infrastruktur berupa ruangan atau bangunan bisa saja tidak diperlukan. Tenaga dan anggran untuk perjalanan pun dapat diminimalisir karena tidak perlu melakukan perpindahan tempat selama ada koneksi internet. Sedangkan, kekurangannya adalah memungkinkan pembelajaran tidak berjalan dengan efektif karena kekuatan sinyal antara dosen dan mahasiswa yang bisa saja berbeda. Kondisi daerah menjadi salah satu faktor tidak kuatnya sinyal untuk mengakses internet. Namun, sebenarnya hal ini bisa diatasi jika pemerintah mau berusaha untuk melaksanakan pemerataan akses internet di berbagai daerah.
ADVERTISEMENT
Pembelajaran jarak jauh dengan memanfaatkan internet bukan hal yang tidak mungkin dinormalisasikan di masa depan. Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa saat ini adalah era disruptif. Era yang memungkinkan segala hal bisa terjadi dan out of the box. Hal yang kita pikirkan tidak mungkin sekarang bisa menjadi mungkin di masa depan dengan pemikiran manusia yang keluar dari konsep umumnya. Saat ini sudah ada beberapa universitas di dunia maupun Indonesia yang mulai menormalkan kegiatan pembelajaran jarak jauh. Hal ini mungkin saja ditiru oleh PTN Indonesia kedepannya, yang mana media kuliah daring menjadi media belajar yang normal seperti keberadaan buku saat ini. Meskipun ada pro dan kontra terkait kuliah atau pembelajaran daring, kita tetap perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan tersebut di masa depan. Memprediksi pendidikan di masa depan juga harus dilakukan oleh pemerintah, jangan sampai kewalahan dengan perubahan yang ada seperti fenomena keberadaan ojek online yang sampai saat ini belum ada perundangan yang mengatur.
ADVERTISEMENT
Salam pendidikan Indonesia.
Azizah Khusnul Karima, Mahasiswa Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya